Chereads / Not Longer Mine / Chapter 4 - Pertemuan Pertama.

Chapter 4 - Pertemuan Pertama.

Yuya duduk diam di samping Ryosuke yang mengemudikan mobilnya menuju ke stasiun. Tidak berapa lama, mereka sudah sampai di stasiun bawah tanah. Ryosuke menghentikan mobilnya di seberang jalan. Dia menoleh ke samping, menatap Yuya yang masih diam.

"Apa kau yakin akan turun di sini? aku bisa mengantarmu sampai rumah," kata Ryosuke pada Yuya.

Yuya menoleh ke arah Ryosuke dan tersenyum lembut.

"Terima kasih, tapi itu tidak perlu. Aku tidak ingin merepotkan kamu lebih dari ini. Kau sendiri harus berangkat ke kantor, bukan? jadi pergilah sebelum terlambat dan kena marah oleh atasanmu," jawab Yuya berterima kasih dengan tulus.

Yuya melepaskan sabuk pengaman dan keluar dari mobil Ryosuke. Yuya menutup pelan mobil itu dan melambaikan tangannya. Sebelum dia berlari ke seberang jalan menuju stasiun bawah tanah.

Ryosuke membalas lambaian tangan Yuya dengan senyum manisnya. Dia tidak segera beranjak dari sini sana. Ryosuke memastikan Yuya menyeberang dengan selamat sampai ke stasiun bawah tanah. Barulah dia menjalankan mobilnya, setelah Yuya menghilang ke dalam stasiun.

Sepanjang perjalanan menuju kantor, Ryosuke tidak berhenti tersenyum. Dia merasa bahagia karena akhirnya bisa dekat kembali dengan Yuya.

"Bersiaplah untuk menerima kejutan manis dariku, Yuya. My little cat." Ryosuke melajukan mobilnya dengan kencang.

Yuya naik ke atas kereta. Dia berdiri di depan pintu masuk. Berpegangan pada tiang besi di sebelah kursi, Yuya menyandarkan kepalanya pada tiang itu. Yuya memejamkan matanya. Air mata Yuya mengalir tanpa Yuya sadari saat dia mengingat kembali kejadian kemarin. Yuya masih tidak menyangka, bahwa Daichi melakukan itu di belakangnya.

"Kenapa kau sangat tega, Senpai?" bisik Yuya pelan.

Selama ini Yuya selalu berusaha untuk setia pada Daichi, walaupun banyak pria di luar sana yang menggoda dirinya. Tapi Yuya hanya memilih Daichi dan berharap hubungan mereka tetap berlangsung selamanya. Yuya selalu berfikir tentang Daichi dan berusaha untuk bisa membahagiakan pria itu dengan cara Yuya sendiri.

Yuya tahu, Daichi berkorban banyak untuk dirinya. Oleh karena itu Yuya juga ingin membalas cinta Daichi dengan ketulusan dan kesetiaan. Tidak pernah terpikirkan oleh Yuya, bahwa Daichi akan berselingkuh di belakangnya. Mengkhianati cinta Yuya.

Getaran ponsel di saku celananya, membuat Yuya membuka kedua matanya. Yuya merogoh saku celananya dan mengambil ponsel miliknya. Dia melihat nama Daichi di dalam layar ponsel. Daichi menelpon dirinya. Yuya menghela nafas panjang, sebelum menerima panggilan telepon.

"Halo Senpai?" sapa Yuya dengan suara datar.

"Yuya? kemana saja kau, sayang? sejak kemarin aku mencoba untuk menghubungi dirimu, tapi tidak bisa. Kau bahkan tidak membalas pesan dariku. Apa kau baik-baik saja di sana? apa aku harus datang ke sana untuk memastikan keadaanmu sendiri?" sahut Daichi mencerca Yuya dengan pertanyaan beruntun dari seberang telepon.

Yuya memasang wajah datar. Kalau biasanya dia merasakan kebahagiaan saat mendapat perhatian seperti itu dari Daichi, tapi kini hanya ada perasaan kecewa dan muak di hati Yuya.

"Yuya? Yuya sayang? kau masih di sana?" suara Daichi terdengar khawatir dari ponsel Yuya.

"Ya, aku masih di sini. Senpai, aku harus segera masuk ke kelas. Maaf ... aku akan menghubungi Senpai nanti," sahut Yuya akhirnya.

"Baiklah. Nanti aku akan menjemputmu saat liburan semester. Kau belajarlah yang rajin di sana. Aku mencintaimu sayang," ucap Daichi diiringi dengan tiruan suara ciuman dari Daichi.

"Oke. Aku tutup dulu teleponnya." Yuya segera menutup telepon tanpa mendengar balasan dari Daichi.

Air mata Yuya mengalir deras. Yuya membekap mulutnya sendiri agar isakannya tidak terdengar oleh orang lain di dalam kereta itu. Yuya menunduk menyembunyikan wajahnya yang penuh air mata. Untunglah orang-orang di sana terlihat tidak perduli dengan urusan orang lain.

*****

Sementara itu, Daichi memandang ponselnya dengan senyum tulusnya. Daichi sangat rindu pada kekasihnya itu. Andai saja jadwalnya tidak padat, mungkin Daichi sudah melaju ke tempat Yuya berada. Namun Daichi masih memiliki urusan yang lebih penting. Daichi ada jadwal meeting dengan Presdir Natto group.

Daichi mendengar banyak berita tentang Presdir Natto group yang misterius. Banyak yang mengatakan, bahwa Presdir Natto yang baru masih sangat muda. Daichi sendiri sangat penasaran dengan sosok asli Presdir itu.

*****

"Silahkan Direktur Yamada. Presdir akan segera datang ke sini," ucap sekretaris kedua dari Presdir Natto.

Daichi masuk ke dalam ruang meeting yang luas. Dia berjalan ke sebuah kursi yang ada di depan meja panjang di tengah ruangan. Daichi duduk di sana sembari menunggu kedatangan Presdir Natto. Di samping Daichi, duduk juga beberapa orang yang sudah datang lebih dulu.

Suara ketukan sepatu yang membentur lantai, terdengar pada setiap langkah kaki tegas milik seorang pria muda. Pria itu memancarkan aura berbahaya yang memaksa siapa saja untuk tunduk pada dirinya. Benar-benar wibawa seorang pemimpin.

"Pak Presdir, silahkan sebelah sini," sambut sekretaris kedua tadi.

Pria itu berjalan menuju ke ujung meja diikuti oleh sang asisten kepercayaan. Semua orang yang ada di sana berdiri dan memberi hormat pada pria muda tersebut. Begitu juga Daichi. Dia ikut berdiri dan menoleh ke arah pria muda itu. Pria itu lebih muda dari dirinya.

"Mr. Takeshi," sapa mereka menunduk hormat.

Pria muda yang tak lain adalah Takeshi Ryosuke, balas menunduk hormat pada semuanya sebelum duduk di kursi pemimpin.

"Silahkan dimulai," ujar Ryosuke datar.

Lalu satu per satu orang memberikan presentasi mereka di depan Ryosuke. Mereka berusaha memberikan presentasi terbaik agar bisa menjadi mitra dan bekerja sama dengan perusahaan Natto grup. Perusahaan besar multinasional.

Begitu juga dengan Daichi, yang ingin mengembangkan sayap perusahaan milik keluarganya. Dia berharap bisa menjalin kerjasama dengan perusahaan milik Ryosuke. Saat tiba giliran Daichi untuk memberikan presentasi, Daichi maju dengan penuh percaya diri. Daichi yakin, bahwa penawaran miliknya adalah yang terbaik dibandingkan dengan yang lainnya.

Sementara itu, Ryosuke yang sejak tadi mendengarkan dengan santai setiap presentasi dari beberapa perusahaan lain, kini berubah serius saat mendengar nama dari perusahaan Daichi. Ryosuke menjadi lebih tertarik saat Daichi mengenalkan namanya di depan sebelum memulai presentasinya.

"Sebelumnya, saya akan memperkenalkan diri saya terlebih dahulu. Saya adalah Yamada Daichi. Direktur utama Perusahaan Yamada." Daichi memulai presentasi setelah memperkenalkan dirinya.

Daichi merasa semakin percaya diri, ketika dia melihat pandangan tertarik dari Presdir Takeshi. Daichi yakin, bahwa perusahaan miliknya akan terpilih dan menjadi pemenang dalam tender kali ini. Itu semua karena Daichi merasakan tatapan Ryosuke yang tajam pada dirinya. Daichi salah paham.

"Orang seperti inikah yang kau pilih, Yuya," bisik hati Ryosuke.

Daichi menyelesaikan presentasi miliknya dengan lancar. Setelah menutup presentasi dengan yakin, Daichi kembali duduk di kursinya. Dia tersenyum penuh percaya diri di kursinya.

Ryosuke berdiri saat Daichi selesai. Dia melihat pada semua peserta meeting hari itu. Semua orang berharap dengan cemas keputusan dari Presdir muda itu.

*****

Ryosuke berjalan keluar. Meninggalkan ruang meeting bersama dengan sang asisten dan juga sekretaris keduanya. Di belakangnya, Daichi bergegas mengejar Ryosuke.

"Permisi Tuan Takeshi. Bolehkah saya berbicara sebentar dengan anda?" panggil Daichi sopan pada Ryosuke.

Ryosuke menghentikan langkah kakinya. Dia menoleh ke belakang. Ryosuke melihat Daichi yang terburu mengejar langkahnya. Ryosuke diam di tempatnya. Menunggu Daichi mendekat ke arahnya.

"Maaf, Tuan Takeshi. Sebelumnya saya berterima kasih kepada anda, karena memilih perusahaan kami sebagai rekan kerja sama ke depannya. Tapi bolehkah saya bertanya sesuatu kepada anda, Tuan Presdir?" kata Daichi setelah berhasil menenangkan dirinya.

Ryosuke menaikkan salah satu alis matanya.

"Apa itu?" tanya Ryosuke datar.

To be continue