Sullivan mempercepat langkahnya saat sampai di apartemen. Ia sangat khawatir akan keadaan Alea, pria itu memahami betul jika Alea tidak begitu dekat dengan Kanaya. Kepergian Shireen yang mendadak, pasti mempengaruhi kejiwaan anak itu.
Kadang kala orang tua tidak sadar tndakannya akan melukai sang anak. Kanaya yang sudah tidak tahan dengan keberadaan Shireen tentunya sangat senang dengan kepergian wanita itu.
Tapi ia tidak sadar, kedekatan Alea dengan Shireen sudah mengikat batin mereka berdua.
"Nay," panggil Sullivan di depan pintu.
"Ya sebentar," sahut Kanaya mendorong kursi rodanya.
"Sorry pulang telat," ucap Sullivan setelah pintu terbuka.
"Nggak apa-apa ayo masuk," ajak Kanaya.
Sullivan langsung melihat kamar Alea yang lampunya masih menyala. Jelas ia heran, karena biasanya Alea sudah tidur saat dirinya pulang.
"Dia marah Shireen pergi, nggak mau ngomong sama ku," jelas Kanaya.
"Yang bener lo," sahut Sullivan lalu menenggak air putih.