Dari cara jalannya tadi, si besar tidak begitu gesit. Jadi saat aku mementalkan genggamannya, ia tidak menggenggam ulang tubuhku. Cara menerjangnya juga dapat terlihat demikian. Sangat berteriak si besar yang lamban dan terbaca, ia bahkan tidak lebih cepat dari Gian dari Pasukan Elang dulu.
Berbeda dengan teman berpakaian sopan dan berwibawa. Serangan airnya terlihat multifungsi dan bisa menerjang menghancurkan lantai di bawahnya, meskipun serangan batu si besar itu lebih destruktif.
Mataku melihat sekeliling, banyak sekali kain-kain yang menempel pada tembok. Kursi-kursi terbengkalai pun banyak yang masih menggunakan kain sebagai alasnya. Sangat berbahaya jika salah menyerang dan membakar tempat ini.
Sarung tangan Screen langsung kuaktifkan. Sebuah pedang api merah keluar begitu saja. Aku tidak akan kalah kalau seperti ini.