Chereads / Riona / Chapter 33 - Not Belong To Anyone

Chapter 33 - Not Belong To Anyone

Hujan kembali turun sore itu. Bulan Maret sudah melangkah di hari kelima. Seharusnya hujan sudah berhenti. Tapi guyuran air hujan tidak pernah absen seminggu ini. Cuaca pun menjadi kacau. Jaman di bumi mulai tidak bersahabat. Luke menemani Valerie berenang. Aku melihat mereka berdua dengan senyum tersungging. Bahkan seorang iblis pun memiliki naluri seorang ayah yang mau menyayangi dan melindungi anaknya. Sedetik pikiranku kembali ingin menghakimi kedua orang tuaku. Aku duduk di meja dapur dan mencoba menyingkirkan isi otakku yang akan membuatku kembali terluka.

"Terkadang saat kita tidak beruntung mendapatkan orang tua yang baik, membuat kita ingin memperbaiki dimasa mendatang," ucapan Fiona memecah keheninganku. Aku mengangguk. Dia membaca isi pikiranku. Aku mengajaknya duduk.

"Mungkin dari sisi pandangmu aku adalah ibu yang kejam. Membiarkan Mariane mengubah Valerie menjadi vampir. Tapi saat itu, tujuanku lain Rie. Aku ingin memiliki kesempatan lebih lama menjadi seorang ibu," Fiona mulai berkaca-kaca. Aku mulai merasa bersalah.

"Tapi tidak kusadari, bahwa aku tidak akan pernah menjadi ibu yang sempurna. Valerie tidak akan pernah dewasa dan aku telah menghancurkan kesempatannya masuk surga. Aku adalah monster dalam wujud seorang ibu ...," ucap Fiona lirih namun terdengar pilu.

"Fiona ...," kupeluk gadis itu dari belakang. Hatiku merasakan kesedihannya. Betapa tega aku sempat memiliki penilaian buruk tentangnya.

"Mencintai Luke adalah hal terbaik yang pernah kualami dan rasakan. Tapi saat dia berpaling, aku tidak punya siapa-siapa lagi, kecuali Valerie. Hati Luke tidak pernah menjadi milik siapapun," kalimat Fiona barusan menyentak hatiku.

"Maksudmu, Fiona?" tanyaku melepas pelukan kami. Fiona gugup. Dia seperti baru tersadar salah ucap.

"Fiona, tolong katakan maksudmu. Apakah benar hati Luke tidak akan pernah menjadi milik siapa pun?" tanyaku berbisik. Fiona menggelengkan kepalanya dan berlalu dariku. Aku mengejar Fiona, dan di ruang tamu aku menarik tangannya.

"Ada sesuatu yang aku tidak ketahui tentang dia, bantu aku, Fiona. Supaya mengerti ...," pintaku sambil memohon penuh harap. Fiona bimbang. Sikapnya tampak gelisah.

"Luke adalah seorang malaikat yang terbuang. Dan kau tahu itu. Jika dia sudah berkenan di hadapan Magna Patris, maka dia harus kembali ke surga. Dia tidak bisa dimiliki oleh siapapun Rie. Luke milik Magna Patris," desis Fiona dengan setengah tergagap dan takut.

Aku menjauh darinya dan menghenyakkan tubuhku di sofa, perasaanku membeku. Fiona segera menghindar dan kembali ke dapur.

Berkali-kali aku coba mencoba mengingkari hal ini. Sulit untuk menerima kenyataan. Sekarang Fiona menegaskan kembali, aku dan Luke tidak akan pernah bersatu. Cinta ini salah dari awal. Suara pintu pagar yang dibuka kembali menyadarkan aku. Om Bas, Puri dan Panji datang. Aku mengernyit heran. Tumben sekali Om Baskara bertamu.

"Om," sambutku mencium tangannya.

"Rie," sahut lelaki setengah baya yang masih terlihat gagah dan berwibawa mengelus rambutku dengan penuh kasih.

"Bapak mau ngomong sesuatu, Rie. Luke dan Fiona ada?" tanya Puri. Aku mengiyakan dan membawa mereka ke gazebo.

Setelah berkenalan dengan Om Bas secara resmi, Luke dan Fiona berkumpul dengan kami di ruang keluarga.

Om Bas yang terlihat kagum melihat Luke segera menjelaskan maksud kedatangannya. Kesatuan khusus yang dipimpinnya akan mulai memburu Mariane dan kumpulannya. Mereka membutuhkan Luke untuk membantu meringkus komplotan itu.

"Kenapa komplotan sekecil itu membutuhkan saya, Baskara?" tanya Luke dengan suara berwibawa. Dia tampak menunjukkan keagungannya sebagai panglima tertinggi di neraka.

"Karena Mariane sudah menguasai Indonesia, Singapura dan Malaysia. Jaringannya tersebar cepat dalam kurun waktu sebulan," terang Om Bas sambil menunjukkan tabnya. Luke meraihnya dan mempelajari informasi di layar.

"Cerdas, bagaimana manusia menciptakan sistemnya sendiri untuk bertahan hidup diluar perkiraanku selama ini," puji Luke meletakkan tab di meja. Kami menunggu ucapan berikutnya.

"Berapa banyak bantuan yang kau butuhkan, Bas?" tanya Luke. Muka ayah Puri langsung terlihat cerah.

"Cukup lindungi Singapura dan Malaysia. Indonesia sudah di bawah perlindunganku," sahutnya antusias. Dalam hati aku sangat terkesan oleh kesigapan ayah Puri. Luke mengangguk setuju.

"Aku heran kenapa dua negara itu masih tidak maju kesatuan khususnya," gerutu Panji.

"Pikiran modern yang tidak lagi menganggap penting hal seperti ini. Bahkan mungkin sudah hilang kepercayaan mereka," jawab Om Bas.

"Jadi menurut, Pakdhe, mereka tidak percaya akan makhluk seperti vampir itu ada?" tanya Panji. Om Bas mengangguk.

"Mereka menyangkal dan menganggap mereka hanyalah bentuk mitos dan khayalan masa lampau. Padahal makhluk terkutuk itu pandai tersembunyi. Bisa jadi dia adalah tetangga kalian yang setiap hari terlihat normal. Atau bahkan petugas bank yang melayani kalian seperti manusia normal. Tapi sesungguhnya, tidak ada yang normal tentang mereka. Jika kaum vampir atau manusia serigala dengan suka rela mendaftarkan diri pada kami, maka kami akan mendampingi dan mengajarkan hidup menurut cara kita. Mereka bisa bertahan hidup di dunia manusia tanpa harus merugikan ras manusia sendiri." Paparan panjang lebar dari Om Bas membuatku terperanjat. Inikah dunia sesungguhnya? Banyak misteri yang tersembunyi?

"Jadi menurut, Om Bas, para mahkluk tersebut sudah berbaur dengan kita secara tersamar?" tanyaku makin penasaran. Om Bas mengangguk.

"Pembunuh berantai yang ada di mana pun, kebanyakan adalah kaum vampir. Manusia serigala jauh lebih rapi karena mereka biasanya memiliki perkumpulan jadi saling menjaga dan melindungi. Beda dengan vampir yang terkadang memilih berdiri secara individual dan menyerang tanpa sebab. Sifat iblis vampir lebih besar dari manusia serigala," jawab Om Bas dengan senang. Dia tampak gembira memberi keterangan padaku. Aku mencoba mencerna satu persatu. Pantas, terkadang pembunuhan mutilasi yang kejam terjadi. Itu tidak sepenuhnya perbuatan ras manusia. Itu adalah ulah vampir yang menyamar menjadi manusia! Dunia ini ternyata penuh dengan segala hal yang tidak sepenuhnya terkuak?

"Baiklah, kita beraksi mulai besok," ucap Om Bas lagi sembari bangkit. Ponselnya terus bergetar. Luke mengedipkan matanya dan meneguk kaleng bir hingga habis.

Sepeninggal mereka. Kami bersantap siang. Sikapku yang diam mengusik Luke. Fiona terlihat gelisah. Dia menyadari mulutnya lancang telah mengungkap fakta yang tidak seharusnya kuketahui. Setelah makan siang aku meminta supaya membereskan piring dan memberi Fiona mengajak Valerie berkeliling daerah Yogyakarta. Gadis kecil itu berteriak kegirangan.

Aku menata piring dan gelas terakhir ke dalam rak, terakhir mengelap meja. Luke dengan sabar menunggu dan bersedekap tangan sambil memandangku dari sofa ruang keluarga.

"Ada yang menganggu kamu kan?" tanya Luke. Aku tidak menjawab. Berusaha sekuat tenaga menyimpan ini hingga Luke selesai membantu mengatasi pemberontakan Mariane.

"Rie, aku tahu hubungan kita tidak mudah. Tapi posisiku saat ini tidak memungkinkan aku selalu ada untukmu," ucap Luke lagi. Aku berjalan mendekatinya dan bersender di meja kerja Luke.

"Kita nggak mungkin bersatu kan, Luke?" Pertanyaanku membungkam lelaki yang sudah menumbuhkan rasa cinta dan harapan untukku bahagia. Aku berbalik dan meninggalkan Luke. Air mata ini tidak sanggup kutahan lebih lama. Rasa sakit atas reaksi Luke membuatku terpukul kembali. Luke tidak akan pernah menjadi milikku.