Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Latifah bin Murti

🇮🇩Dian_jayeng_2683
--
chs / week
--
NOT RATINGS
17.2k
Views
Synopsis
Latifah bin murti adalah seorang gadis desa yang awam,lugu, yang kurang tau cara mengenal budaya atau pe'radaban di zaman modern bahkan ia buta agama serta buta huruf abjat biasa dan ia di per'temukan dengan ramdhan alfariz sosok pemuda yang lahir dari keluarga ber'pendidikan yang ber'pedoman bahwa agama adalah panutan atau tuntunan yang penting dalam kehidupan. Pengin tau cerita selanjut nya baca & simak Kisah novel "LATIFAH BIN MURTI" di webnovel toko buku aplikasi anda... >>>>>>>>> bersambung
VIEW MORE

Chapter 1 - Lembah berbukit

Dari kejauhan nampak kabut dingin me'nyelimuti pe'gunungan yang mem'bentuk segitiga kerucut terbias di samar gelap atas sana.
Lantunan nyanyian burung hantu masih terdengar sayup di pe'mukiman desa.
Embun pagi dan sedikit bulatan sinar mentari mulai muncul di upuk langit yang masih terhalang mega.
Terlihat kepulan asap di balik bukit atau lembah begitu gempal menyebar me'nampakan warna putih nya.
Dan ter'nyata kepulan asap ter'sebut berasal dari sebuah rumah gubuk sederhana dengan desain panggung terbuat dari kayu serta ber'atapkan ilalang yang sangat rapih.
Tiba - tiba terdengar suara pe'rempuan agak renta memanggil/mem'bangunkan anak gadis nya.
Waktu itu sekitar pukul jam setengah enam pagi.


Fah.., latifah...bangun nak !!!
dengan nada lirih dan agak serak..
Baik bu..., { Sahut latifah anak nya }
Kreket...,,,,kret....
Bunyi suara ber'sumber dari tempat tidur sangat nyaring terdengar.
karena alas tidur yang ia gunakan hanya terbuat dari bambu yang di lapisi sebuah anyaman tikar ber'bentuk segi empat.

Mandilah dulu nak..! { ucap murti ibu nya latifah } Nanti kalau sudah.., tinggalah sarapan ibu me'nyediakan se'muanya di dapur.
Latifah : baik bu...
Murti : oh iya.., Nanti kamu nyusul ke ladang nak ?
Latifah : iya bu...

Satu,dua,langkah kaki di pijakan menuju keluar dengan di temani rasa dingin.
Empat helai pakaian..,
latifah bawa menuju ke sungai, karena tempat biasa ia mandi atau mencuci bukan lah sumur atau torn air kran seperti di zaman modern sekarang ini.
Me'lainkan sebuah muara danau yang ber'sumber dari curug tujuh.
Yang mengalir ke hilir sungai pedesa'an di balik lembah bukit tersebut.
tak ke'tinggalan pula di pundak latifah.., Nampak sebuah burung yang tetap hinggap me'nemani per'jalanan ia menuju danau.
Sisi kanan dan kiri hanyalah ranting pe'pohon dan semak belukar yang ber'baris sejajar mengiasi jalan setapak.
Se'sampai nya di muara danau..., air mengalir begitu deras dan jernih.
tanpa menunggu aba - aba atau perintah sang burung yang berada di pundak latifah terbang dan menclok di be'batuan sekitaran curug tujuh.
Seolah ia mengerti bahwa majikan nya akan segera mandi untuk mem'bersihkan diri.
Sruk..sruk....sruk...Suara tangan membilas tiga helai kain begitu lembut dan ber'irama.
Sebelum mandi..., ia mencuci terlebih dahulu dari empat helai kain pakaian yang ia bawa tiga di antara nya adalah pakai'an kotor.
tak ada teman atau tetangga di tempat latifah tinggal, sehingga untuk mem'bersihkan diri ia tak takut ada orang lain yang mem'bidik atau me'ngintip.
Kadang ia tertawa sendiri karena saking asyik nya ber'main dengan air, bahkan kadang ada lima sampai puluhan ikan kecil yang me'ngelilingi nya seolah mengajak ia ber'canda jika latifah sedang mandi.
Se'sekali ia berdiri lalu ber'putar di atas lempengan batu sembari menikmati panorama ke'indahan alam lalu ia ber'teriak seolah meluap'kan keluh kesal dan angan - angan.
per'cikan air yang ber'sumber dari hujatan curug tujuh begitu me'nyejukan latifah sa'at ia ber'cengkrama dengan alam sekitar, se'akan lebat nya hutan & pe'gunungan menjadi meditasi untuk se'nantiasa ber'komunikasi.
Ber'gerak dan terus bangkit setelah ia selesai mandi.., dengan rambut panjang basah ter'urai , warna kulit kuning langsat serta ber'binar bersih me'nambah karisma se'akan ia seorang putri atau per'maisuri yang tinggal di balik lembah bukit desa tersebut.

Se'sampai nya di rumah.., tak lupa ia menaruh/me'nyemayam kan burung yang telah lama men'jadi teman nya.
Barok,barok...., begitu cara latifah me'manggil nama burung ke'sayangan nya.






*==============*


Barok adalah se'ekor burung hantu yang ber'jenis kelamin pria, ia terlihat kekar dan gagah perkasa.
Acap kali ia sering menepuk - nepuk kan sayap di kala men'jemput pagi atau malam tiba,
Seolah ia me'nampakan ke'gagahan nya, dua mata tajam yang menyorot se'akan me'nembus batas di gelap nya malam, patuk mulut runcing dan condong ke bawah meng'getarkan mangsa atau kawanan hewan lain yang melihat nya.
Ceng'kraman jari yang ber'sisik dan begitu kuat siap meng'genggam siapa saja yang menjadi lawan.
akan di lempar'kan nya hilang tanpa kendali atau bahkan akan di lahap menjadi san'tapan.
Se'mentara itu.., di dapur ter'dengar bunyi ku'nyahan sangat lembut dari mulut latifah.., tetapi bukan nasi sayur yang ia makan, me'lainkan singkong rebus dan secangkir teh hangat buatan ibu nya.
Kadang dan jarang ia me'makan nasi.., karena jarak ke'terbatasan menuju warung di balik pedesa'an yang sangat jauh.
se'mentara hasil per'tanian yang keluarga mereka kelola tidak selalu panen.
Untuk mem'beli ke'perluan pe'ralatan mandi saja jarak yang harus di tempuh setengah hari bahkan lebih jika per'jalanan sering Ber'henti dan tidak bisa di lewati ken'dara'an roda dua apalagi roda empat.
Semua trans'portasi jalan me'rupakan jalan se'tapak.
Se'sudah sarapan nya selesai.., latifah ke'mudian menyusul kedua orang tua nya ke ladang.
Dan ladang ter'sebut agak jauh dari rumah hampir me'makan tiga puluh menit atau setengah jam'an.

Bu.., panggil latifah
Nak..., duduk lah dulu di gubuk tempat per'istirahat kita dan siapkan lah air minum buat bapak mu.
Rupa'nya latifah me'nyusul ke ladang orang tua nya tidak dengan polos, tetapi ia mem'bawa satu poci teko air yang ter'buat dari tanah lempung atau kendi serta gelas yang ter'buat dari bambu.
Cur..., cur..., suara air di tuang kan ke dua gelas bambu.
Mana air ku nak ??? ucap bapak nya
ini pak...!! sahut nya.
Rupa'nya ayah latifah ber'nama pak rasyid.
bunyi lekikan dari jalkun pak rasyid yang naik turun nampak begitu cepat karena kedahaga'an yang me'nguasai nya.
tetesan keringat dari muka hingga badan me'nandakan keletihan yang men'derap dalam dirinya, setelah minum air tarikan nafas yang ter'hembus dari mulut begitu lega terasa.
Nak...!!!
Ucap pak rasyid.., ntar setelah waktu zduhur lewat.., kamu bantu ber'sihin rumput di ladang ya...
Latifah : iya pak.., tapi kalau boleh tau arti dari waktu zduhur itu apa ?
Rasyid : dzuhur itu.., ibadah buat orang muslim di kala siang, sedang'kan untuk yang empat waktu menjelang sore,magrib,malam,dan pagi atau subuh.
Karena menurut ke'percaya'an orang muslim ibadah wajib nya di lakoni 5 waktu itu tadi.
Latifah : kenapa bapak tidak me'ngajari latifah ?
Rasyid : bapak pun hanya tau waktu'nya saja tidak tau baca'an atau cara melakoni nya.
Latifah : oh iya.., baik pak...

Setelah sinar matahari agak redup.., latifah mulai mem'bantu ibu nya di ladang dengan cara mencabut atau menarik rumput ilalang yang berada di pinggiran tanaman.
Dan secara ke'betulan pohon tanaman yang mereka punya adalah kebun jagung serta sedikit pohon cabe sayur kangkung dan tomat merah, se'hingga keluarga mereka harus rajin mem'bersihkan atau me'nyiram setiap pagi atau di sa'at sore hari.






===================
bersambung>>>>>>