Chereads / An Empty World (END) / Chapter 50 - 50-Mom

Chapter 50 - 50-Mom

Badai pasti berlalu.

Arisa benar-benar bernapas lega menyadari semua telah selesai. Ia ikut tersenyum lebar, menatap orang-orang di luar gedung yang tampak sangat bahagia meskipun ia melihatnya samar karena sudah malam. Beberapa ilmuwan dan pasukan penjaga menghampiri, memberi selamat dan rasa hormat. Tidak dapat dipungkiri, otak dari penyelamatan warga benteng yang akan dipanen juga penyelamatan dunia adalah teman-teman Arisa.

Musibah 20 tahun lamanya telah selesai. Penjajahan infected telah berakhir. Virus Moscow tidak lagi hidup, musnah.

Hari ini, hari Kamis, tanggal 9 Maret 2062. Hari yang akan menjadi hari bersejarah untuk Indonesia.

Susan dan Merapi tampak, di belakang mereka berjalan V, Eva dan Ivan yang tersenyum bahagia. Bagi para ilmuwan, hal ini pasti pencapaian tertinggi mereka. Memusnahkan virus Moscow yang 20 tahun lamanya telah membelenggu manusia. Bukan hanya pencapaian mereka, tetapi juga pencapaian Indonesia. Negara yang sampai tahun 2042 masih menjadi negara berkembang, tetapi kini dapat mengubah segalanya.

"Aku ketinggalan banyak hal." Susan berujar.

Arisa langsung memeluk temannya itu, teringat kenangan saat di permainan pikiran. Saat mereka bertemu pertama kali di stable milik Susan. Saat Susan tanpa pemberitahuan langsung mengarahkan busur panah kepadanya dan Biru di depan gerbang stable. Saat mereka berada di Brimob dan tiba-tiba alien menyerang tempat itu, membuat Arisa kebingungan mencari Brownie, Ndeso, dan Ndesit.

Hai, semua itu tidak nyata. Tapi mengapa Arisa ingin sekali mengingatnya?

"Kamu nggak papa?" Arisa bertanya, melepas pelukan.

"Aku baik, cuma sedikit pusing." Susan menjawab.

Merapi di sebelah Susan tiba-tiba berucap, "Aku tahu ini alay. Tapi entah kenapa liat sekitar yang pada sujud syukur seneng, aku jadi pengen nangis terharu. Kalau dibayangin, 20 tahun lamanya hidup kayak gini pasti susah. Aku tahu mereka yang masih bertahan sampai sekarang itu orang-orang kuat."

Arisa yang antara terharu dan tertawa karena ucapan Merapi langsung menuju pemuda di depannya. "Iyalah. Mereka nggak kayak kamu yang mager, sukanya tidur kek sapi."

"Heh, walaupun gitu aku berjasa di perubahan ini ngerti nggak." Merapi tidak terima. Arisa tahu pemuda itu yang menjaga ruang pengawas CCTV setelah Arival pergi ke gedung pusat, mengawasi dan memberitahu apa pun yang terjadi di sana.

"Nggak ada yang terluka. Semua orang di gedung blok C selamat." V memberi tahu, disusul Eva yang mengangguk membenarkan.

Arisa mengedarkan pandang, tidak sengaja melihat Fadilah dan Riva CS yang dibawa beberapa ilmuwan untuk pemeriksaan beberapa meter darinya. Mereka masih menggunakan pakaian hijau. Kemungkinan besar baru bangun dari tidur lama mereka.

Mereka yang menyadari keberadaan Arisa meskipun gelap segera melebarkan mata, seolah ingin berseru, "Itu Kak Blue! Itu Kak Arina! Itu Kak Ausans! Itu Kak Merapi!"

Arisa langsung melambaikan tangan, disusul Biru di sebelahnya. Mereka seolah ingin menghampirinya, tetapi urung karena petugas kesehatan lain menyuruh mereka mengikutinya. Tetapi itu semua sudah cukup membuat Arisa bernapas lega. Pada a

akhirnya tidak ada lagi nyawa yang melayang karena kebiadaban Arktik.

Ngomong-ngomong tentang Arktik, pria itu sudah di bawa pasukan penjaga. Entah apa balasan yang akan pria itu dapatkan. Sarah dan Resa pasrah, membiarkan pihak yang berwenang menghukum papa mereka. Hukuman apa pun itu.

"Antivirus itu bener-bener manjur. Aku liat mereka semua mati pakr mata kepalaku sendiri." The Rock datang bersama timnya, memberitahu apa yang ia lihat lihat di luar benteng. "Butuh beberapa minggu untuk musnahin seluruh infected di dunia. Beberapa menit lagi mungkin banyak telepon yang bakal masuk. Benteng-benteng lain pasti bingung karena mereka tiba-tiba tumbang. Sisanya, beberapa jam lagi negara terdekat yang bakal ngerasai."

Arisa tersenyum. Itu benar-benar sesuatu yang membanggakan.

"Ini pencapaian terbesar Indonesia. Dan kita nggak akan lupa, Bu Arina lah yang buat formula antivirus itu paling awal." The Rock melanjutkan, membuat Arisa teringat dengan ibunya yang terakhir kali ia temui di penjara bawah tanah. Bagaimana kabarnya sekarang?

"Arisa ... ayo." Kakaknya tiba-tiba berucap. "Ibu pasti pengen ketemu kita sekarang."

Arisa terdiam, mengangguk. Perasaannya mendadak tidak karuan. Ia akan bertemu ibunya. Ia akan bertemu dengan seseorang yang telah menyelamatkan dunia. Ia akan bertemu pemilik ingatan yang ada di dalam otaknya.

Seorang Arina yang sesungguhnya. Bukan Arina palsu seperti Arisa.

***

Arisa berdiri di dekat sumur tempat ibunya dipenjara, di sebelahnya Arival menemani. Beberapa meter di depan sana, beberapa pasukan sedang membantu ibunya. Arival yang melihatnya segera melangkah maju, ikut membantu ibunya naik ke atas.

"Ibu baik-baik aja?" Arival langsung bertanya ketika ibu Arisa sampai ke atas, memberi mantel tebal yang sebelumnya telah disiapkan pasukan.

Ibunya tersenyum, tidak tampak seperti pesakitan yang dua setengah tahun lamanya berada di penjara bawah tanah. Wanita tampak lebih segar, tidak menyedihkan seperti yang terakhir kali Arisa lihat. Berita hari ini pasti sangat membahagiakan.

"Ibu nggak pernah sebaik hari ini, Val," ujar ibunya, langsung memeluk putranya. Meskipun di tengah kegelapan hutan dan hanya dibantu cahaya senter, Arisa tahu ibunya sedang menitikkan air mata di sana. Hei, ini mimpi ibunya 20 tahun lamanya. Mimpi mengembalikan dunia seperti awal. Arisa tahu bagaimana ibunya mengabdikan diri mencari antivirus tersebut. Dan sekarang, hal itu terealisasikan. Kerja kerasnya selama ini tidaklah sia-sia.

"Mana Arisa? Apa dia sama kamu?" Ibunya tiba-tiba bertanya.

Arisa menelan ludah, melangkah mendekati wanita yang berusia setengah abad itu. Tubuhnya mendadak tremor. Kenangan beberapa hari yang lalu berputar bak roll film di otaknya, membangkitkan sisi sensitif. Semua yang ia alami, cerita tentang Ibunya dan dunia yang mengerikan ini...

Arisa tidak lagi bisa menahan diri. Ia langsung memeluk ibunya, menangis sekencang mungkin. Mengingat perjuangan ibunya selama ini, mengingat hal mengerikan yang ia alami sejak kemarin...

Ingatan Arisa tentang ibunya mungkin hanya sedikit, bahkan tidak ada. Tidak seperti Arival gang mengingat semuanya. Tetapi ia selalu ingat sebuah pernyataan: pelukan seseorang yang menyayangi kita dengan tulus itu membuat nyaman. Entah kita mengetahuinya atau tidak... Entah kita mengingatnya atau tidak...

"Aku juga pengen peluk." Arival berkata.

Ibu Arisa tersenyum. Tangan kanannya bergerak memeluk anak pertamanya, sedangkan tangan kirinya mengusap punggung Arisa menenangkan.

"Udah, Nak. Semua udah selesai. Jangan nangis lagi, Arisa," ujar ibunya.

Arisa malah tambah sesenggukan. Rasanya ia ingin menangis di pelukan ibunya sampai puas.