"Aku minta sama kamu putuskan hubunganmu dengan Toni," ujar Gibran secara terang-terangan dihadapan Kanaya.
"Apa kita bisa pergi?" Kanaya merasa tidak bisa tenang membicarakan hal itu di kantor, takut akan memicu rasa penasaran orang-orang.
Gibran mengangguk menyetujui untuk pergi bersama Kanaya di tempat lain. Sebenarnya laki-laki itu juga paham tujuan Kanaya mengajaknya pergi.
Mereka kini berada di taman kota tempat favorit semua orang termasuk tempat favorit Gibran dan Kanaya. Pagi-pagi seperti ini berada di tempat itu kurang nyaman karena pekerjaan juga masih sangat banyak.
Kanaya menarik nafas panjang sebelum memulai mengucapkan apa yang ingin diterangkannya pada laki-laki itu. Terlihat Gibran tengah menatapnya hanya dengan tatapan menanti.
"Gibran aku tahu kita saling mencintai tetapi apa kita tidak sadar kalau orang yang sedang dekat dengan kita adalah orang yang dikirim Tuhan untuk menjadi pasangan kita."
" jodoh aku itu kamu kan ayah tidak ada perempuan lain."