Apakah diantara kalian ada yang mengetahui bahwa pada suatu tanggal, semua siluman yang hidup di dunia berbeda akan masuk ke dunia manusia, namun diantara siluman-siluman yang datang tidak akan ada manusia yang dapat mengenalinya, mengapa? Karena hari itu adalah hari hallowen, semua manusia memakai kostum hantu, sedangkan siluman tidak perlu memakai kostum apapun, karena pada dasarnya mereka adalah siluman.- Dua Dunia
"Duarr…. Sedang baca apa Mer?" ucap Fanda yang sengaja mengagetkan Merry.
Sambil menahan nafas, Merry menoleh ke sahabatnya, "Fanda, kamu ini! Dasar menganggu!" gerutu Merry.
Fanda yang penasaran segera menggambil buku yang ada di tangan sahabatnya, "Astaga sudah besar masih suka dunia fantasi??"
"Kembalikan!" teriak Merry sambil menarik novelnya, "Fan, menurutmu siluman itu ada atau tidak?"
Fanda mengeryitkan dahi sambil tangannya memegang dahi sahabatnya, "Apa kamu sakit?"
Melihat wajah Merry yang cemberut, Fanda langsung tahu, bahwa sahabatnya dari kecil membutuhkan jawaban yang serius, "Hah, dasar kamu ini, mana ada siluman pada zaman sekarang, kalau di novel dan di komik baru mereka ada, ayo kita ke kelas."
Merry dan Fanda adalah dua siswi SMA di kota Surabaya, saat ini mereka kelas XII-IPA1 selain pintar mereka juga terkenal baik hati karena suka membantu teman-teman yang kesulitan dalam hal pelajaran, sifat mereka berdua yang selalu ceria dan mudah bersahabat membuat mereka disukai oleh teman-teman satu sekolahnya, namun selain mereka berdua, ada lagi siswa unggulan di sekolah tersebut yang bernama Fernando, ia terkenal pendiam dan hanya berkumpul dengan beberapa teman lelaki saha, bahkan ada rumor yang menyebutkan bahwa Fernando adalah pangeran es karena selalu menolak cinta gadis-gadis di SMA yang menyukainya. Selain itu ada Andrew yang adalah mantan pacar Merry sekaligus mantan ketua OSIS yang terkenal tampan dan ramah pada semua gadis. Mereka berdua juga termasuk kelompok siswa populer disekolah.
Pak Roy guru Fisika sekaligus wali kelas XII-IPA 1 memberikan pengumuman, "Anak-anak mulai kelas dua belas ini kalian akan dilatih untuk membuat karya ilmiah sebelum kalian membuat karya ilmiah sesungguhnya. Untuk mengerjakan karya ilmiah, bapak akan membagi dalam kelompok. Satu kelompok terdiri dari tiga orang. Bapak sendiri yang akan menentukan kelompoknya, apa ada pertanyaan?"
Andrew yang adalah ketua kelas, mengangkat tangan dan bertanya, "Pak berapa lama kita mengerjakan karya ilmiah ini?"
Pak Roy menjawab dengan tenang namun penuh ketegasan, "Kalian diberi waktu selama tiga bulan, temanya seputar tentang sains. Apakah tidak ada pertanyaan lagi? Jika tidak bapak akan lanjutkan pembagian kelompok dan sisa jam pelajaran ini, kalian bisa berkumpul bersama dengan kelompok kalian untuk merundingkan judul, karena bapak tidak mau ada judul atau pembahasan yang sama."
Pak Roy menulis dengan spidol nama kelompok di papan, setelah selesai menulis, Pak Roy kemudian membalikkan badannya dan berkata, "Anak-anak, bapak sengaja membagi kelompok dengan teman yang jarang kalian ajak bicara, jika diantara kalian ada yang bersahabat atau berpacaran, jangan harap kalian bisa satu kelompok." Senyum Pak Roy yang memiliki maksud tersendiri.
Melihat daftar nama di papan, Merry langsung melebarkan tatapannya, seakan tidak percaya bahwa dia harus satu kelompok dengan Fernando yang terkenal sangat dingin terhadap semua wanita, namun disisi lain ia bersyukur karena satu kelompok dengan Novi yang adalah anak pendiam namun baik hati.
Melihat teman-teman yang sudah berkumpul dengan kelompoknya, Merry segera menghampiri Novi terlebih dahulu, sebelum ia menuju ke Fernando yang dikenal 'pangeran es atau pangeran berhati dingin'.
"Nov, kita satu kelompok, ayo ketempat Fernando."
Novi tersenyum dan berdiri mengikuti Merry. Saat berpapasan, Fanda berbisik kepada sahabatnya, "Sayang, kita tidak satu kelompok," Merry tersenyum dan menepuk pundak Fanda, "Bukankah lebih asik kamu, yang satu kelompok dengan Andrew, dia kan pintar hahaha," canda Merry.
"Silahkan duduk," ucap Fernando singkat.
"Ehm Fernando, kelompok kita akan membahas apa?" Merry memulai percakapan lebih dahulu dengan nada yang sangat sopan.
"Kalau aku terserah saja hehehe," Ucap Novi yang sedikit gugup.
"Wah kalau terserah ini aku juga bingung, hmm apa ya? Apa tentang anatomi binatang saja?" sahut Merry yang mulai berusaha sedikit santai.
"Nov, kalau kamu ada ide lebih baik dikeluarkan, sebagai satu kelompok harus bekerja sama, bukan jawaban terserah." ucap Fernando ketus sambil melihat wajah Novi yang gugup.
Antara terkejut sekaligus kesal saat mendengarkan ucapan Fernando, Merry mulai berpikir bagaimana jika Novi tersinggung, karena siapapun bisa tersinggung dengan ucapan seperti itu.
'huh apa cowok ini tidak tahu kalau Novi memang anak yang pendiam dan suka mengikut saja kalau kerja kelompok! Dasar cowok berhati dingin! Baru pertama kali berkelompok sudah begini, bagaimana bertahan dalam tiga bulan!' keluh Merry dalam hati.
"Se.. sebenarnya aku punya ide," Ucap Novi dengan tangan gemetaran.
Merry langsung menoleh kearah Novi karena terkejut melihat reaksi Novi, seakan-akan Fernando bisa membaca pikiran Novi.
Perlahan-lahan, Merry memegang tangan Novi dan berkata, "Tenang saja, kita bisa mempertimbangkan idemu."
Novi menghembuskan nafas, setelah perasaannya cukup tenang, ia mulai berkata, "Sebenarnya aku ingin sekali meneliti persilangan DNA dari dua spesies yang berbeda."
Mendengar jawaban Novi, kali ini Fernando yang terkejut, sementara Merry yang melihat reaksi pria berlambut hitam lebat tersebut hanya bisa diam dan bertanya dalam hati, mengapa dia begitu terkejut?
"Maksudmu seperti apa?" Tanya Merry, yang masih penasaran dengan keterkejutan Fernando.
"Hmm mungkin seperti ular sawah belang dan ular sapi," ucap Novi yang mulai percaya diri.
"Itu tidak mungkin," ucap Fernando yang berusaha tenang. "Terlalu berbahaya kalau kita memakai persilangan DNA binatang, lebih baik kita pakai tanaman." jawab Nando.
"Iya boleh juga, kita pakai persilangan DNA mawar putih dan mawar merah saja," ucap Merry.
"Aku juga setuju, apalagi waktu kita terbatas." sahut Novi.
***
Sinar bulan menerangi kegelapan langit malam, suasana malam terasa begitu ramai. Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, namun jalanan Surabaya masih saja ramai dan banyak orang yang duduk sambil bercanda ria di kedai-kedai yang masih buka. Suara sepeda motor dan mobil tidak terlalu membisingkan telinga, meskipun banyak kendaraan berlalu-lalang. Ditengah hiruk pikuk kota Surabaya, Merry kembali membaca novel yang berjudul 'Cinta siluman dan manusia' karya seorang wanita yang tidak ingin diketahui indentitasnya, karena itu pada sampul depan novel, tertulis "Madam X" sebagai nama penulis.
Meskipun Merry adalah anak yang mudah bergaul, ramah, dan cukup pintar dalam pelajaran, namun dia sangat menyukai dunia fantasi dan hal-hal yang sangat tidak masuk akal, bahkan jika bisa, Merry sangat ingin pergi ke dunia tersebut jika dunia siluman memang ada.
Hari pertama aku bertemu denganmu adalah hari yang tidak akan pernah kulupakan, dengan senyum yang manis, dan mata biru yang dihiasi sinar bulan, engkau menolongku untuk bangun diantara kerumunan orang-orang. – Hari pertama
"Wah, sayang sekali penulisnya dirahasiakan, hmm betul-betul novel yang menarik," seperti biasa Merry membaca novel favoritnya dengan posisi tiduran di kasurnya yang bermotif beruang. Sambil tengkurap dan menaruh bantal di bawah dagu untuk menyangga.
Novel yang memiliki cover warna hitam tersebut dipegang dengan kedua tangannya. Tanpa terasa setengah jam telah berlalu, HP Merry menyala dan memberitahukan bahwa ada satu pesan dari Whatsapp group.
Masih di posisi yang sama, Merry mengambil HP yang terletak di sebelah kirinya, dan melihat siapa yang mengirim pesan malam-malam seperti ini. Begitu mengetahui siapa yang mengiriminya pesan, Merry segera meletakkan novelnya dan membalikkan badan untuk posisi duduk di tempat tidurnya dengan kaki bersilang.
"Ada apa Fernando mengirimi pesan malam-malam?" setelah membaca isi pesannya Merry mulai membalas pesan yang memberitahukan bahwa jika penelitian akan dimulai besok sepulang sekolah, agar karya ilmiah cepat selesai.
"Tidak aku sangka ternyata dia serajin ini. Kelompok lain saja belum ada yang mulai melakukan penelitian, dia besok sudah mau mulai, oh Novi ternyata membalas,"
Tidak beberapa lama, Merry segera mengirim kalimat yang ia ketikkan, "OK." Yang hampir sama dengan Novi bahwa ia juga setuju, dan Novi mengusulkan tempatnya bahwa lebih baik membeli bunga di jalan Kayon agar bisa segera meneliti.
"Kalau dipikir kembali, baru kali ini aku punya nomor HP Fernando, selama ini dia terkenal dingin sekali kalau sama cewek, apalagi aku hampir tidak pernah mendengar dia pacaran, kelihatannya hanya dia satu-satunya cowok jomblo di sekolah." gumam Merry. Kemudian ia melanjutkan kembali membaca novel.
Manusia selalu ditakdirkan bersama dengan manusia, dan siluman akan jatuh cinta pada siluman. Dua dunia yang berbeda tidak akan bisa ditembus dengan mudah, namun jika aku ditakdirkan menghancurkan penghalang ini, aku rela melakukan apapun untuk menghancurkannya agar bisa bersamamu – cinta yang egois.
***
"Apa?! Kamu sudah mau mengerjakan tugas kelompok?" Tanya Fanda yang cukup terkejut.
"Iya, karena itu kita tidak bisa pulang bersama." keluh Merry.
Sambil berjalan menuju kelas, Fanda menggelengkan kepala dan bergumam, "Ternyata benar, anak pintar tidak akan suka lama-lama mengulur waktu untuk mengerjakan tugas."
"Aku bukan anak pintar tahu!" sahut Merry.
"Bukan maksudku Fernando, dia benar-benar pintar dan keren, beruntung kamu satu kelompok dengan dia," ucap Fanda yang menepuk bahu sahabatnya.
Bel pulang sekolah berbunyi, anak-anak segera bersiap meninggalkan kelas, setelah merapikan buku dan peralatan tulis di meja mereka, Fernando yang sudah merapikan mejanya lebih dahulu, segera mendatangi Novi dan Merry yang duduknya berdekatan.
"Aku mau mengambil kendaraan dulu, kalian tunggu di kantin." ucap Fernando.
Di grup chatting mereka sudah sepakat akan membeli bunga di jalan Kayoon, dan Fernando pulang lebih dahulu mengambil mobil di rumahnya agar mereka bersama-sama dapat membeli bunga.
"Rumahmu daerah mana? Bagaimana kalau kita bersama-sama naik ojek online ke kayon untuk membeli bunga, lalu pulangnya kita naik ojek online sendiri-sendiri," usul Merry.
"Rumahku dekat dari sekolah, oke, kalau kalian mau seperti itu." jawab Nando santai.
"Ehm… tidak apa-apa kok kita menunggu kamu, ndo, karena Handphone ku masih tidak bisa untuk dibuat transportasi online." ucap Novi dengan malu-malu.
Merry segera sadar, bahwa di kelas, Novi adalah salah satu murid yang masih memiliki Handphone 'jadul' (jaman dulu) yang hanya bisa Whatsapp, Facebok, dan Instagram saja, karena kapasitas Handphonenya yang terlalu sedikit.
"Ah iya tidak apa-apa, kita menunggu kamu, maaf ya Nov, aku terlalu mementingkan diri sendiri, karena aku juga sebenarnya tidak seberapa suka sih menunggu di kantin, apalagi anak-anak cowok yang suka godain kalau aku sendirian atau sedang menunggu di kantin," ucap Merry.
Seperti memahami kondisi kedua temannya, Fernando memberi usul, "Kalian berdua berangkat dulu ke kayon untuk membeli bunga dengan transportasi online, aku akan menyusul kalian."
"Baiklah, tapi jangan sampai kamu tidak datang ya ndo," ucap Merry, dan Nando segera berpaling pergi tanpa mempedulikan ucapan Merry.
'Sombong sekali! Lihat saja nanti!' gerutu Merry.
Di sekolah mereka memang terdapat peraturan bahwa siswa maupun siswi dilarang membawa kendaraan pribadi berupa mobil, karena akan membuat kesenjangan sosial. Hanya para guru saja yang diperbolehkan membawa mobil kesekolah, karena itu baik murid-murid dari golongan mampu atau tidak sama-sama membawa sepeda motor sebagai kendaraan pribadi mereka.
Setelah Merry dan Novi ada di dalam mobil yang sudah di pesan, Novi berkata kepada Merry, "Mer, kamu tenang saja, aku pernah satu kelas dengan Fernando, dan dia tidak pernah tidak menepati janji, justru dia satu-satunya cowok di kelas yang tidak pernah terlambat, bohong, atau lupa sama tugasnya,"
Merry mengernyitkan dahi, "Kamu begitu mengenal Nando ya? Kalau dilihat, dia juga bisa membaca pikiranmu loh waktu pertama kali kerja kelompok."
Novi tertawa, "Iya, itulah Nando, sudah kamu percaya saja sama dia, dan jangan marah waktu dia mengabaikanmu, dia memang begitu hahaha."
"Dasar pangeran berhati dingin!" ejek Merry.
"Oh iya Mer, meskipun Fernando terkenal sebagai pangeran berhati dingin, ia selalu mau membantu para siswi, yang ia tidak suka hanya jika siswi tersebut menyatakan cintanya." Ucap Novi. Sementara Merry mulai berpikir ulang tentang pria yang barusan dikenalnya lewat tugas kelompok.
***
"Wah, bunga ini bagus Mer, lihat warna merahnya menyala sekali," ucap Novi dengan semangat.
Merry segera ke tempat Novi, sambil membawa bunga mawar putih, "Lihat kalau yang putih ini, bagaimana?"
"Bagus banget, kita pilih dua ini saja," ucap Novi dan Merry mengangguk setuju, ketika penjual sedang membungkus, tiba-tiba Merry teringat sesuatu, "Nov, kamu bawa uang tidak?" bisik Merry.
"Aku cuma bawa uang Rp.25.000 dan tadi sudah kepakai Rp10.000 untuk ongkos kesini," ucap Novi yang mulai gelisah.
"Aku lupa bawa uang lebih, uang ku juga kepakai Rp 15.000 dan hanya tinggal Rp5000, bagaimana ini? Apa kita mengulur waktu sampai Fernando datang?"
Belum selesai Merry berbisik, Bapak penjual segera menyodorkan dua bunga mawar yang sudah dibungkus, "Non, totalnya Rp50.000."
"Ini pak uangnya." ucap seorang pria tampan yang berada tepat di belakang Merry dan Novi yang sama-sama berdiri kaku dan berkeringat dingin karena tidak sanggup membayar barang yang sudah mereka beli.
"Terima kasih ya dik." ucap bapak penjual tersebut dengan ramah.
"Nando, untung kamu datang tepat waktu, coba kalau terlambat satu menit, kita bisa dimarahi bapaknya, hahaha.." canda Merry yang sangat bersyukur sekali atas kedatangan seorang penyelamat.
"Iya, beruntung sekali." ucap Novi sambil menghela nafas lega.
"Setelah ini kita tentukan tempat penelitian, Bunga mawar ini mau ditaruh di rumah Merry atau Novi?" ucap Nando tanpa menghiraukan candaan dari teman-temannya.
"Mengapa harus rumah kami berdua, bagaimana dengan rumahmu? Bukannya kamu bilang kalau rumahmu dekat dengan sekolah jadi lebih mudah kalau mengambilnya," sahut Merry.
"Aku tidak punya taman, dan rumahku juga banyak anak kecil, takutnya adik-adikku bisa merusak bunga tersebut," jawab Novi.
"Apalagi di rumahku, tidak ada tempat buat tanaman, karena tidak ada halaman." Jawab Merry dengan senyum yang memiliki arti tersendiri.
"Kalian ini cewek, tetapi tidak suka berkebun! Terpaksa kita kerumahku, ayo masuk mobil," ajak Nando yang sedikit kesal.
Melihat punggung Fernando, diam-diam Merry mulai menyadari sebenarnya Fernando termasuk kategori siswa keren, dengan tinggi 180cm, punggung tegap, dan lengan yang sedikit berorot, apalagi dengan kaos hitam yang sedikit ketat, menunjukkan otot lengannya, serta seragam celana SMA yang masih dipakainya menambah ketertarikan Merry pada pria yang berjalan didepannya.
***
Jam masih menunjukkan pukul 15.00 WIB, mereka bertiga akhirnya sampai di rumah Fernando. Sebuah rumah yang cukup luas dan memiliki dua lantai. Pagar bewarna hitam yang tidak dikunci segera di buka oleh Merry dan Novi. Selesai memarkirkan mobilnya di garasi, Fernando menutup pagarnya. Sebelum Merry dan Novi melangkah menuju ruang tamu, tiba-tiba Nando menghentikan langkah mereka, "Hei, kalian berdua, bunganya mau ditaruh dimana?"
"Kamu tidak membiarkan kita masuk dahulu?" ucap Merry.
Kini giliran Fernando yang mengernyitkan dahi mendengar ucapan Merry, "Maksudmu??"
Novi yang melihat situasi tidak menyenangkan segera memegang tangan Merry dan berkata, "Ayo Mer, kita tanam bunganya dahulu di taman agar tidak layu,"
"Loh, bukannya tamu harus masuk dulu baru kita keluar lagi dan menaruh di taman," jawab Merry dengan sinis.
Suasana menjadi tegang, Nando yang tidak suka jika rumahnya dimasuki oleh orang asing dan Merry yang sangat jengkel dengan Nando, mengapa dia melarang dirinya dan Novi untuk masuk, padahal setiap ia datang kerumah teman cowok selalu dipersilahkan masuk dan tidak boleh pulang cepat-cepat. Ditengah suasana yang tegang, tiba-tiba datanglah seorang wanita paruh baya yang duduk di kursi roda,
"Nando, apa itu teman-temanmu? Kenapa tidak dibiarkan masuk?" Ya, wanita tersebut adalah ibunya Nando.
"Mama, mengapa keluar dari kamar? Ini teman-temanku, ayo kalian masuk." ucap Fernando dengan muka sedikit kesal, sambil mendorong kursi roda mamanya ke ruang tamu.
Ruang tamu Fernando memiliki desain yang minimalis. Sebuah sofa panjang dengan meja marmer hitam di depannya yang langsung menghadap televisi berukuran 40inc. membuat suasana menjadi nyaman. Pada dinding yang bewarna putih, terdapat beberapa foto Fernando saat kecil bersama dengan ibu Fira. Di sebelah kiri ruang tamu terdapat tangga yang langsung mengarah ke lantai dua, tempat kamar Fernando.
"Kalian mau minum apa?" Tanya Ibu Fira dengan ramah.
"Tidak perlu repot-repot tante," jawab Merry.
Meskipun pernah melihat berkali-kali ibunya Fernando saat pengambilan rapot, namun Merry tidak menyangka bahwa ibunya Fernando sebenarnya sangat cantik, baik hati, dan memiliki aura keibuan yang hebat, berbeda sekali dengan Fernando yang dingin dan cuek terhadap wanita.
"Nando, tolong buatkan es jeruk untuk mereka." ucap ibunya Fernando dengan senyum hangatnya. Meskipun Ibu Fira sudah berumur 40an namun, wajahnya masih terlihat seperti umur 30an dan kulitnya pun sangat halus, juga terawat, namun entah mengapa setiap bertemu di sekolah Ibu Fira selalu memakai sarung tangan dan kaos kaki, seakan-akan ada yang ditutupi, dan pada hari itu Merry mengetahui jawabannya ketika melihat tangan dan kaki ibu Fira yang memiliki beberapa luka bakar.
"Ini minumannya." Ucap Fernando sambil membawa nampan yang berisi tiga gelas es jeruk.
"Terima kasih tante." Jawab Merry dan Novi bersamaan.
"Kalian silahkan mengerjakan tugasnya disini, tante ke dalam dulu ya." Senyum ibu Fira begitu ramah, dengan bibirnya yang merah alami tanpa tambahan lipstick.
'Heran deh, mamanya begitu ramah tetapi anaknya kasar sekali!' gerutu Merry dalam hati, dan seketika itu juga Nando tersedak.
"Nando kamu tidak apa-apa?" Tanya Novi heran.
"Ah.. tidak apa-apa, kelihatannya ada yang mengatakan hal buruk tentangku!" sindir Fernando.
'Apa maksudnya dia mengatakan itu? Memang dia bisa membaca pikiranku?! Tahu saja aku baru mengatakan hal buruk tentangnya.' Ucap Merry dalam hati.
Fernando yang seakan tahu pikiran Merry berusaha menahan amarah dan mengajak mereka untuk mengerjakan tugas kelompok.
Sambil duduk di ruang tamu, mereka bertiga segera memulai mengerjakan karya ilmiah lebih dahulu. Merry menyadari bahwa Fernando adalah anak orang yang cukup kaya, bahkan camilan yang disediakan mamanya adalah camilan yang sangat enak dan memiliki harga yang lumayan mahal. Entah mengapa mengetahui sedikit kehidupan Fernando, membuat Merry semakin penasaran dan ingin mengenal Fernando lebih dalam lagi, mungkinkah ini hanya rasa penasaran atau ada rasa yang lain?