Aku sudah melihat anakku bergabung duduk di samping sahabatnya yang begitu sangat setia. Selama ini entah bagaimana bisa mereka tidak pernah bertengkar atau berbeda paham atau mungkin mereka pandai menyikapi semua perbedaan yang ada diantara mereka.
Dengan tersenyum licik aku mulai mendekati mereka. Mengelus pundak kedua anak yang sudah sangat berarti. Aku juga sudah menganggap Rival seperti anakku sendiri, semenjak dia memutuskan untuk tinggal bersama Rold dan Mrs. Eliza yang adalah ibu kandungku. Bukan tanpa alasan Rival tidak pernah nyaman hidup dengan bayang-bayang orang tuanya yang kental dirasakan saat berada di lingkungan keluarganya di London.
Aku beranjak ke dapur untuk membuatkan mereka sesuatu. Entah dari mana datangnya ide gila itu muncul aku merasa ada yang mendorongku untuk melakukan tindakan licik ini. Aku selalu khawatir pada anak-anakku. Ya, itu yang menjadi alasanku melakukan semua ini.
