Sullivan berjalan gontai menyusuri jalan setapak yang ia lewati saat datang, sesekali ia menoleh ke belakang. Berharap Adilla sang pujaan hati menyusulnya atau sekadar berdiri menyaksikan kepergiannya. Namun, sosok yang ia inginkan itu tetap bergeming di kamarnya.
Hempas rasa hati Sulllivan, kembali dengan Innes pun ia sudah tak mau dan sekarang ia mengejar Adilla pun diabaikan.
Ia sudah mencoba bebrbagai cara untuk memulihkan hatiya, menjadi Sullivan yang dulu begitu tegas dan keras akan hati dan perasaan. Ia sendiri merasa jadi manusia yang sangat sejak dirinya melembutkan hati demi seorang Innes dan mendalamkan perasaannya. KIni hanya sesal yang ada dan jalan tanpa arah yang sedang ia jalani.