Innes hanya bisa diam mendengarkan penuturan mertuanya, setelah diskusi yang cukup panjang. Akhirnya Bu Rom memberikan izin pada
Innes untuk membawa Sinta pergi bersamanya da tinggal di sana demi kebikan anak itu. Sinta sangat senang mengetahui kabar gembira tersebut.
Tanpa diperintahkan lagi, anak itu langsung membereskan tas nya, memasukkan semua barang bawaannya. Senyum semringah ia sungingkan tiada hentinya, bayangan hidup lebih baik dan sekolah di kota Bandung, menari-nari di pelupuk matanya yang bulat.
Di perjalanan Sinta menceritakan kisahnya selama hidup di Garut. Baik suka maupun duka, ia mengatakan semuanya pada Mama nya. Sinta tidak tahu apa yang dikatakannya, memupuk rasa benci dalam diri Innes pada Adilla dan Sullivan yang sudah ia anggap sebagai perusak kebahagiaannya selama ini.