Kumpulan awan yang membentuk dataran rata dan terkesan padat tersebut berujung pada sebuah taman yang sangat indah.
Setiap rumah yang ada di tempat tersebut mirip dengan negeri impian. Para malaikat membentuk dengan wujud bangunan yang mereka sukai.
Uriel masih tertegun di depan rumahnya yang terbuat dari gelondongan kayu yang mirip dengan kabin besar.
Mikhael memang berhasil mengalahkan pasukan iblis yang datang menyerang hari itu. Akan tetapi, sahabatnya memutuskan untuk pergi karena tidak tahan akan sikap Uriel yang sangat mengontrol dan ingin mengendalikan semua sesuai dengan buah pikiran dan bukan perintah Magna Patris selama ini.
Dengan benak yang semakin kusut, Uriel mengingat jelas ucapan Mikhael padanya.
"Kau mencoba menjadi Dia, Uriel! Itu bukan takdir dan awal penciptaan kita! Kau menyalahi kodrat dan aku sangat tidak setuju denganmu! Aku akan pergi dan silahkan kau menentukan sendiri jalanmu!"
