Aku tersenyum geli saat melihat perbuatan kami yang seperti pengantin baru dan memang benar kami selalu membuat setiap malam menjadi hangat. Kami tidak pernah bisa dipisahkan.
Sebelum menuju kamar mandi aku memunguti jas, kemeja dan celana yang sudah tercecer juga dressku yang sudah tidak mungkin aku pakai lagi.
Satu jam sudah berlalu, aku dan suamiku sudah siap dengan pakaian kami. Aku tahu dia terlambat dalam penerbangan. Namun apa pedulinya, dia selalu mengutamakan bercinta dibanding pekerjaannya.
"Kau berhentilah bekerja, sayang," titahnya padaku saat kita sudah sampai di teras depan rumah "rasanya perusahaan akan memecatmu karena karyawannya lama tidak masuk kerja," sindirnya.
" Itu tidak akan terjadi, karena pemilik perusahaan tidak akan mendapat jatah di malam hari dari karyawannya," sahutku dengan merapikan dasi yang dikenalkan suamiku.
"Baiklah, aku kalah. Kau kerja semaumu saja," ucapnya pasrah.