Riona dan Puri melemparkan ransel mereka ke dalam helikopter dan naik. Nika memasang sabuk pengaman dan meraih headset untuk komunikasi dengan pusat kendali radar udara.
Setelah beberapa kali menyesuaikan frekuensi, Nika memeriksa satu persatu tombol dan tuas di depannya.
"Kamu jadi pilotnya?" pekik Rie mencoba mengalahkan suara deru helikopter.
Nika tersenyum, namun tidak menoleh atau menjawab. Kekaguman Riona pada Nika makin bertambah. Rudo masuk paling akhir. Puri dan Riona memasang sabuk dan memberi isyarat Nika dengan acungan jempol.
Helikopter itu membumbung perlahan dan meninggalkan landasan udara SWIR di Yogyakarta. Razz melambaikan tangan pada keempatnya dengan wajah penuh makna. Walaupun ucapan syukur terlontar, namun dirinya merasa penuh dengan tekanan dan rasa khawatir. Betulkah ini keputusan yang tepat?
***