sejak tadi Kanaya menahan untuk tetap bersikap tenang meskipun perasaannya kini bagaikan dicabik-cabik melihat kedekatan Gibran dengan kita di dalam ruangan direktur. sebenarnya ia ingin pergi dari tempat itu akan tetapi Apa alasannya, Kanaya tidak punya alasan yang tepat. Kanaya berusaha mencari kalimat yang pas untuk dijadikan alasan untuk meninggalkan ruangan itu.
sedangkan Gibran sesekali melirik kearah Kanaya tentu saja ia merasa tidak nyaman ada kita ada juga kan Aya di ruangan itu, keduanya sama-sama harus ia jaga perasaannya. sungguh, Gibran dirundung kebingungan melihat keadaan seperti ini. laki-laki itu merasa hubungan mereka benar-benar tidak bisa digambarkan oleh suasana yang kini mencengkram dirinya sendiri seolah pikirannya dibuat kebingungan harus mementingkan siapa sementara keduanya sama-sama orang penting dalam hidupnya.
"Mas, coba saja dulu soto buatanku. Tadi aku belajar buat dengan Mbak, dan aku harap Mas Gibran akan mrnyukainya," ujar Gita dengan tersenyum.
