"Emh, Dubai, Dubai, Dubai," gumam Sullivan.
"Ya, Dubai dan makan malam." Zoevanca menunggu dengan cemas.
"Oh ya, gua ingat. Lo cewek yang diganggu preman Dubai itu, kan."
"Tepat!" Zoevanca menjentikkan jarinya." Kamu lupa ya, kita juga pernah makan malam loh."
"Sory, lupa beneran gua." Sullivan masih saja menampakkan wajah datarnya.
"Jahat kamu! Padahal, aku selalu kepikiran sama kamu loh." Zoevanca mencubit lengan Sullivan.
"Sory, lagi apa di sini?"
"Biasalah ngurusin adek bandel. Pusing saya dibuatnya."
"Remaja lagi cari jati diri. Biasalah darah muda."
"Kamu sendiri kenapa ada dibalik jeruji hotel prodeo ini?"
"Tentu, karena suatu problem," jawab Sullivan.
"Hmm, I can help you?"
"No, thanks."
"Are you sure?"
Sullivan tersenyum lebar dan menggelengkan kepalanya.
"Ya sudah kalau begitu. Pertemuan nanti kita makan malam dengan lebih baik lagi."
"Oke, no problem."
"Bye." Zoevanca melambaikan tangannya.
"Bye," balas Sullivan.