Akbar akhirnya bisa memejamkan matanya, dia tidak peduli lagi dengan apa yang sedang dia alami seharian ini. Dia hanya ingin esok pagi akan merasakan yang namanya ketenangan dan juga ketentraman. Sedangkan keadaan Zulfa di rumahnya sudah membaik, ke dua orang tuanya dengan baik merawatnya.
"Akbar mana, Pa?" tanya Zulfa.
"Ngapain kamu memikirkan rampok itu?"
"Kata siapa Akbar perampok, Pa?" tanya Zulfa.
"Iya, perampok. Dia kan sudah merampok hatimu, tapi dia tidak ingin bertanggung jawab akan hal itu. Zulfa terdiam, dia tidak mampu berkata apa-apa lagi.
"Sekarang kamu harus mempersiapkan semua barang-barang mu, pagi ini jam tujuh. Kita akan pergi dari rumah ini," ucap papanya.
"Mau pergi kemana, Pa?"
"Pergi menjauh dari sini, agar kamu tidak lagi memikirkan laki-laki yang tidak mau menghargai perasaanmu!"