"Udah, deh. Maaf elo itu percuma!" potong Linda ketus.
"Bunda, lagi pula apa salahnya, sih elo kabulkan permintaan dia? Elo, tuh, nggak kayak Bram yang selalu berpikiran positif. Di benak elo itu, isinya jelek melulu, terutama kalau yang menyangkut Bima. Sampai-sampai di hati elo itu yang ada hanya kebencian. Padahal, siapa tahu, Bima itu nggak seperti yang elo pikirkan."
Linda hanya melirik Aulia sebentar, kemudian berlalu menuju ruang TU dengan membawa beberapa berkas yang belum dilegalisir.
Aulia mengejar dan terus memanggilnya. Linda kemudian berbalik dan menatap Aulia dengan mata memerah.
"Gimana gue bisa berpikir positif, kalau itu artis selalu minta gue menemani dia? Guru yang masih single itu, di sini banyak, termasuk elo sama Fetty! Kenapa dia nggak minta elo atau Fetty aja? Yang kayak gitu, apa namanya kalau bukan ada udang dibalik batu?"
Aulia menggigit bibir. "Maafin sahabat elo yang pikirannya polos ini, Bunda. Gue nggak mikir sejauh itu. Gue kira dia ...."