"Perkenalkan, saya adalah manajer baru di sini. Saya harap kita dapat bekerja sama dengan baik. Saya Kim Daniel..." nafas orang-orang di ruangan itu sekarang tercekat, tidak ada yg berani bersuara. Melihat reaksi orang-orang di ruangan tersebut laki-laki yang harus saja memperkenalkan diri itu sedikit terkekeh.
"Apakah kalian akan percaya jika saya mengatakan seperti itu?" ujar laki-laki tersebut.
Para karyawan di divisi itu sontak mengikat wajah mereka menatap laki-laki yang kini masih tersenyum bahkan matanya sampai menghilang. Wajah mereka kini berubah menjadi kebingungan.
"Saya tahu banyak orang mengatakan wajah saya dan Kim Daniel itu mirip" Ucapnya diakhiri kekehan.
"Perkenalkan nama saya Kim Daesung, saya adalah manajer baru di sini dan sekaligus sepupu dari Dojun dan Daniel. Mohon kerjasamanya" Ucap Daesung dengan senyum yang membuat mata sipitnya kembali menghilang.
Setelah acara perkenalan tersebut selesai para karyawan kembali pada pekerjaan mereka masing-masing. Disisi lain, orang yang dikhawatirkan tadi tengah berada di sebuah ruangan bersama ayah dan kakaknya.
"Ayah rasa kau sudah cukup siap untuk bekerja sekarang dan jangan lupa tahun ini kau juga harus segera menikah" ucap tuan Kim pada anak bungsunya.
"Bukankah sudah ada Dojun Hyung dan untuk masalah pernikahan bisakah kita membicarakannya lain kali" jawab Daniel agak kesal.
"Yak! Kau masih mau main-main, pikirkan umurmu kau bukan lagi bocah niel" kata si sulung yang duduk di depan adiknya tersebut.
"Oh ya, apakah kau sudah menemukan calon yang tepat? Ayah tahu hubunganmu dan Jihan sedang tidak baik. Jadi apa kau tetap ingin mempertahankannya?" Tanya Tuan Kim. Daniel menyandarkan punggungnya di sofa, ia membuang pandangannya ke samping seolah jengah dengan pembicaraan itu.
"Kalau sampai akhir bulan ini kau belum menemukannya, ayah akan tetap melanjutkan perjodohanmu dengan putri tuan Hwang" Lanjut tuan Kim sembari menunjuk Daniel.
"Ayah benar, kau harus segera memberikanku adik ipar dan juga teman untuk Kim Naeun" Imbuh Dojun
"Saya akan mencarinya sendiri, ayah tidak perlu repot mencarikan untuk saya. Saya tidak mau dijodohkan seperti Dojun hyung. Saya tidak mau!" Jawab Daniel ketus.
"Kau ingat? ayah memberimu kebebasan untuk memilih calonmu. Tapi kau juga harus ingat calon itu harus memiliki latar belaKim yang baik dan harus memenuhi syarat yang telah kita sepakati" ucap tuan Kim penuh penekanan.
"Kalau begitu apa gunanya memberikan saya kebebasan kalau masih harus memenuhi kriteria yang ayah berikan? Saya permisi" pungkas Daniel membungkukan badan dan berlalu pergi.
"Bocah ini benar-benar! Dimana sopan santunmu?!" Dojun benar-benar dibuat kesal dengan tingkah laku adiknya itu.
"Sudahlah, biarkan saja dia" ujar sang ayah yang tidak mau kedua putranya bertengkar.
"Ingat, kau akan mulai bekerja besok pagi! Jangan sampai terlambat!" Teriak Dojun yang dibalas dengan jari menyimbolkan 'OK' dari Daniel yang terus berjalan menuju pintu.
"Anak itu, kapan dia akan bersikap dewasa?" kata tuan Kim yang menatap punggung anak bungsunya yang mulai menghilang.
"Untuk itulah, saya minta ayah agar segera mempekerjakannya dan segera menikahkannya dengan begitu setidakmya dia bisa belajar tanggung jawab" Jawab Dojun.
Setelah menghindar dari ayah dan kakaknya, laki-laki berbahu lebar itu memasuki ruangnya dengan sedikit kesal. Ia bahkan membanting pintu dengan kasar hingga menimbulkan ketakutan dari beberapa karyawan yang berada di sekitar ruangan tersebut. Daniel membuka jasnya dan menarik dasinya dengan kasar hingga tak terlihat rapi lagi.
Daniel membuang nafas berat, kemudian mendudukkan dirinya di kursi yang ada di ruangan barunya. Untuk sesaat ia kembali mengamati ruangan miliknya, tidak buruk pikirnya. Hanya saja suasana hatinya yang tidak baik membuat ruangan itu menjadi terasa sesak dan panas.
Ia menyandarkan kepalanya di kursi dan memejamkan matanya sejenak. Hingga suara ponsel miliknya membuat ia terpaksa membuka matanya dan mendengus kesal. Segera ia mengambil benda pipih dari sakunya, tampak ada beberapa notifikasi pesan yang masuk yang paling mengejutkan adalah pesan dari Jihan.
'Sayang, bisakah kita bertemu hari ini? Aku rindu'
Daniel hanya memandangi isi pesan tersebut, jujur Daniel juga sangat rindu pada kekasihnya tersebut namun ia masih teringat dengan kejadian beberapa waktu yang lalu. Kejadian dimana ia melihat Jihan yang tengah bermesraan dengan laki-laki lain.
Memang setelah kejadian itu Daniel tidak pernah menghubungi Jihan lagi, ia beralasan pada Jihan bahwa ia tengah sibuk jadi tidak bisa bertemu ataupun hanya sekedar membalas pesannya.
'Sayang kalau kau masih tidak memjawab pesanku aku akan datang ke rumahmu malam ini'
'Tempat biasanya jam 8 malam'
'Baik sayang dan aku mencintaimu'
Daniel hanya tersenyum miris membaca pesan terakhir Jihan tersebut. Ia kemudian meletakkan ponselnya sembarangan dan kembali menyandarkan punggungnya di kursi.
"Haruskah aku benar-benar mengakhirinya?" Ucap Daniel lirih.
Tok tok tok
"Masuk" ucapnya singkat.
"Selamat tuan Kim Daniel anda sudah menjadi Direktur baru di sini, saya harap anda betah" kata laki-laki yang baru saja masuk dan langsung mendudukkan dirinya di kursi yang berhadapan dengan meja Daniel.
"Tidak lucu hyung" Balas Daniel masih menyenderkan tubuhnya di kursi dan memejamkan matanya.
"Ei, harusnya kau senang tapi kenapa wajahmu kusut begitu?"
"Sudahlah hyung aku sedang tidak ingin membahasnya"
"Kalau begitu bagaimana jika kita makan siang sekarang?" Tawar laki-laki tersebut, langsung menarik tangan Daniel.
"Aakh..., aku tidak mau hyung lepaskan" protes Daniel yang sama sekali tidak digubris.
"Oh! Daesung hyung, mau kemana?" Tanya Taewhan yang melihat Daesung menyeret bosnya.
"Memberi makan beruang" ucap Daesung santai. Taewhan hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan kedua orang itu.
Sina menekan kombinasi angka untuk membuka apartemen Mina, sejak beberapa hari yang lalu Sina selalu menyempatkan menjenguk sahabatnya yang patah hati itu. Mina mengatakan bahwa ia membutuhkan waktu sendiri dan Sina selalu mengabulkannya, tapi tidak untuk hari ini.
Ia terkejut ketika masuk ke dalam apartemen sahabatnya itu, cukup berantakan. Hal ini sangat janggal mengingat Mina adalah orang yang sangat peduli dengan kerapian dan kebersihan.
"Mina-ah...Mina-ah...cepat bangun aku membawakan makanan kesukaanmu" ucap Sina memasuki kamar Mina sembari membawa nampan berisi makanan.
"Bangun atau aku akan menyirammu dengan air" ujar Sina yang tidak mendapatkan jawaban dari Mina.
Sejak kejadian beberapa hari yang lalu, Mina memutuskan untuk ijin tidak bekerja. Ia hanya mengurung diri di kamar dan bergulung di bawah selimut.
"Sampai kapan kau akan seperti ini? Lagi pula dia tidak pantas untukmu" Kata Sina duduk di samping Mina. Tak ada jawaban dari Mina hanya ada suara isakan yang semakin terdengar.
Sina menarik selimut yang membungkus Mina hingga menampakkan wajahnya. Mata yang sembab, hidung yang memerah dan rambutnya yang tidak karuan. Sina membawa Mina untuk duduk dan memeluknya, menepuk-nepuk lembut punggung sahabatnya itu.
"Kau terlalu berharga untuk menangisi orang bodoh itu Mina-ah, jangan menangis lagi aku mohon, aku lebih suka kau yang selalu membentak, berteriak dan bahkan memukulku" ucap Sina diiringi air mata yang meleleh dari sudut matanya.
"M...maaf hiks...aku m...memang bodoh hiks...Maafkan aku Sina-yaa...huwee" jawab Mina diakhiri dengan tangisan.
"Kau tidak perlu meminta maaf, laki-laki itu memang brengsek. Memangnya dia pikir dia siapa bisa-bisanya menyakiti sahabatku ini." Sina melepaskan pelukannya dan mengusap air mata Mina.
"Kenapa nasipku sanagt buruk dalam hal cinta Sina-yaa... Kenapa semua laki-laki yang dekat denganku selalu saja menyakiti aku hiks..."
"Aku hanya belum bertemu dengan laki-laki yang tepat Mina-ah aku yakin suatu saat nanti akan ada laki-laki yang mencintaimu dengan tulus" ucap Sina berusaha menghibur sahabatnya.
"Sudah cepat makan, ibumu sangat mengkhawatirkanmu bahkan bibi juga mengatakan akan menjemputmu untuk kembali ke rumah" Lanjut Sina sembari mengambil nampak yang ia taruh di nakas.
Mina mengeleng lemah, ia bersikeras untuk tinggal di apartemen sendiri sejak beberapa bulan yang lalu. Mina sebenarnya meminta Sina untuk ikut tinggal bersamanya namun Sina selalu menolaknya dengan berbagai alasan.
Setelah menyelesaikan kegiatan makan dengan disupi Sina, Mina bangun dari tempat tidurnya dan melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan diri sementara Sina tengah membersihkan dapur dan ruang tengah apartemen Mina yang cukup berantakan.
Setelah semua beres dan memastikan Mina sudah dalam keadaan lebih baik, Sina pamit untuk kembali bekerja di Daycare. Tidak berapa lama Sina pergi terdengar suara bel berbunyi. Mina yang sedang asyik melahap coklat bergegas membuka pintu apartemennya. Tubuhnya hampir terjatuh ketika tamu yang ada dihadapannya memeluk secara tiba-tiba.
"Aku rindu" bisik laki-laki tersebut di dekat telinga Mina.
Mina hanya bisa terdiam mematung ia belum siap dengan semua ini. Belum sempat ia menjawab bibirnya Sudah menempel dengan bibir laki-laki tersebut, hanya sekilas.
"Apa yang kau lakukan?" Ucap Mina yang masih terkejut sesaat setelah menjauhkan wajah dari tamu di hadapannya.
"Aku merindukanmu sayang..."