Sullivan berada di kebun bersama Kendra, hasil penjualan aset dari kota, mereka kembali investasikan di kampung dengan membeli kebun juga sawah. Sullivan sudah jenuh dengan kehidupan mewah dan ingin menjalani hidup sederhana sesuai cita-citanya bersama mendiang sang istri.
Suasana terasa sejuk di pagi hari, sudah kebiasaan Sullivan ketika bangun subuh, ia akan berjalan tanpa alas kaki. Berbeda dengan Kendra yang berpindah keyakinan. Sullivan masih tetap dengan kepercayaannya, yakin akan adanya Tuhan. Tapi tidak mau memeluk agama apapun.
Bagi Sullivan pribadi, agama adalah tuntunan hidup bagi siapapun yang mempercayainya. Akan tetapi, tangan-tangan jahil manusia sebagian terlalu mengagungkan dan menjelekkan. Itu sebabnya ia paling tidak suka dengan rasisme.
Mereka tinggal dalam satu atap, saling menghargai satu sama lain. Sullivan sejak dulu selalu berpikiran terbuka. Salah satu alasan dirinya senang bergaul dengan siapapun.