"Serius ?" tanya mereka. Aku mengangguk.
"Maksudnya apa sih? lo bisa berubah seperti The Devil gitu ?" tanya Marcello. Aku tersenyum, tidak secara fisik hanya sebagian kecil. Aku berdiri dan berjalan agak berjarak dengan mereka. Mau tidak mau, aku harus memperlihatkannya. Dan dalam sekejap aku pun telah mengembangkan sayapku di hadapan mereka, Perubahan sayapku dengan papaku sudah banyak berubah secara drastis. Begitu pun dengan tandukku.
Aku tahu sama seperti papa, ketika usiaku sepuluh tahun. Waktu itu aku sedang bermain boneka di kamarku. Aku tak pernah membeli boneka sepanjang hidupku. Boneka yang aku punya kebanyakan, adalah aku mendapat hadiah atau kado ketika ulang tahun dari umur 5 tahun, boneka itu berbagai macam, terutama sih Barbie.
Bahkan salah satu pamanku membelikan rumah boneka yang besar dan komplit dengan isinya. Ada tiga tingkat mirip kastil. Dan semuanya masih tersimpan rapi yang ada di kamarku sampai sekarang. Sebenarnya sih, itu ruangan khusus buatku menyimpan semua mainan. Sama seperti aku, adikku pun tak pernah membeli mainan apa pun, semuanya hadiah dan kado dari ulang tahunnya sendiri. Dia pun mempunyai ruangan khusus untuk mainannya juga, tentu saja mainan untuk anak lelaki. Kami berdua selalu di beri nasehat untuk menghargai barang pemberian orang lain, untuk menjaga dan merawatnya. Mau itu murah atau pun mahal.
Aku dan adikku sama-sama mendapatkan sayap di umur 10 tahun. Satu yang membedakannya adalah adikku Fallen Angel, sedang aku adalah The Devil selain itu sebenarnya, kekuatan kami juga berbeda, aku mempunyai kekuatan kegelapan sedang dia penyembuh. Itu kata papa dan nenek serta kakekku ketika kami berkunjung ke planet Paradise di usiaku 12 tahun.
Entah karena punya sayap The Devil atau tidak, aku sudah tahu dan merasakan serta melihat alam lain selain dunia sihir atau muggle. Alias dunia Astral, kadang ketika bermain dengan bonekaku, mereka hidup dan berbicara. Jadi aku bisa bermain dengan mereka dengan senang hati. Aku tahu kok, yang di dalam boneka itu sebenarnya para arwah yang memasukinya. Ada anak kecil, dewasa, dan kakek atau nenek-nenek.
Anehnya aku sejak awal tidak pernah takut dengan mereka, seburuk apa pun mereka. Memang ada yang baik dan juga jahat. Pernah suatu kali kami semua datang ke kediaman oma dari nenekku pihak mama. Konon dahulu tempat ini adalah berkumpulnya kelompok sekte terlarang. Mereka selalu melakukan ritual pemujaan iblis, tapi sayang semua di tangkap oleh yang berwajid dan di hukum.
Setelah kejadian itu, semua berpencar dan mengasingkan diri ke berbagai tempat. Mamaku sebenarnya sama dengan papaku mereka mempunyai darah The Devil, dan menurunnya semua kepadaku bukan adikku. Ketika di sana kami tinggal berempat saja, di sebuah mansion yang tua serta besar dan luas. Adikku juga sama, dia mempuyai kemampuan bisa melihat dunia lain. Hanya saja dia membutuhkan waktu untuk beradaptasi sebelum akhirnya bisa menerima hal itu.
Boleh percaya atau tidak, bukan hanya kastil milik kami yang berada di sini. Ternyata ada ada kastil lain yang berada di dunia lain. Papa pun baru tahu dan menyadarinya. Kastil ini bagai kembarannya di dunia nyata sama dengan milik keluarga nenek.
"Kok bisa sih, ada kastil lain ?" tanya mamaku waktu itu.
"Mungkin, dulu aku membuka pintu gerbang dunia lain tanpa di sadari !" jawab papaku ketika kami semua memasukinya.
"Kalian merasakan apa ?" tanya papaku kepada kami berdua. Alex adikku hanya menggeleng kepala.
"Kosong pa !" kataku tenang, papa mengangguk. Tiba-tiba papa meminta kami berpencar. Papa dan mama, sementara aku dan Alex. Aku berusia 13 sementara Alex 7 tahun.
"Kakak, aku takut !" katanya, sambil memegang lenganku. Aku mengerti karena dia masih kecil.
"Udah jangan takut! kan ada kakak! ini sama dengan di luar kok !" kataku menenangkannya. Dia mengangguk. Kami menyelusuri lorong rumah yang ... entah agak panjang? di banding dengan yang asli. Tunggu aura ini ...
"Ajelina sayang, ini papa! papa tahu ini adalah dunia kegelapan sebenarnya! ini seperti dunia sihir dan dunia muggle! dua sisi sama tapi berbeda! seperti cermin !" kata papaku dengan telepati menghubungiku dan menjelaskan semuanya.
"Iya pa! anjel juga merasakan hal yang sama !" kataku.
"Kamu pernah ke dunia kegelapan ?" tanya papa heran.
"Pernah pa! dulu waktu umur 11 tahun !" jawabku. Ceritanya waktu itu aku sedang bermain boneka sendirian, adikku masih kecil jadi di ajak mama pergi bersama nenek, awalnya aku di ajak juga. Tapi aku menolak dan memilih tinggal di apartemen saja sendiri.
"Ya sudah, nanti siang papa juga pulang kok !" kata mamaku, aku mengangguk. Setelah mereka pergi aku pun bermain boneka. Aku atur mereka seperti main rumah-rumahan. Dan seperti biasa, para bonekaku mulai bergerak dan berbicara.
"Aku, benci !" tiba-tiba salah satu boneka beruang marah dan melempar cangkir yang ada di meja dan itu beneran, dan langsung pecah berantakan. Aku pun menatapnya tajam.
"Kamu nakal! kamu harus di hukum! berdiri di sana !" ucapku marah, tunjukku ke pojok ke arah boneka beruang.
"Enak saja, memang kamu siapa? aku ini mahluk terkuat, dan kamu hanya manusia !" serunya marah, mata boneka itu berubah merah. Kuku beruang itu menjadi tajam seperti beneran. Dia pun menyerangku, tapi aku tak takut. Hanya tersenyum seringai, aku menggerakan tangunku dan boneka beruang itu terpental ke tembok dengan keras. Sehingga mahluk yang berada di dalamnya keluar. Tingginya sama dengan ruangan kamar. Matanya tajam dan merah. Ada taring di giginya.
Badannya besar, empat kali lipat dari tubuhku. Tangannya besar dan jarinya panjang dengan kuku yang runcing. Dia tertawa mengejek dan marah. Melihat tubuhku yang kecil dan mungil, hanya anak kecil biasa.
"Hanya anak kecil biasa! berani-beraninya melawanku !" katamya marah.
"Kamu nakal! makanya harus di hukum !" jawabku tak ada rasa takut dalam diriku.
"Kurang ajar kamu anak kecil! justru kamulah yang harus di hukum !" katanya dengan lebih marah, mungkin karena aku tak takut padanya. Dia pun kemudian mengeluarkan ilmunya. Tanpa di sadari sayapku muncul dan melindungiku. Dan itu berwarna hitam berkilauan. Mahluk itu terkejut dan di tambah melihat tanduk kecilku muncul di atas kepalaku kiri dan kanan.
"The Devil ?" serunya.
"Kamu mau melawanku ?" tanyaku kepadanya. Secara mengejutkan, dia terdiam dan kemudian menunduk.
"Tidak, tuan putri !" katanya dengan nada pelan.
"Baik, masuklah ke dalam boneka !" perintahku, dan dia menurut.
Begitulah, namanya Baron dia mahluk dari dunia kegelapan. Suatu hari aku dibawanya ke dunia kegelapan. Aku pikir akan menyeramkan, tapi ternyata tidak begitu. Dia menjelaskan siapa saja mahluk yang berada di sana. Sebenatnya Baron itu adalah mahluk Jin. Selain dia ada Setan dan Iblis. Apa bedanya di antara keduanya dan juga jin. Jin adalah mahluk yang berkoloni atsu mempunyai wilayah berupa kerajaan. Ada di darat, udara dan laut.
Mereka pun dari berbagai golongan baik raksasa, menyerupai binatang dan juga mahluk aneh lainnya. Termasuk yang menyerupai orang yang sudah meninggal. Setan adalah prajurit Iblis. Mereka cenderung jahat dah berbahaya. Muka mereka pun menyeramkan. Dan Iblis ada pimpinan mereka. Yang bisa berubah wujud menjadi apa pun, baik manusia, binatang dan lainnya.
Tujuan mereka jelas, menggoda manusia, sedang Jin tidak. Kadang justru manusia mendekati kaum Jin dengan tujuan tertentu. Jin pun ada yang baik dan jahat. Yang jahat justru bersekutu dengan Setan dan Iblis. Kadang sesama Jin juga saring berperang, memperebutkan wilayah kekuasaan mereka, termasuk juga dengan Setan dan Iblis.
Jin bisa berubah wujud, tapi terbatas. Seperti Baron, yang wujudnya raksasa. Sebenarnya bisa menjadi berwajah ganteng dan gagah. Begitu pun yang lain, baik lelaki maupun perempuan. Tidak seperti Setan atau Iblis. Jin layaknya manusia, punya keinginan, keturunan dan lain-lain. Makanya tak heran mereka kaya raya dan mempunyai kerajaan yang besar serta megah. Setan dan Iblis tidak seperti itu, mereka hanya menjalankan tugasnya itu sejak awal sampai nanti akhir dunia dan tak mempunyai keinginan lainnya.
----------------------
Tentu saja Jin timur dan Barat berbeda. Dari segi tubuh juga memang berbeda, mungkin di timur itu lebih beragam di banding di barat. Baron sendiri mempunyai kerajaan sendiri yang cukup besar wilayahnya. Dunia sihir dan kegelapan berbeda dimensi lagi. Termasuk juga muggle. Konon ada 7 lapisan dimensi Bumi yang utama. Menurut Baron, dimensi utama Bumi yang di huni oleh berbagai mahluk lainnya. Sisanya adalah mahluk Bumi yang lainnya, sama tapi beda kehidupan. Ada dimensi planet Bumi ketika masih perawan dan mahluk pra sejarah menguasainya. Ada jaman kerajaan atau abad lama dan sebagainya. Aku waktu itu hanya mengangguk, yang sebenarnya tidak begitu mengerti karena masih kecil.
Itulah sekilas kisahku dengan Baron dan kini menjadi temanku. Dia kemudian memberikanku sebuah gelang emas 24 karat. Sebagai tanda persahabatan. Kapan pun aku membutuhkan sesuatu dia siap membantu. Dan ketika di kastil kembaran warisan keluarga nenekku. Dia bercerita banyak bahwa ini adalah kastil lain di dunia kegelapan.
Bisa jadi mahluk yang di sembah oleh keluarga nenekku pun memutuskan membuat kerajaan atau tempat tinggalnya sendiri. Tapi dia mengaku, bahwa mahluk itu sudah lama menghilang. Aku dan Alex menyelusuri lantai paling atas. Menurut Baron di sana ada kamar gudang harta. Aku ke sana hanya penasaran.
"Kak, kita kebawah yuk !" ajak adikku yang merasa tidak nyaman dengan semuanya. Aku menolak.
"Sebentar lagi, ada yang aku ingin ketahui !" kataku.
Aku memegang tangannya dan membawa pergi ke ujung ruangan. Kini kami berdiri di depan sebuah kamar. Aku menatap pintu terukir.
"Kakak ... di dalam banyak uang !" bisik Alex, aku tertegun.
"Kamu bisa melihat ruangan dalam ?" tanyaku dia mengangguk.
"Apa lagi yang ada di dalam ?" kataku lagi. Alex menatap pintu dengan lama.
"Ada mahluk menyeramkan !" serunya.
"Seperti dia ?" tunjukku kepada Baron yang berdiri di sampingku. Alex terkejut dan agak ketakutan. Dengan gemetar dia mengangguk.
"Jangan takut! dia teman kakak, namanya Baron !" kataku tersenyum, Baron seperti mengerti dan kemudian mengubah dirinya menjadi lelaki biasa.
"Hai, aku Baron !" sapanya, Alex kini bengong dan mengangguk.
Baron mengatakan memang benar ada mahluk di dalam kamar. Dia adalah penjaga harta karun. Tapi ilmunya tak seberapa, bila di banding dirinya.
"Apa perlu aku masuk dan melawannya ?" tanya Baron, aku menggeleng kepala.
"Tidak usah! aku hanya penasaran, bukan untuk mengambil hartanya !" jawabku. Baron tertegun dan mengangguk, dia mengerti. Aku ajak Alex pergi.
"Tunggu !" tiba-tiba, ada suara dari dalam. Aku berhenti.
"Ya, ada apa ?" tanyaku.
"Kamu siapa ?" tanya mahluk itu.
"Oh, aku hanya lewat! kami sedang berada di rumah omaku! di dunia muggle! tiba-tiba melihat rumah yang sama dengannya di sini! maka kami masuk !" jelasku.
"Begitu! kamu tahu tuanku di mana ?" tanyanya.
"Aku tidak tahu siapa tuanmu! sungguh, di sini tidak ada orang atau mahluk lainnya !" jawabku. Mahluk itu pun bercerita, tanpa di duga pintu itu terbuka dan kini mahluk itu berwujud perempuan. Baron menatapnya tajam.
"Oh, kamu juga punya tuanmu ya ?" ujarnya menatap Baron.
"Pantas, aku mencium ada mahluk lain di sini !" katanya.
"Tunggu, tuanmu itu manusia seperti aku ?" tanyaku tertegun.
"Tentu saja! kami bangsa lelembut tak pernah menjadi atasan dan bawahan sesama kami! apa lagi menjaga harta sebanyak ini !" jawabnya.
"Oh, aku tak tahu apa pun! kamu kan bawahannya? pasti tahu dong, kemana dia ?" tanyanya.
"Namanya manusia ya, pasti mati !" katanya santai.
"Kalau begitu! aku bebas !" ujarnya sambil tersenyum, dan menghilang begitu saja.
"Kalau kamu mau ambil saja !" terdengar suaranya entah dari mana.
"Harta itu bukan miliknya, tapi milik orang lain !" lanjutnya setelah itu tak ada suara lain lagi.
Tak lama papa dan mama menyusul, dan aku memberitahu dia tentang semuanya. Dan akhirnya kami memberikan harta itu ke yang berhak menerima. Menurut Alex dia tahu siapa saja orangnya. Karena setiap yang dia sentuh benda itu akam terlihat di matanya siapa sosok orangnya. Tak lama semuanya selesai. Kami tidak tahu reaksinya. Sisanya harta itu milik keluarga nenekku.
------------------
"Inilah wujud asli gue !" kataku, di hadapan mereka. Semua tertegun menatapku.
"Terserah apa tanggapan kalian semua! apa yang ada dalam diri gue adalah keturunan! dan tak pernah gue gunakan, kecuali ada bahaya yang terjadi kepada diri gue! sayap ini sebatas pelindung! tak pernah keluar dari tubuh kecuali gue pinta !" tambahku sekaligus menjelaskan semuanya.
"Adik gue Alex juga punya! dan gue sama dia berbeda !" tunjukku kepada Alex dia berdiri dan mengeluarkan sayapnya.
"Dia Angel dan gue Devil !" kataku tersenyum. Kami mengembangkan sayap dan tampak berkilau.
"Beneran Angel ?" tanya Akio.
"Bukan, Fallen Angel !" jawabku, dan aku pun kemudian menjelaskan secara singkat.
Setelah itu, aku dan Alex seperti semula, aku mengatakan jangan di pikirkan tentang yang tadi terjadi, itu sama dengan yang lainnya.
"Sama lah seperti Raka! dia mermaid, ada juga Lyican dan lainnya! itu hanya sesuatu yang lain di tubuh kami atau darah keturunan saja !" kataku semua pun mengangguk mengerti.
Tak lama kami tiba di kota Moskow Rusia. Kami pun turun dari kapal, seperti biasa menggunakan bus. Menurut Zalena keluarga berada dan tinggal di Saint Petersburgh. Tapi untuk sementara kami akan tinggal di Moskow Rusia selama beberapa hari untuk jalan-jalan dan istirahat melepas penat setelah beberapa hari di dalam kapal.
Semuanya bilang belum pernah datang atau berkunjung ke Rusia sebelumnya, terutama kota Moskow. Moskow àdalah ibu kota Rusia, pusat ekonomi dan kebudayaan serta pemerintahan. Zalena membawa kami ke sebuah hotel di kota Moskow. Bangunannya bergaya eropa klasik. Ketika turun, semua bisa menduga hotel ini milik keluarganya. Karena terlihat semua pegawai seperti mengenalnya. Interior hotel di penuhi lukisan antik dan lampu kristal yang besar.
Bisa di sebut ini adalah hotel berbintang lima. Kami pun di ajak ke kamar. Satu kamar berdua. Dari jendela terlihat pemandangan kota Rusia yamg bercampur baur antara bangunan moderen dan khas Eropa. Dari Jauh terlihat Kathedral Santo Basil dengan bangunan uniknya seperti permen warna warni di menaranya.
Terlihat juga sungai besar yang membelah kota Moskow. Jalan-jalan di sini pun besar dan luas, tidak seperti di kota lain. Setelah makan siang di salah satu ruangan makan di sini. Ketika masuk kami takjub melihat restoran klasik seperti di kerajaan saja, ada banyak meja cukup besar, bisa menampung enam orang. Makanan yang di sajikan pun adalah makanan khas Rusia.
Bersambung ....