Chereads / Hayati / Chapter 9 - Bullying

Chapter 9 - Bullying

Hari ini, sudah dilalui Hayati. Entah bagaimana untuk besok, saat dia sekolah kembali. Hayati termenung didepan televisi, dia berpikir bagaimana semua ini terjadi. Hayati memang sedang memandang layar, tapi pikirannya masih saja tentang Akbar.

"Dari tadi kenapa hanya terdiam saja, Hayati?" Tanya mamanya.

"Lagi nonton televisi, Ma." Hayati berbicara dengan tatapan begitu kosong, Hayati yang sedang tidak sinkron dengan jiwanya.

"Kalau begitu, Mama tidak akan ganggu." Mama Hana pergi.

Hayati melanjutkan lamunannya, dia masih tidak habis pikir dengan Akbar. Akbar yang begitu santai menanggapi isu yang ada, Akbar saat dikelas tadi tidak bersuara sepatah katapun.

'Apakah Akbar tidak tahu ya? Tapi gak mungkin juga dia tidak tahu... Ah sudahlah... Tidak ada gunanya juga aku bertanya-tanya sendiri perihal Akbar.' Gumam Hayati ditemani keripik singkong buatan Mamanya dan segelas teh manis yang ada di pinggirnya.

Seharian ini, Hayati menikmati khayalan dibenaknya. Hayati yang tidak tahu harus berbuat apa esok hari, ketika dia bertemu teman-teman disekolah.

Dari pagi hingga siang, dari siang hingga sore. Sore sudah menjelma jadi malam, Hayati tetap saja disibukkan dengan hal yang tidak penting dan tidak jelas itu. Hingga jam telah menunjukkan pukul 20.00, Hayati terlelap dalam tidurnya.

***

Matahari kembali menyapa bumi, cahayanya begitu indah dan terang. Embun pagi yang membasahi bumi, sedikit demi sedikit telah menghilang.

Matahari kembali menyinari wajah Hayati, saat Hayati tertidur di kamarnya. Letak kamar Hayati yang berada di samping arah sinar matahari, membuat dia melihat keindahan alam semesta yang indah.

"Hayati, ayo bangun." Mama Hana sembari membuka gorden kamar Hayati.

Hayati menggeliat, tubuhnya enggan untuk bangun. Terlebih saat dia ingat kehebohan yang terjadi disekolah.

"Masih jam berapa ini, Ma?" Tanya Hayati sambil melihat ke arah jam yang berada di samping tempat tidurnya.

"Sudah jam 06.30." Mendengar jawaban dari Mamanya, Hayati beranjak pergi ke kamar mandi.

Hayati mandi dengan secepat mungkin, dia begitu buru-buru. Dia takut telat, sebab matahari kian meninggi. Semua buku telah di masukkan ke tas, begitu pula alat-alat tulisnya. Hayati yang biasanya berdandan walau tipis, kini sudah tidak sempat lagi. Hayati berjalan menuju ruang makan untuk berpamitan kepada Mamanya.

"Ma, Hayati berangkat dulu." Pamit Hayati sembari mencium punggung tangan Mamanya.

"Sarapan dulu, Hayati!" Teriak Mama Hana ketika Hayati berlalu pergi.

Mendengar akan hal itu, Hayati kembali dan mengambil sepotong roti dan meminum seteguk susu yang telah disiapkan oleh Mamanya. Pikiran Hayati tidak karuan, Hayati yang masih sibuk mengunyah roti bertanya,

"Ma, Mang Asep ada?"

"Mang Asep baru saja mama suruh belanja di pasar. Kamu naik ojek saja, soalnya kalau pakai taksi atau mobil bisa-bisa macet di jalan."

Dengan berat hati, Hayati memesan ojek online. Hayati ambil handphone yang sedari tadi ada di sakunya, akhirnya dia pun berangkat dengan ojek online yang telah tiba di depan rumahnya.

"Cepat sedikit, Bang!" seru Hayati.

"Iya, Neng."

Akhirnya, abang ojek online melajukan sepeda motornya lebih cepat lagi.

Setelah beberapa menit kemudian, Hayati sampai.

"Terimakasih, Pak." Hayati memberikan uang kepada abang ojol.

"Sama-sama, Neng." Abang ojol pun melajukan sepeda motornya kembali untuk mencari penumpang lain.

Hayati bergegas masuk kelas, Hayati tak peduli dengan semua orang di sekolah yang sedari tadi melihatnya. Hayati hanya bisa tersenyum lega, karena dirinya tidak telat masuk sekolah.

Desas desus sekolah masalah kemarin kembali ramai, begitu banyak siswa-siswi yang memperbincangkan.

'Kenapa tatapan mata mereka semua memandangku seperti itu? Apakah ada yang salah dariku? Apa mungkin mereka masih memikirkan masalah kemarin di vidio itu?' Hayati semakin bertanya-tanya. Hayati kembali melihat-lihat ke sekeliling sekolah, dia mencari dua sahabatnya. Namun ke dua sahabatnya itu belum nampak. Meski penuh pertanyaan yang belum terjawab, Hayati terus saja melangkahkan kakinya. Hayati menelusuri koridor-koridor kelas, berharap ketemu dengan dua sahabat yang sekarang dibutuhkannya.

Ditengah kesibukan Hayati mencari sahabat-sahabatnya, salah satu fans Akbar

mengejek Hayati.

"Dasar, cewek munafik. Katanya gak suka sama Akbar, tapi diembat juga."

"Iya, tuh. Gak nyangka aja, ada cewek semacam Hayati." Timpal teman yang juga mencibir Hayati. begitu banyak siswi yang berada di Koridor kelas itu, namanya juga tak diketahui satu persatu.

Hayati hanya mendengarkan setiap ocehan yang dikatakan oleh siswi siswi itu tanpa adanya perlawanan, sebab Hayati sadar. Bahwa mereka cemburu perihal kemarin, ketika dia boncengan dengan Akbar. Yang menjadi fokusnya sekarang hanyalah sekolah dengan baik dan mendapatkan nilai lebih baik lagi, Hayati sudah tak peduli lagi dengan cemooh mereka semua. Dia sadari dan sudah mengetahui dari awal, resiko berboncengan dengan Akbar seorang cowok populer di sekolah.

Hayati masuk kelas, di kelas juga semua teman-temanya melihat kearahnya dengan berbisik ke teman yang lain. Sepertinya kedekatan dia dan Akbar sudah menjadi tranding topik. Hayati hanya menikmati apa yang sekarang terjadi, dia malas ribut dan berdebat. Hayati pun duduk dan membuka buku pelajarannya. Hayati berpikir, lebih baik melakukan hal yang bermanfaat dari pada fokus kepada ocehan mereka yang tidak ada untungnya. Toh mau bagaimanapun dia, tetap saja, suruh seisi sekolah akan membicarakannya. Ada yang bilang cewek munafik lah, sok polos dan lain sebagainya.

Sembari menunggu bel sekolah berbunyi, akhirnya Hayati mencoba latihan soal yang ada di buku paketnya.

'Aku harus lulus dengan nilai terbaik, aku tidak boleh memikirkan hal-hal yang tak penting. Aku harus bisa membanggakan ke-dua orang tuaku." gumam Hayati dengan penuh semangat.

Uraian demi uraian soal telah dia kerjakan dengan baik, seiring dengan bisikan teman-temanya yang sedang membicarakannya.

Tidak terasa, bel pun berbunyi. Hayati mencari kedua sahabatnya yang belum terlihat di kelas. Hingga saat dia melihat ke arah pintu, Sofia dan Marwah datang sembari melambaikan tangan ke Hayati. Diikuti dengan Akbar dari belakang, Akbar kelihatan seolah tidak terjadi apa-apa. Meskipun vidio itu sudah tersebar di mana-mana. Mungkin saja, para fansnya itu sudah membungkam semua komentar dan hanya melampiaskan semuanya kepada Hayati.

Sebentar lagi guru agama akan datang, Hayati membenarkan posisi duduknya. Reva juga sudah berada di sampingnya dengan wajah sinis.

'Reva, kenapa gak marah ya? Kenapa dia diam saja, hanya raut wajahnya sinis.' Hayati berpikir panjang.

Padahal dari semalam, Hayati sudah menerka, bahwa Reva akan marah besar. Justru Reva akan memukulnya, karena dia yang diam-diam boncengan dengan Akbar.

'Alhamdulillah... Lebih baik seperti ini. Daripada apa yang aku pikirkan semalam terjadi.' Hayati bersyukur dan melanjutkan pelajaran agama, sebab gurunya sudah ada di kelas dan menerangkan mata pelajaran.

Hari ini pelajaran tentang ilmu agama, bab tentang kasih sayang anak kepada kedua orang tuanya.