Shireen menatap Sullivan, manik mata hitam mereka bertemu setelah sekian lama. Ada sesak dalam ketenangan sikap keduanya, Shireen yang sepenuhnya belum bisa melepas perasaan pada Sullivan. Masih sulit mengenali hatinya sendiri, begitu juga dengan Sullivan yang mulai terbiasa dengan kehadiran gadis penghangat hatinya.
"Ya, aku cinta Ghailan," jawab Shireen, tegas.
"Bohong," sanggah Sullivan.
"Selalu aja sok tahu aki-aki." Shireen mendelik, memutar bola matanya.
"You know, gua bisa baca gesture." Sullivan menggerakkan matanya.
"Nggak semua gesture yang lu baca bener!" tampik Shireen.
"Lagaknya kaya master aja." Sullivan berkata sambil mengangkat sudut bibirnya.
Shireen diam menghindari tatapan Sullivan, mata tajam, kumis tipis, juga bariton suaranya yang masih ia rindukan sepanjang hidupnya. Kini, mereka bertemu dalam keadaan berbeda, yaitu sebagai calon menantu dan mertua.