Gibran hanya bisa menunduk, merasa tidak tahu harus berbuat apa setelah hari pernikahan sudah di tentukan. Rasanya terasa begitu berat, bukankah pernikahan harusnya adalah hal bahagia tapi tidak bagi Gibran. Laki laki itu merasa kalau semua ini ia harapkan agar terjadi dengan waktu lama atau tidak segera terjadi. Pada pengantin yang lain biasanya justru berharap semua itu segera terjadi karena merasa waktunya begitu lama dan panjang. Mungkin hal itu terjadi karena perasaan yang tanpa di dasari rasa cinta sehingga membuat Gibran tidak merasakan apa yang di rasakan oleh pengantin lainya.
Apapun yang terjadi ia harus tetap tersenyum dan terlihat bahagia, Gibran tidak ingin semuanya jadi rumit dan menjadikan orang orang di sekelilingnya ikut berpikir tentang dirinya. Laki laki itu mengangkat kepalanya dab menunjukkan sebuah senyum ke arah Pak Abraham dan sang istri. Hari pernikahan akan di tentukan dua bulan lagi, hanya dengan waktu itu Gibran harus merasa siap.