Hari ini ghea sedang menyiapkan segala sesuatu mulai dari baju, barang dan lain-lain, keberangkatan nya ke Seoul - Korea Selatan tinggal menghitung hari.
Dan ia tidak ingin ada satu hal pun yang tertinggal.
Kepergiannya ke negara ginseng itu bukanlah untuk sekedar berlibur, melainkan untuk menuntut ilmu dan menggapai cita-cita nya yang sejak dulu sudah ia rencanakan.
Ya.. bukan putri dari keluarga Dwitama namanya kalau tidak memiliki pemikiran yang matang dan hidup yang terarah.
Disiplin dan bertanggung jawab adalah prinsip hidup yang sudah ditanamkan pada dirinya oleh kedua orangtuanya.
Jika ditanya apakah ghea sudah lancar berbahasa Korea?, tentu saja ia sudah fasih. Dari lulus sekolah dasar ia sudah mengikuti banyak les berbahasa asing seperti Inggris, korea, China dan Jepang.
Tak seperti anak pada umumnya yang menghabiskan waktu pulang sekolah nya untuk bermain dengan teman-temannya, ghea malah menghabiskan waktunya di tempat les.
Boby Dwitama,
ayah dari Reyna Ghea Dwitama atau ghea ini memanglah seseorang yang sangat mengutamakan pendidikan sang anak, tidak keras dan tidak juga memaksa.
Tapi itulah cara didik keluarga Dwitama secara turun-temurun.
Namun ghea pun tak keberatan, ghea malah merasa bangga memiliki ayah seperti Boby.
.
.
.
" Rey, baju-bajunya sudah disusun belum..? ", tanya Dona Hutami yang biasa di panggil Buna (Bunda Dona) oleh Ghea dan kakaknya.
Rey adalah nama kecil ghea, berasal dari kata Reyna nama depannya.
" Sudah semua buna tinggal buku dan teman-temannya aja yang belum.." jawab ghea dengan pandangan yang tidak teralihkan dari buku catatannya.
Dona yang melihat kebiasaan putrinya itu hanya menggelengkan kepala seraya tersenyum, ia pun mendekat dan mengelus kepala putri nya dengan penuh kasih sayang.
" Mau buna bantu sayang..? " tanya dona mengalihkan perasaan sedihnya,
Putri kecilnya sekarang sudah memasuki usia beranjak dewasa dan akan meninggalkan rumah bahkan tanah kelahirannya untuk menuntut ilmu di negara orang.
Perasaan ibu mana yang tidak sedih, ia tidak bisa memantau kegiatan anaknya secara langsung lagi..
Apakah anaknya sudah makan atau belum?
Apakah ia tidak kesulitan beradaptasi disana?
Apakah anaknya baik-baik saja?
Pertanyaan seperti itu pasti akan selalu singgah dalam hatinya.
Tapi, inilah keinginan putri satu-satunya itu.
Ingin meneruskan sekolah di salah satu negara dengan 4 musim tersebut.
Sebagai seorang ibu, ia hanya bisa mendoakan dan mendukung keputusan sang anak.
Terlebih inilah impiannya sejak dulu.
.
.
" Bun..?, Buna~ kok ngelamun..? " panggil ghea dengan menggerak-gerakkan lengan bunanya,
" ehh?, enggak kok buna gak ngelamun.. cuma mikir aja, apalagi yaa yang belum kamu packing..? " kata Dona yang tentu saja berbohong,
" Ehmm~, kayaknya udah semua deh bun.. tinggal beli camilan aja sih.. hehe " jelas ghea dengan cengengesan
" Ya udah.. habis ini buna temenin belinya, sekalian buna mau belanja beberapa keperluan dapur yang udah habis.. kamu siap-siap gih, buna juga mau siap-siap dulu.." kata Dona lalu pergi meninggalkan kamar ghea,
tapi baru sampai di pintu, dona berbalik badan..
" Oh iya itu bangunin dulu kakakmu, kayaknya belum bangun dari tadi.. Buna bangunin katanya 5 menit lagi, tapi udah setengah jam belum bangun juga.. " titah Dona kepada ghea
" Siap bun, laksanakan.. " kata ghea tersenyum seraya berpose hormat
.
.
.
TBC.