"Tidak enak bukan, jika sesuatu dipaksakan?" Sullivan bangkit dari duduknya dan mendekati Kanaya, lalu mengelus-elus pundak istrinya tersebut.
"Jaga batasan lo, Kanaya," lanjutnya.
Napas Kanaya tercekat mendengar ucapan Sullivan, ia menduga suaminya itu tahu apa yang dilakukannya pada Shireen. Kanaya hanya mampu diam karena ketakutan yang luar biasa.
Sullivan menerima telepon dari Ghailan, putranya itu mengabarkan jika Fredrick sudah menghembuskan napas terakhirnya. Sesak memenuhi rongga dadanya, Sullivan terdiam dan berduka untuk sesaat.
"Sulli, kenapa?" Kanaya memberanikan diri bertanya.
Sullivan tidak mau menjawab, ia berteriak pada Lindri untuk menyiapkan baju berkabung. Kanaya menyesali perbuatannya, ia sangat paham akan kediaman Sullivan adalah pertanda kemarahan yang sulit dimaafkan. Tidak lama kemudian Sullivan keluar memakai jas dan celana serba hitam.