Seperti biasanya Sinta sudah menunggu dirinya dipinggir jalan belikan Andir. Melihat banyaknya bawaan ditangannya, Sinta bersorak sorai karena mengira Ayahnya membawa banyak makanan dan oleh-oleh untuknya juga ketiga adiknya.
"Ayah lagi banyak uang yah, banyak banget bawaannya," seloroh Sinta, wajahnya begitu ceria dengan tentengan ditangannya.
"Bukan, itu dari Nenek Rom, Kak. Tadi, sebelum pulang tuh, Ayah mampir dulu k sana, cuma sebentar aja kok," sahut Sullivan, mereka berjalan hati-hati. Karena sudah, habis diguyur hujan semalaman.
"Wuiih, Ayah ke rumah Nenek nggak ajak-ajak. Kakak kangen sama Nenek tau!" Sinta mencebik kesal memonyongkan bibirnya.
"Sabar, nanti kalau udah punya uang. Kita sama-sama ke rumahnya nenek Rom, ya, adik Cantika juga belum ke sana."
"Oh iya, Cantika belum ke sana ya. Hmm, oke deh Kakak harus sabar ya Ayah."
"Betul, anak pintar." Sullivan4 menjawil pipi kanan anaknya.