"Nggak tahu diri! Nyusahin orang lagi," gerutu Kanaya.
"Tante, sebetulnya apa salahku? Kenapa kayanya Tante benci banget sama aku?" tanya Shireen, ia sudah tidak tahan dengan sikap Kanaya padanya.
"Apa salahmu? Banyak!"
"Aku tidak ingat apapun. Aku juga ingin sembuh Tante."
"Usaha dong jangan diam aja!"
"Nay!" bentak Sullivan, ia segera menengahi keduanya.
"Bela aja dia terus!" Kanaya balik membentak Sullivan.
"Diam, masuk kamar!"
"Aku benci kamu, Sullivan!" Kanaya bergegas masuk ke dalam kamar, ia membanting pintu dengan sangat keras.
"Reen, lo masuk juga ke kamar. Pada nggak capek apa, kalian tuh ribut terus. Astaga." Sullivan mengusap wajah dengan kasar.
"Om, apa salahku sama Tante? Kenapa Tante Nay benci banget sama aku," keluh Shireen, ia menundukkan kepalanya.
"Sudah, jangan terlalu diambil hati. Nanti juga kalau lo sembuh, lo pasti ingat segalanya, ok." Sullivan mengusap pundak Shireen.
"Kenapa Om masih baik sama aku?"