Aku diam, Rian pun diam. Seolah-olah, kami sedang mencerna apapun yang Rian katakan padaku. Dan aku bingung harus berkata apa mengenai semua itu. Lagi... fakta tentang Ricky terungkap. Dan, itu membuatku sesak.
"Lalu—"
"Nilam ada di sini, Yan?" ucapanku terhenti. Setelah Ricky datang sambil menyibak tirai sebagai sekat yang ranjang yang kupakai. Mata cokelatnya menatapku, dengan teduh.
"Iya, nih, dia... sedang nggak enak badan, katanya." jawab Rian kemudian dia bangkit.
"Udah... sana lo, jangan ganggu kami."
"Oke...." jawabnya. Rian kemudian pergi, karena terdengar derit pintu yang terbuka kemudian tertutup.
Ricky mengambil kursi yang ada di sebelahku berbaring. Dia duduk, sambil memandangku lekat-lekat.
"Ke Rumah Sakit, ya?" bujuknya. Aku menggeleng dalam diam.
"Kalau kamu sakit, ayok ke Rumah Sakit... aku nggak mau kamu kenapa-napa."
"Aku nggak apa-apa, Rick. Aku hanya butuh istirahat." jawabku pada akhirnya.