Chapter 2 - Athe's Dream

"Nothing is impossible in this world"

Seorang gadis bermata lilac itu bangun dari tidurnya yang nyenyak karena suara bising yang mengganggu pendengarannya.

" Nona, bangunlah. Mataharinya sudah tinggi" ucap seseorang yang membuka gorden kamarnya sehingga mentari pagi menyinari gadis rupawan yang tengah duduk di kasurnya.

Seperti biasanya, pelayan itu akan menggulung rambut perak Psyche yang indah.

Setelah itu Psyche beranjak dari kasurnya menuju ke kamar mandi. Si pelayan tentu sudah menyiapkan bathub dengan aroma lavender sesuai dengan harum kesukaan nona mudanya, Psyche.

Gadis itu masuk ke dalam bathub dan membiarkan dirinnya rileks dengan aroma kesukaannya.

Setelah dirasa cukup, Psyche keluar dari bathub dan memakai bajunya yang telah disiapkan oleh pelayan tadi.

Kini gadis itu tengah menyisir rambut peraknya yang panjang  sembari duduk di depan meja riasnya. Wajahnya yang rupawan terpantul pada cermin di depannya.

Rambut perak yang panjang, mata bulat berwarna lilac yang membuat siapa pun jatuh hati, dan bibir merah muda yang merekah.

Tak ada orang yang tidak terpukau oleh pesona Psyche. Semua orang di zaman ini mengakui keindahan Psyche.

Mendengar suara pintu diketuk, Psyche menoleh dan mempersilahkannya masuk. Tentu saja ia sudah tahu bahwa pelayanlah yang mengetuk pintunya.

Pelayan itu masuk dan menata rambut Psyche dengan elegan dan indah.

" Sarapan sudah siap, nona"  ucap si pelayan.

" Aku akan segera turun" balas Psyche singkat. Gadis itu bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu diikuti pelayan di belakangnya.

Ia menuruni tangga dengan anggun lalu duduk di satu-satunya kursi yang kosong.

"Selamat pagi ayah, ibu, dan Zander Ignatius" sapa gadis itu pada semua anggota keluarganya.

"Kenapa repot-repot memanggilku dengan nama panjangku kak" protes Zander.

"Entahlah. Aku  hanya menyukainya" balas Psyche.

Mereka sarapan dengan hening sehingga hanya terdengar suara denting alat makan. Tak lama kemudian setelah selesai menyantap makanan, ayah Psyche memutuskan untuk membuka pembicaraan penting.

"Psyche, ada seorang lelaki yang meminangmu"

***

" Athe, bangun ! matahari sudah terik dan kau masih bersama kasurmu ?!" Teriak seorang wanita yang tengah membangunkan anak pertamanya dengan geram.

Gadis yang bernama Athe itu terlonjak kaget dan langsung berlari ke kamar mandi guna melindungi telinga dan tubuhnya dari amukan ibunya. Tak lama kemudian, gadis itu keluar dan bersiap untuk berangkat sekolah dengan terburu-buru.

Ia hanya memakai bedak bayi dan mengoleskan lipbalm pada bibir mungilnya seperti biasa.

Athe keluar kamar dengan buru-buru dan langsung pamit pada ibunya untuk berangkat ke sekolah.

Beruntung letak sekolah dan rumahnya berjarak cukup dekat. Hanya dengan berjalan kaki dan ia pun sampai di depan gerbang sekolahnya.

Namun kali ini ia tidak berjalan melainkan berlari sekuat tenaga berharap gerbang sekolahnya belum ditutup oleh si penjaga gerbang. Dan harapannya terwujud, meski tak sepenuhnya karena gerbang mulai ditutup secara perlahan.

Athe mempercepat larinya dan tubuhnya mampu masuk ke dalam gerbang sebelum gerbang itu sepenuhnya ditutup.

Merasa agak tenang, ia menoleh ke belakang dan menghela napas lega. Gadis itu kembali berlari ke kelasnya yang berada di lantai dua.  Beruntung saat ia masuk ke kelasnya, belum ada guru yang masuk, dan gadis itu merasa tenang sepenuhnya.

"Athe, kau hampir saja terlambat. Kesiangan lagi huh ?" Tanya seorang gadis yang duduk tepat di sebelahnya.

"Iya El, dan telingaku terbakar lagi hari ini" jawab Athe sambil duduk di kursinya.

"Setiap hari telingamu terbakar sepertinya" balas El sembari melajutkan kegiatan awalnya, membaca buku.

"Itu karena ibuku yang terus-terusan mengomeliku setiap bangun tidur. Padahal aku tak pernah terlambat"

"Kau memang tak pernah terlambat. Hanya saja selalu hampir terlambat"

Athe mendengus sebal karena menemukan kebenaran pada ucapan sahabatnya itu. Ia melihat El sekilas dan menemukan gadis di sebelahnya tengah membaca buku dengan serius.

"Novel romansa lagi?" Tanya Athe sambil melihat sampul buku yang tengah dibaca oleh El dengan bermaksud mengganggunya.

El mengalihkan pandangannya pada wajah Athe dengan kesal.

"Ini termasuk salah satu sejarah yunani, kau tahu ?"

"Maksudmu buku yang berjudul 'kisah cinta cupid yang romantis' ini adalah buku sejarah Yunani ?" ucap Athe meledek El yang merasa kesal.

"Terserah kau saja" balas El sambil mengayunkan buku itu ke arah Athe seakan mau memukulnya.

Athe hanya tertawa menanggapi kekesalan El yang sangat terlihat di wajahnya.

Gadis itu merasa sangat bosan karena jam kosong yang mendadak di awal hari. El sedang serius membaca novel dan Athe terlalu takut mengganggunya karena El membaca sambil menunjukkan kepalan tangannya seakan ia mau meninju Athe jika gadis itu mengganggunya seperti tadi.

Ia menghembuskan napas kasar dan memilih untuk meletakkan kepalanya di meja sambil menghadap ke jendela tepat di samping kursinya.

Angin sejuk pagi hari menerpa wajahnya dan membuatnya kembali merasakan kantuk. Akhirnya Athe pun tertidur karena bosan.

Sementara itu, Athe bahkan tidak tahu kalau dirinya sedang diperhatikan oleh seseorang diluar sana. Dan orang itu adalah laki-laki yang sedang mengurus kepindahannya ke sekolah Athe.

Laki-laki itu menatap Athe begitu lama dari bawah sembari menunggu ibunya mengurus keperluan di sekolah barunya.

~~~~~

"ATHENA !" pekik seseorang dengan keras membuat si pemilik nama bangun dari tidurnya.

Bukannya menyahut, ia malah merenggangkan badannya yang terasa pegal karena tertidur dalam posisi yang kurang nyaman dan membuatnya agak pusing.

"Ada apa ? siapa yang memanggilku El ?" Tanya Athe pada El yang masih membaca buku disampingnya.

"Makhluk dari kelas sebelah" ucap El sambil menunjuk pintu kelasnya tapa mengalihkan pandangannya pada buku yang dibacanya.

"Berhentilah membaca dan ayo ke kantin. Kau tidak lapar? " celetuk Athe sambil menutup buku yang dibaca El dan membuat si empunya menatap Athe kesal. Meski begitu, ia tetap mengikuti Athe dan tak lupa menyimpan buku novelnya di kolong meja miliknya.

"Memangnya sudah jam istirahat ?" Tanya Athe setelah berada di depan temannya yang memanggilnya.

"Bel baru saja berbunyi dan kau masih tanya ?" balasnya heran.

"Maklumi saja, dia memang tukang tidur" ucap El yang tiba-tiba muncul dari belakang Athe.

"Itulah sebab telinganya selalu terbakar setiap bangun tidur"

"AL !" geram Athe.

"Ilana dimana ? mengapa kau sendirian ?" tanya El mengalihkan pembicaraan.

"Ilana habis dari toilet, sekarang di kantin"

"Ya sudah ayo ke kantin" ucap Athe yang berlalu ke kantin karena perutnya sudah lapar sejak tadi pagi karena tak selat sarapan.

Mereka ke kantin dan mulai membeli beberapa makanan untuk mengisi perut di selingi dengan pembicaraan yang tidak terlalu penting untuk dibahas.

Mereka melalui waktu istirahat dengan candaan dan tanpa disadari bel masuk telah berbunyi. Namun, Athe memutuskan untuk ke toilet terlebih dahulu.

Gadis berambut coklat terang itu bercermin di cermin toilet setelah menuntaskan urusannya. Ia kembali teringat pada mimpinya semalam yang begitu nyata. Ia mengingat Psyche yang terlihat sangat cantik dengan mata lilac nya. Entah kebetulan atau bukan, akhir-akhir ini Athe sering memimpikan gadis lilac itu.

Kehidupannya, gaya hidupnya, sampai semalam yang menyebutkan gadis lilac itu akan dilamar oleh seseorang. Setelah dipikir-pikir lagi, Athe memimpikan hal itu sejak umurnya yang keenam belas.

Sebelumnya, mimpinya normal-normal saja. Tak ada yang aneh. Mungkin ia harus berdiskusi tentang mimpinya. Tapi dengan siapa ?

Merasa terlalu lama merenung di toilet, akhirnya Athe memutuskan untuk keluar dan kembali ke kelasnya. Namun, sebelum Athe melangkahkan kaki dari tempatnya, dua orang siswi masuk ke dalam toilet sambil membicarakan tentang siswa pindahan dengan sangat  antusias.

Athe yang merasa malas dengan topik pembicaraannya memilih untuk keluar dengan cepat.

Mau dipikir berapa kali pun, mimpi itu terasa sangat aneh karena terus bersambung. Saat tertidur di kelas tadi, ia juga sempat bermimpi tentang Psyche.

***

"Meminangku ? Siapa ayah ?" tanya Psyche terkejut. Ia sungguh belum siap untuk hal apapun tentang percintaan maupun pernikahan.

"Namanya Eros, Psyche. Dia datang dari negeri seberang dan berniat menikah denganmu" jelas ayah Psyche.

Sementara Psyche masih memilih diam untuk menenangkan batinnya yang bimbang.

"Dia pemuda yang baik, Psyche. Kami sudah menyelidikinya" kali ini ibunya yang bicara, membuat Psyche semakin sulit mengatakan isi hatinya.

"Sudahlah kak, bertemu saja dulu. Siapa tahu kau juga akan suka ?" usul Zander dengan antusias.

Laki-laki itu sudah terlanjur kagum dengan laki-laki yang meminang Psyche.

"Baiklah, aku akan coba lihat dulu, ibu, ayah, Zander" ucap Psyche berat.

Gadis itu berusaha tersenyum dan bersikap biasa meski terpaksa.

"Ibu, ayah, bolehkah aku mengajak kak Psyche ke taman  ?"

"Boleh" ucap keduanya bersamaan mengundang senyum Zander yang langsung menggandeng tangan Psyche untuk pergi ke taman di belakang rumahnya.

Psyche terlihat bingung karena sikap tak biasa adiknya. Meski begitu, gadis itu tetap mengikuti langkah adik satu-satunya.

"Zander ? kenapa kau tiba-tiba bersikap aneh ?" tanya Psyche pada adiknya yang berjalan di depannya setelah mereka hampir sampai di taman.

"Bersikap aneh bagaimana Psyche ?" balas Zander sambil menoleh ke arah Psyche dengan wajah yang sama sekali tak dikenalnya.

Gadis itu langsung mundur ke belakang dan berusaha menenangkan dirinya.

"Siapa kau ?" Tanya Psyche tanpa rasa takut.

"Aku Eros, gadis cantik"  jawab laki-laki itu memajukan langkahnya mendekati Psyche.

"Dimana Zander ?" tanya Psyche lagi. Tentu saja ia mengkhawatirkan keselamatan adiknya.

"Dia ada bersama tubuhku di taman. Kami hanya bertukar tempat sampai akhirnya kau mampu membongkar identitas kami" jelas Eros.

Gadis itu langsung berjalan melewati Eros untuk menuju taman. Memastikan adiknya tak terluka sedikitpun.

Sementara Eros menyunggingkan senyumannya. Belum pernah sekalipun ia tak dipedulikan oleh seorang gadis.

Semuanya tunduk pada pesona lelaki itu. Tapi, Psyche berbeda. Bahkan gadis itu tak benar-benar memperhatikan wajah Eros.

***

Kira-kira seperti itulah isi mimpi Athe. Membuat dirinya harus berpikir lebih keras untuk memecahkan keanehan yang akhir-akhir ini terjadi padanya. Ia harus berdiskusi dengan seseorang. Tapi dengan siapa ?

"ATHENA ! Jawab pertanyaan nomor sepuluh di papan tulis !"

Mati aku.

~~~~~

Athe membenahi barang-barangnya dan bergegas untuk pulang. Hari ini kepalanya pusing dan kepalanya terasa sangat berat. Mungkin karena ia terus memikirkan tentang mimpi aneh yang dialaminya.

Gadis itu hanya berharap kehidupannya normal seperti yang lainnya dan tak terkena keanehan apapun yang dapat terjadi di dunia ini.

"Ini gila, mana ada manusia secantik ini ? Jelas ini bukan manusia, sudah kuduga dia ini dewi. Penulisnya mahir sekali membuat plot twist, menyebalkan !" gerutu El sambil membaca bukunya. Dia bahkan belum bersiap siap untuk pulang.

" Kau mau menginap di sini huh ?" tanya Athe sambil membetulkan tali ranselnya.

"Hei, tunggu aku !" ucap El sambil membereskan barang-barangnya dengan cepat. Sementara Athe menyandarkan tubuhnya di meja guru.

"El, akhir-akhir ini aku bermimpi aneh" ucap Athe yang memperhatikan El membereskan barangnya.

"Memangnya kau bermimpi apa ?" tanya El tanpa minat. "Itu ya yang membuatmu jadi lebih sering tertidur ?"

"Entahlah," balasnya ragu. Akhir-akhir ini Athe memang lebih sering tidur karena ingin melanjutkan kisah di mimpinya. " Aku bermimpi tentang kehidupan seorang perempuan cantik di mimpiku"

"Mungkin itu kehidupanmu yang sebelumnya ?" ucap El asal.

"Itu mustahil. Maksudmu reinkarnasi ?" sahut Athe tak percaya. Kepalanya berdenyut mendengar pendapat tak masuk akal dari temannya itu.

"Yah bisa jadi kan ?"

"Tidak. Itu terlalu mustahil El. Aku bahkan hampir tak percaya kalau reinkarnasi itu betulan ada" ucap Athe acuh tak acuh. " Kau terlalu sering membaca novel. Bacalah buku pelajaran sesekali" tambah Athe.

Gadis itu melangkahkan kakinya keluar setelah memastikan El sudah selesai berkemas.

" Tidak ada yang mustahil di dunia ini. Kecuali kalau kehidupanmu yang sebelumnya bisa secantik Psyche si tokoh utama yang ada di novel yang sedang kubaca saat ini" balas El sekenanya karena ia yakin Athe takkan menggubris perkataannya meski gadis itu mendengarnya.

~~~~~

Hi guys !

Author comeback !

Vote dan Comment yaa <3

Hope you'll like it 😉

Kurang panjang kah?

Stay safe 💚