Chereads / A Hero's Dream / Chapter 4 - hari yang sial

Chapter 4 - hari yang sial

Ketika bapak masrias menelpon orang tua dari Arusha kerena dia dibully disekolahnya, ibu arusha langsung panik, dan dia menjemput Arusha kesekolahan.

"Oke pak, saya secepatnya kesana" kata Arumi didalam telepon

"Oke Bu, saya akan tunggu" sahut bapak masrias didalam telepon

Karena si Erzi yaitu bapak dari Arusha sedang bekerja, Dan Arumi tidak memiliki kendaraan untuk kesekolah, dia memutuskan untuk menggunakan angkutan umum buat kesana.

"Duh, mana kendaraan sedang dipake Erzi lagi, pake ojek aja sudah" kata Arumi yang sedang panik

Sudah beberapa menit Ojek tak kunjung lewat, dan Arumi makin khawatir dengan keadaannya Arusha disekolah.

"Duhh, Gimana yaaa, Mana ojek gak ada yang lewat lagi, dah lah saya jalan kaki aja, sekalian mencari ojek dijalan"

Setelah berjalan beberapa kilo meter dari rumah, Arumi melihat taxi lewat, dan dia pun memanggilnya.

"Taxi, sini sini" kata Arumi sambil berteriak-teriak memanggil taxi

Setelah Taxi menghampiri Arumi, Arumi meminta supir untuk mengantarkannya ke sekolah.

"Antar saya ke sekolah Mawarman, secepatnya!" Kata Arumi sambil panik

"Oke oke bu, akan saya tambah kecepatan taxinya" ucap supir taxi, dan supir taxinya pun menambah kecepatan mobilnya sesuai permintaan Arumi biar cepat sampai kesekolah...

Setelah beberapa menit, taxi pun sampai kesekolahan dengan cepat..

Dan Arumi langsung diantarkan penjaga sekolah untuk ke ruang uks buat menjenguk Arusha yang sedang sekarat disana.

Ketika di uks, Arumi menanyakan keadaan arusha kepada arushanya

"Bagaimana keadaanmu? Sakitnya dimana?" Tanya Arumi yang sedang panik kepada arusha yang berbaring di ranjang ruang uks.

"Apakah ibu tidak melihat kalau Keadaanku sedang tidak baik baik saja?" Sahut Arusha yang kesal dengan pertanyaan ibunya

"Okelah kalo gitu" sahut Arumi lagi

Setelah sejam di ruang uks, dan keadaan arusha mulai membaik, Arumi mengajak anaknya itu untuk pulang saja

"kayaknya keadaanmu sudah mulai membaik, bagaimana jika kita pulang saja?" Tanya Arumi

"Oke lah bu, aku juga udah bosen di tempat yang panas ini" sahut Arusha

Arusha dan ibunya pun pulang diantar oleh penjaga sekolahnya arusha dengan menggunakan motor.

Setelah sampai dirumah, arusha melanjutkan istirahatnya tadi. Arusha menanyakan dimana Reiki kepada ibunya, karena dia tidak terlihat dari tadi

"Bu, si Reiki dimana"? Tanya arusha

"Katanya kerja kelompok di rumah temannya" ibunya menjawab yang arusha tanyakan tadi

"Siapa temannya Bu?" Tanya arusha karena dia penasaran sama temannya Reiki

"Tadi kata Reiki nama temannya itu gin" jawab ibunya

Tiba tiba Arusha kepikiran.

"Bukannya gin itu dari clan gool juga"

Ucap arusha dalam hati.

Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam, dan ayah arusha sudah pulang dari kerjanya yang sangat lama.

Setelah sampai dirumah, ayah arusha meneriaki arusha.

"Arushaa, apa bener tadi kamu dibully di sekolah, hah?"

Lalu dijawab arusha dengan keadaan yang sangat menegangkan karena diteriaki tadi.

"Iya yah, itu benar"

Lalu ayah arusha memberi semangat kepada anaknya saat di bully.

"Arusha, ingat ini, Pada saat mengalami luka batin, emosional terus, saya lawan dengan bentuk kemarahan. Tapi kemarahan, kecewa, rasa terhina itu saya ubah menjadi energi untuk saya buktikan bahwa saya tidak seperti yang mereka bayangkan.

Jadi kalo kamu dibully mereka lagi, kamu lawan, biar mereka tau kalo kamu tidak sepengecut yang mereka pikirkan" kata ayah arusha untuk memotivasi anaknya.

"Siap yah, akan aku ingat terus kata kata ayah tadi" dijawab arusha dengan penuh semangat atas motivasi ayahnya tadi

Erzi tahu kalo kedua anaknya lagi ujian disekolahnya, Erzi mau tau berapa nilai ulangan dihari pertama dia ujian. Dan dia meminta kedua anaknya untuk menunjukan nilainya itu.

"Arusha, Reiki, coba ayah lihat nilai ujian kalian"

Arusha dan Reiki pun datang menghampiri sang ayah.

Reiki yang pertama kalo menunjukkan hasil ujiannya itu

"Nih yah, nilai ujian aku" Reiki yang menunjukan nilai ujiannya itu, yang nilainya sangat bagus, bahkan nilainya diatas 90.

"Oke, awalan yang sangat bagus. pintar kamu" Erzi yang memuji Reiki karena nilai ujiannya sangat bagus.

Kemudian Giliran arusha yang menunjukan hasil nilai dari ujiannya tadi.

"Nih yah, maaf nilai aku sangat jelek" arusha yang menunjukan nilai ujian yang sangat jelek, bahkan nilainya dibawah 50.

Tiba tiba ibu dari Arusha dan Reiki ke ruang tamu setelah dari dapur buat memasak, karena mendengar bahwa nilai arusha yang sangat jelek.

"Arushaa, kalo jelek begini, kamu bisa gak naik kelas" Ibu arusha yang marah karena nilainya arusha.

Erzi mencoba menenangkan Arumi biar tidak marah karena itu

"Tenang, cuman hal begini kok kamu marah?" Tanya Erzi kepada Arumi

"Gimana mau tenang kalo ini bersangkutan dengan masa depannya anak kita, yah?" Kata Arumi yang masih marah akibat itu.

Lalu Erzi memberikan motivasi lagi kepada kedua anaknya itu.

"Ingat ini, nilai itu tidak penting, yang penting itu adalah adab kepada orang yang lebih muda dan orang yang lebih tua" kata Erzi kepada anak anaknya itu

"Kenapa kita harus beradab kepada orang yang lebih muda" Tanya Reiki kepada ayahnya itu.

"Kita harus beradab kepada orang yang lebih muda dari kita karena kita yang terlebih dahulu lahir, dan kita juga yang terlebih dahulu berbuat dosa" jawab Erzi atas pertanyaan Reiki tadi.

Arusha juga bertanya kepada ayahnya itu.

"Lalu kenapa kita harus beradab kepada orang yang lebih tua dari kita?"

Tanya arusha kepada ayahnya

"Karena orang yang lebih tua dari kita adalah orang yang dahuluan lahir dari kita, dia juga berdahuluan yang berbuat baik dari kita, dan dia juga lebih banyak tau dari kita, jadi kita harus beradab kepada mereka yang lebih tua" jawab Erzi atas pertanyaan arusha.

Arusha menyakinkan ibunya kalo suatu saat nanti dia bisa untuk mencapai cita citanya.

"Tenang Bu, suatu saat nanti aku bisa membanggakan ibu dengan prestasiku dan tercapainya cita citaku" kata arusha untuk menyakinkan ibunya

"Akan ibu support selalu apa yang kamu inginkan, dan Lakukanlah Apa yang Membuatmu Bahagia." sahut ibu arusha biar dia makin bersemangat.

Sudah 1 Minggu berlalu, Sekolahnya arusha sudah selesai melakukan ujiannya.

Pada hari Senin yang cuacanya cukup cerah, SMP Mawarman waktunya pembagian raport untuk menentukan nilai siswanya dan menentukan apakah naik kelas atau tidak.

"Selamat pagi anak-anak, hari ini kita akan melakukan acara pembagian raport. Disini kalian akan ditentukan apakah naik kelas atau tinggal Disini, saya akan membagikan sesuai nomor absen, dimulai dari Arta." ucap bapak masrias di depan kelas 8H.

Setelah raport selesai dibagikan ke semua siswa, dan waktunya pulang kerumah masing masing.

Waktu arusha mau mencek raport dia, disana arusha tidak menemukan tulisan kalo dia naik kelas. Arusha pergi menemui bapak masrias untuk melaporkannya.

"Bapak, kok diraport aku tidak ada tulisan naik kelasnya?" Tanya Arusha kepada bapak masrias

"Maaf nak, tulisan itu sengaja tidak bapak tulis agar tau langsung dari bapak" sahut bapak masriah

Waktu bapak masrias bilang begitu, mata arusha berkaca kaca karena dia tau pasti ada kejadian yang tidak enak.

"Tau langsung maksudnya apa paak?" Tanya arusha kepada pak masrias

"Saya akan menjelaskannya di depan ibumu. Tunggu saya telpon ibumu dulu agar datang kemari" sahut bapak masrias, dan dia mau menelpon ibunya arusha untuk mendatanginya kesekolahan biar menjelaskan itu.

'kring kring kringg' bunyi telpon dari rumahnya Arumi atau ibunya dari arusha.

"Iya, ada apa pak?" tanya Ibu arusha yang sudah mengenali suara dari pak masrias.

"Mohon maaf mengganggu, apakah ibu bisa kesekolahan, ada yang ingin kami jelaskan dengan ibu" jawab pak masrias.

"Oke pak, saya segera kesana"

Setelah beberapa menit akhirnya Arumi sampai kesekolahan dengan menggunakan angkutan umum untuk menemui pak masrias.

Setelah Arumi sampai di ruangannya pak masrias. Pak masriah menjelaskan bahwa anaknya yang bernama arusha tidak naik kelas.

"karena nilai ujian dari arusha sangat jelek, Pihak sekolah memberi pilihan sama arusha. Pindah sekolah atau mengulangnya dari awal. Akan saya beri waktu untuk memikirkan hal itu" bapak masrias yang memberikan pilihan kepada arusha dan ibunya.

Setelah rapat antara pak masrias dengan orang tua dari arusha selesai, dan mereka di beri waktu untuk memikirkan hal itu.

Mereka berdua pulang kerumah menggunakan angkutan umum.

_to be continued_