Evakuasi segera dilakukan untuk memindahkan telur-telur tersebut ke markas penjara Daniel. Tempat tersebut akan menjadi lokasi yang paling tepat untuk menjaga dan menetaskan tiga puluh butir telur yang kini tidak lagi memiliki orang tua.
Riona tampak termenung menatap satu persatu mayat monster kadal yang dimasukkan ke dalam karung jenazah.
Razz menepuk pundak Riona mencoba meringankan sesal yang kini menggunung dan membebani wanita tersebut.
"Kekonyolan kita yang terlalu menganggap diri sebagai pahlawan," gumam Firman dengan wajah ditekuk.
Riona masih bergeming dan tidak merespon rekannya sedikit pun.
Setelah semua selesai dan dirapikan, Razz memerintahkan untuk membakar rumah tersebut. Mereka kembali ke markas dengan hati yang menyimpan kesesakan.
Puri yang mengetahui apa yang telah terjadi, meminta Riona untuk mengikutinya.
"Aku lagi nggak ada mood, Ri," tolak Riona.
"Kamu nggak bakal nyesel. Ini bisa ngilangin semua persepsimu saat ini!" janji Puri.