Nyonya Maresa yang sejak tadi melihat putranya terus memandangi layar handphone mulai gerah. Ia duduk pada sofa yang lain yang berhadapan dengan sofa yang ditempati putranya. Badai Erlangga. Itulah nama anaknya yang sangat tampan tetapi bertingkah persis cowok gila cinta sejak empat tahun yang lalu, tepatnya sejak jatuh cinta pada seorang cewek bernama Aulya Marsyan. Jujur saja Nyonya Maresa sejak awal tidak pernah menyukai hubungan anaknya dengan Aulya. Entah apa alasannya ia selalu menentang hubungan keduanya.
Namun, hati Badai yang sekeras baja tidak akan tergoyahkan oleh apa pun dan siapa pun.
" Dai, sampai kapan kamu berhenti memandangi layar handphonemu itu!! Apa di sekolah belum cukup, hah??! "
Badai langsung bangun dan duduk tegak mendengar ucapan mamanya.
" Badai yang harus nanya sama mama, sampai kapan sih melarang saya pacaran sama Aulya??! Badai cinta sama dia, Ma. Hanya dia yang aku cinta, jadi tolong jangan memaksaku untuk mencintai cewek lain." Badai menatap lurus ke mata mamanya.
Nyonya Maresa mendesah panjang. Tidak ada gunanya melarang Badai pacaran dengan Aulya, toh nanti malah bertengkar lagi sama mamanya.
Nyonya Maresa mengakui akan paras Aulya yang sangat cantik tetapi tetap saja ia tidak menyukai gadis itu berpacaran dengan Badai, anak kesayangannya. Hati kecilnya mengatakan gadis itu tak secantik parasnya.
Badai beranjak keluar setelah menerima sebuah panggilan masuk. Nyonya Maresa mencengkram sofa penuh amarah. Badai ditelpon Aulya dan memintanya datang menjemputnya entah di mana Nyonya Maresa pun tak tau. Anak itu selalu menuruti semua kemauan Aulya hanya karena cinta bodohnya. Mana dia tau seperti apa isi hati Aulya yang selalu dibelanya didepan Nyonya Maresa, ibu kandungnya sendiri. Ia bahkan tega berbicara kasar dengan mamanya itu demi membela pacar tercinta apabila mamanya menjelek-jelekkan dia di depannya.
Badai menstarter motornya dan melaju dengan kecepatan tinggi. Aulya memintanya datang menemuinya di kampus, UI.
Melihat Badai sudah tiba, Aulya pura-pura menangis dengan histeris. Tentu saja Badai terkejut dan sangat khawatir. Ia ketakutan melihat orang yang sangat dicintainya lemas tak berdaya dengan rambut berantakan persis habis dicakar orang.
Aulya tidak pernah seperti ini sebelumnya. Aulya yang dikenalnya sangat memperhatikan penampilan, dan ia belum pernah melihat Aulya menangis sehisteris ini.
Ia menyentuh lembut wajah Aulya, kemudian meraihnya kedalam pelukannya.
"Ada apa, Lya? Katakan, apa yang terjadi??" Badai panik luar biasa. Tangis Aulya malah semakin kencang.
" Lya, plizzzz. Kamu kenapa?? Kalau kamu hanya menangis dan tidak memberitahuku apa yang terjadi, perasaanku tidak akan pernah tenang, Lyaaa." mohon Badai sambil membelai lembut kepalanya.
Ia mengusap lembut pipi Aulya yang penuh deraian air mata, yang tidak pernah ia ketahui air mata apa itu sesunggguhnya.
Aulya menghembuskan nafas dengan kasar dan menatap Badai tanpa ekspresi.
" Sebenarnya aku tidak akan pernah mengatakan hal ini sama kamu, Dai. Aku sangat mencintai kamu dan tidak pernah ada niat untuk mencintai orang lain selain kamu. Tapi, terpaksa hari ini aku harus mengatakannya biar kamu mengerti apa yang aku derita selama aku berpacaran sama kamu."ungkap Aulya.
Badai hanya manggut-manggutkan kepala meskipun sebenarnya ia tidak tau apa yang dimaksudkan oleh Aulya.
" Aku mau putus sama kamu. Aku tidak bisa menjalin hubungan dengan orang yang tidak mencintaiku sama sekali. Aku------ "
" Kamu bicara apaan sih, Lya? Sudah, sudah. Ayo, aku hantarin kamu pulang." Badai berusaha mengalihkan pembicaraan.
Ia sangat mencintai cewek itu dan tidak ingin putus darinya. Ia tidak pernah mencintai cewek lain seperti yang dituduhkan Aulya barusan, makanya ia memilih untuk mengajaknya pulang saja. Ia takut bila Aulya benar-benar meninggalkannya.
" AKU INGIN PUTUS, Dai."
" Jangan. Aku tidak ingin putus dari kamu. Aku mencintaimu, Lya. Hanya kamu, percayalah." Badai meraih tangannya dan mengecupnya dengan penuh kasih sayang.
" Pembohong!!!! Aku melihatmu dengan cewek lain kemarin . Kamu selingkuh dengan cewek itu dibelakangku." Aulya membentak hanya untuk mencari alasan berpisah dari Badai.
Kenyataannya justru dia lah yang mengkhianati cinta tulus Badai, tetapi ia dengan sengaja membalikkan fakta,
dan dengan bodohnya Badai malah terjebak dalam permainannya.
Darra menghentak-hentakkan kakinya dengan kasar. Ia berang. Seandainya ia bisa menelan orang, orang pertama yang akan ditelannya adalah kakak keduanya si Raka dan wanita brengsettt si Aulya Marsyan yang membodohi banyak cowok menggunaakan parasnya yang aduhai termasuk kakak kedua Darra, si Raka yang bodohnya melebihi batas normal.
Jelas-jelas ia sudah melihat dan mendengar langsung rencana buruk Aulya kepada Raka, tetapi kakaknya yang kepala batu itu malah membentaknya dan hampir mendaratkan tangannya di pipi mulus Darra.
Sebetulnya ia tidak pernah suka ikut campur urusan kedua kakaknya, tetapi tidak mungkin kan ia hanya menonton drama yang dilakukan oleh Aulya Marsyan, sang pembawa malapetaka dalam hidupnya.
Bahkan, demi membela wanita gila harta itu Raka sampai tidak mengakuinya sebagai adik entah sampai kapan berlakunya.
Ia hampir saja menghancurkan handphonenya, tapi-------
Matanya terbelalak kaget. Jantungnya berdetak sangat cepat karena menahan amarah yang meluap-luap dari hatinya. Pandangannya tertuju pada dua insan yang berada tidak jauh darinya. Lagi-lagi yang ditemukannya adalah AULYA, makhluk astral dari neraka.
Biarkan saja??
TIDAK. Tentu saja tidak. Cowok yang bersama Aulya adalah Badai Erlangga, pacar Aulya yang sudah hampir empat tahun menjalin kasih dengannya. Cukup kakaknya si Raka bodoh yang dibodohi Aulya, ia tidak akan pernah membiarkan penyihir licik itu membodohi yang lain juga.
Bagaimana pun caranya, aku akan menyingkirkan kamu, Aulya!!!! Janji Darra dalam hatinya.
Badai dengan sabar mendengar alasan Aulya. Mungkin sudah terlanjur cinta sehingga ia tetap tidak ingin berpisah dari Aulya.
" Kamu mempunyai cewek lain, Dai. Kamu pacaran sama dia saja. Aku tidak ingin mempunyai pacar yang mencintai dua orang sekaligus." tangis Aulya semakin meledak ketika melihat Aulya yang tiba-tiba sudah ada didepan sana yqng menatapnya dengan mata melotot marah. Ia sangat panik melihat Darra dan dengan sengaja ia menangis tiada henti.
Badai semakin khawatir. Ia tidak menghiraukan ucapan Aulya yang meminta putus dengannya.
" Aku tidak pernah mencintai cewek lain, Lya. Aku hanya mencintai kamu seorang."
" Maafkan aku, Dai. Aku------ " Aulya terkejut bukan main. Sebuah permen karet yang tadinya di mulut Darra tapi sekarang tertempel rapi di wajahnya. Darra mendekatinya dengan tatapan serigala yang disambut dengan sangat baik olehnya, sangat bengiss.
Ia sangat jengkel dan sangat membenci Darra Anggrani.
Ini pertama kalinya ia diperlakukan sehina ini.
Badai mendongak menatap Darra. Ia geram, tidak sudi pacarnya diperlakukan seperti itu.
Darra tersenyum sinis ke Aulya, tanpa memperdulikan tatapan maut dari Badai yang siap menelannya hidup-hidup.
BERSAMBUNG