Jalanan semakin gelap tertutup malam, lampu menyala di sisi kanan dan kiri. Suasana kampung mulai sepi, hanya beberapa orang terlihat lalu-lalang untuk pergi ke surau. Mereka mengenakan kopiah, sarung, dan mukena. Alea duduk di teras dengan tatanan sederhana, lampu bolam berwarna kuning sedikit meremang, tempat duduk dari dipan bambu dianyam sedemikian rupa. Halaman luas beralaskan tanah merah dengan pohon mangga dan jati di kedua sisi.
Hatinya gelisah karena Irul dan teman-teman nya masih belum kunjung datang. Matanya terus bergantian menatap jalanan dan jam dinding yang terlihat dari luar. Kendra yang baru saja datang menghampiri putrinya yang nampak sangat gelisah.
"Masih nunggu temen ya, Nduk?" tanya Ayah pulang dari surau, lalu duduk di kursi kayu.
"Iya, Ayah, tapi belum datang. Padahal janjinya jam tujuh tepat," sahut Alea mencium punggung tangan tegas sang ayah.
"Yang kamu jelasin tadi sore, Nduk?"