Chereads / A Trip Of Our Youth / Chapter 39 - Surprise Gagal

Chapter 39 - Surprise Gagal

Pagi ini Sonya dibuat tidak enak hati usai melakukan panggilan video dengan putri semata wayangnya. Secara tidak terduga, teman-teman Yora datang ke rumahnya, lengkap dengan kue ulang tahun, balon berbentuk angka 25, juga confetti.

"Lioranya udah berangkat dari minggu lalu."

Perkataan Sonya membuat 8 orang yang ada itu melongo. "Katanya berangkatnya April, tante."

"Rencana awalnya sih gitu. Tapi karna pas tante beliin tiketnya ada misscom, jadi berangkatnya dimajuin."

Hanya suara "ohhh" dan kepala yang terangguk-angguk di satu menit berikutnya. Baik Sonya maupun teman-teman Yora sama-sama bingung harus bagaimana.

"Yaudah deh tante, kita pamit," kata Virly.

"Enggak masuk dulu? Duduk sama minum dulu gitu? Kasian pagi-pagi udah ngerepotin," imbuh Sonya. Wanita itu benar-benar tidak enak hati.

"Enggak usah, tante. Gapapa kok. Abis ini kita vidcall aja Yora-nya," kata Edo.

"Oh, yaudah deh. Marahin aja tuh Yora."

"SIAP TANTE!"

* * *

Yora sudah berpose imut saat melihat notifikasi panggilan video di ponselnya. Teman-temannya pasti mau mengucapkan selamat ulang tahun padanya.

"EH, M*NYED, LU DI MANE??? NIH, KITA ORANG UDAH NYAMPER KE RUMAH LO MALAH KEKECEWAAN YANG KAU BERIKAN. CIH."

Sial. Bukannya ucapan selamat, malah serapah yang Yora dapatkan. "HEH JAMET, GAK ADA AKHLAK LU YE. Orang princess lagi ultah. Selamat-in dulu, kek."

"Lo kalo ada di sini, gue lempar nih kue ke muka lo, Ra," gentian Virly yang bersuara seraya menunjukkan kue di tangannya.

"Lo pada abis ke rumah gue?"

"IYA!" jawab mereka kompak.

"Kok gak nanya dulu sih. Salah lo pada lah."

"Kalo nanya dulu berarti bukan surprise dong, bego," timpal Gala.

"Ya gapapa, nanti gue pura-pura kaget."

"Lo sih, berangkatnya dimajuin gak bilang-bilang. Si Jamet sampe belom mandi tuh gara-gara mau cepet-cepet surprise-in lo," lapor Inez.

"Iya nih! Mobil gue jadi bau badannya si Jamet," ujar Evan yang lantas mendapat toyoran.

Sepertinya mereka terpisah di 2 mobil. "Satu lagi mobil siapa?" tanya Yora.

"Calon lakinya Inez! Ceuilehhh. Kenalan dulu bos sama ibu kepala suku," kata Gala sambil mengarahkan ponsel ke wajah pemilik mobil.

"Halo, Liora. Happy birthday ya."

"Hiii, thankyou. Namanya siapa, manis?"

"Dimas."

Setelah itu, Inez langsung mengambil alih ponsel itu. "Gak usah gatel ya lo, cabe."

"Waduh, galak banget nih pawangnya."

"Eh, udah. Mending lo tiup lilin dulu, Ra. Abis itu mau kita potong kuenya. Laper nih, belom pada sarapan," kata Virly.

"Lah, bisa gitu. Gimana gue tiupnya? Emang bisa ngirim angin juga ini HP?"

"Gue wakilin. Udah buruan! Happy birthday to you-"

Sesuai perintah, mereka bernyanyi lalu Yora pura-pura meniup lilin ulang tahunnya. Setelah api terlihat sudah padam, suara sorakan heboh terdengar, lengkap dengan suara mirip ledakan yang berasal dari confetti.

"JAMET, B*NGS*TTT. MOBIL GUE JADI KOTOR, G*BL*K!"

Yang lain tertawa mendengarnya. Itu suara Evan, dan Yora tau akan ada pertengkaran gak faedah antar cowok-cowok di mobil tersebut setidaknya untuk setengah jam kedepan.

* * *

Kebetulan hari ini ada pertunjukkan Broadway di teater yang ada di dalam kapal. Jadi, untuk merayakan ulang tahun Yora, 3 sekawan itu menonton pertunjukkan tersebut.

Ngomong-ngomong soal Broadway dan pertunjukkan, Yora selalu senang dengan keduanya. Pernah ada harapnya untuk tampil dari panggung ke panggung, menunjukkan pada dunia indahnnya seni tari dan peran. Walaupun kalau boleh jujur, ia tidak se-pede itu untuk urusan vokal.

Tapi tetap, panggung teater dan musikal tidak pernah gagal membuatnya terkesima. Makanya Yora heran banget saat menyadari Sera malah tertidur pulas. Padahal suara musik menggelegar di sana sini, tapi gadis berkacamata ini sepertinya tidak terganggu sama sekali.

Baru saat finale, Sera terbangun. Itu juga mungkin karena terganggu tepuk tangan meriah penonton.

"Kok bisa-bisanya lo molor di dalem sih, Se?" tanya Yora saat mereka sudah di luar teater.

Tujuan selanjutnya adalah lunch ala ciwi-ciwi hits di sebuah restoran yang ada di kapal. Bukan di tempatnya Thomas, tapi sama-sama fine dining.

"Kita tidur jam 4 pagi, Ra. EMPAT PAGI! And you expect me to be fully awake at 10 am? Yakali."

"Tapi kan tadi berisik banget. Gak keganggu gitu?" tanya Aruna.

"Sounds like a lullaby to me."

Tidak lama, ketiganya sudah duduk manis di restoran yang dimaksud. Yora sibuk dengan ponselnya, mungkin asik membalas ucapan ulang tahun. Aruna juga sama, mungkin urusan Sun Up. Hanya Sera yang tersisa, memberi gadis itu kesempatan untuk kembali memikirkan percakapannya semalam.

Setelah pesta di dek, 3 sekawan itu memang tidak langsung tidur. Ketiganya malah lanjut mengobrol sampai tidak sadar berjam-jam lebih sudah terlewati. Mereka duduk melantai di balkon yang pas-pasan untuk 3 orang itu.

"Jadi, Ra. Gimana rasanya?" tanya Sera sembari memakan sisa kue bikinan Thomas tadi.

"Apanya?"

"Jadi manusia seperempat abad."

"Lo juga bakal tambah tua kurang dari empat bulan lagi."

"Ya makanya gue nanya ke elo, rasanya gimana?"

Yora menelan kuenya dulu sebelum menjawab. "Realizing that I'm old?"

Sera mengangguk.

"Tadinya biasa aja. Ini hal tahunan yang selalu kita rayain, full of gratitude and joy. Tapi abis lo nanya gitu, gue jadi mikir. Iya ya, 25… dan gue masih single. Padahal cita-cita gue mau kawin umur 25 tahun. Tuhan, bisakah tahun ini hamba mendapatkan hadiah berupa calon suami?"

Sera dan Aruna berdecak kesal. Kirain Yora mau ngomong sesuatu yang menyentuh.

"Kalo ternyata jodoh yang Tuhan kasih buat lo Romeo, gimana?" tanya Aruna yang langsung diberi pelototan oleh Yora.

"GAK! Gak mungkin Tuhan sejahat itu sama gue."

"You always talk about marriage like it's the happiest thing."

Penuturan Sera membuat dua temannnya menengok. Sera yang sedang menyendok kue itu pun ikut terdiam. "Apa?"

"Lo juga, 24 tahun 8 bulan hidup, kenapa gak pernah nyoba buat pacaran?" tanya Yora. "Asik tau. Iya gak, Na?"

Sera lalu menyalakan ponselnya dan memperlihatkan foto seseorang. "I'm in a secret relationship with Jeong Jaehyun."

"Dia bahkan gak tau kalo hidup."

"Ya makanya gue bilang rahasia. Cuman gue yang tau."

"Tapi serius, nyoba pacaran gak ada salahya," tutur Aruna. "Emang lo gak pernah ketemu cowo yang menurut lo menarik gitu? Lo masih suka cowo kan, Se?"

"YA MASIH LAH, ANJIR! Sama aja lo kayak nyokap gue," jawab Sera sewot.

"Gue kalo jadi tante Fani juga curiga sih. Masa anak perempuan gue gak pernah bawa cowo ke rumah," timpal Yora.

"Gue sering tuh bawa pulang si Sean kalo dia kelamaan main di warnet waktu SD."

"Yee, beda."

"How about Thomas?" tanya Aruna lagi.

"Baik dia. Terlalu baik malah."

"Hhh…" Yora mendesah, rasanya sudah tidak tahan. "Jangan bilang dia begitu karena dia emang baik. Okay, mungkin dia emang jenis orang yang ramah, baik hati, suka menolong dan rajin menabung. But don't you think he's act too nice? He likes you."

Di luar dugaan Yora, yang kaget justru Aruna. Sementara Sera, dia hanya terdiam menatap lautan lepas di depannya. Dari situ Yora tau, Thomas pasti sudang mengaku.

"He's confessed, hasn't he?"

Sera tetap diam.

"Cieee, jadian dong lu," sorak Yora. "Gercep juga doi."

"Enggak lah. Gue tau dia aja belom seminggu, main jadian aja."

"Makanya kenalan lebih dalam. Give him a chance. Entar kalo jadian beneran, kita syukuran!"

"I don't know. It's just not my thing," jawab Sera sambil mengeratkan selimut yang sedari tadi melindungi ketiganya dari dinginnya angin laut.

"Dating is not that scary, Se. it's just like you have a bestfriend, but a male. Kayaknya si Thomas juga orangnya ga neko-neko," tutur Aruna.

"It's not your thing or are you just stuck with someone from the past?"

Pertanyaan Yora itu terus berputar di kepala Sera. Gara-gara pertanyaan itu, Sera jadi overthinking sampai gak bisa tidur. Makanya juga, tadi Sera bisa pulas saat pertunjukkan. Ia nyaris tidak tidur sampai matahari muncul.

Sera lalu menghela napas, merasa lelah. Kemungkinan karena kurang tidur. Gadis berkacamata itu lalu meneguk segelas air putih, niatnya supaya menyegarkan diri, tapi lalu tiba-tiba saja Yora mengguncang tangan kirinya yang tidak memegang gelas.

"EH, ANJIR ANJIR. LIAT NIH, ADELIO NGUCAPIN GUE," kata Yora dengan pekikan tertahan.

"Bish, aer gue tumpah semua ini! Ah elah. Lo mah gak bisa liat gue syahdu dikit."

Sementara Aruna di sisi lain meja bundar itu hanya geleng-geleng kepala tanpa berniat menengahi