Hayati merenungkan nasihat demi nasihat yang Hana katakan. Dia juga menerapkan apa yang Hana katakan. Hayati tidak ingin mempermalukan keluarganya untuk yang kedua kalinya. Begitu juga dengan Akbar yang memiliki perasaan yang sama seperti yang Hayati rasakan. Sekali mereka memutuskan untuk mundur, maka mereka tidak akan pernah maju kembali. Terdengar Hayati dari dalam kamar muntah-muntah, Hana pun khawatir. Dia menghampiri Hayati dan masuk ke dalam kamarnya.
"Kamu tidak apa-apa, kan?" tanya Hana.
"Hayati tidak apa-apa, Ma. Mungkin hanya masuk angin saja," jawab Hayati.
Hana memijat punggung Hayati, dia berharap Hayati akan segera pulih kembali.
"Kamu istirahat saja dulu. Mungkin nanti mendingan," ujar Hana.
"Baik, Ma." Hayati akhirnya merebahkan tubuhnya. Bunyi kendaraan mobil datang, ternyata Sandi pulang.
"Hayati kemana, Ma?" tanya Sandi.
"Dia lagi istirahat, sepertinya dia masuk angin, Pa," jawab Hana.
"Apa kita bawa dia ke dokter saja?"