Sejak pertemuan dengan orang tuanya, sikap Shireen semakin berubah. Hal tersebut membuat Ghailan semakin ketakutan. Di tempat kerja mereka hanya bertegur sapa saat ada orang. Ketika istirahat berdua, Shireen enggan untuk membuka mulutnya.
Waktu menunjukkan pukul 11.46 waktu indonesia barat. Ponsel Ghailqn berdering, tanda panggilan dari Kanaya.
"Salam, Ma," sapa Ghailan langsung menjawab telepon.
"Ghai, kamu ditempat kerja?"
"Ya, Ma, ada apa?"
"Bisa kirimkan alamatnya? Mama mau mampir."
"Untuk apa, Ma? Biar Ghailan yang pulang saja."
"Udah jangan bantah, Mama lagi kangen sama bocah yang sekarang udah dewasa nih."
"Ah, Mama bisa saja."
"Udah ya, see you."
"See you too."
"Bye."
Shireen melintas sambil membawa piring kotor di tangannya. Ghailan menoleh sambil menyunggingkan senyum lebar. Namun, Shireen tidak menanggapinya dan berlalu begitu saja. Sesak, itulah yang dirasakan Ghailan.
