Usai membenahi kolam ikan yang tergerus oleh longsor, Sullivan mengajak Sinta berkeliling kampung. Mereka berangkat bersama teman-teman sebaya Sinta, untuk menghilangkan rasa kecewa dalam hatinya. Sullivan mencoba ikhlas, dengan hilangnya tanah hasil jerih payahnya.
Tanah yang ada didekat sungai Ciparugpug, tidak ada yang bisa diselamatkan. Bukan hanya milik Sullivan saja, tetapi juga beberapa warga mengalami hal yang sama. Posisi tebing yang berdekatan dengan sungai, dengan curah air deras. Apalagi ketika hujan dari gunung tiba, maka akan terjadi banjir bandang.
Sebelum membeli tanah disitu, Sullivan sudah diperingatkan oleh Emak Haya, supaya membeli tanah yang ada di dataran saja. Tapi, karena cita-cita Sullivan ingin membangun tempat wisata untuk botram keluarga. Ia pun memilih lokasi tersebut, rencana tinggal rencana saja. Semua mimpinya harus lenyap, seiring hilangnya tanah tersebut.