"Kanaya, apa aku besok bisa datang bersama orang tuaku untuk melamarmu?"
Kalimat itu berhasil membuat Kanaya kesulitan menjawab, apa yang harus Kanaya katakan nyatanya hatinya masih saja untuk Gibran. Namun, Kanaya juga berusaha menyadarkan diri kalau Gibran mungkin bukan jodohnya.
"Nay," panggil Tony saat tak kunjung mendapat jawaban dari Kanaya.
"Eh, iya." Kanaya langsung tersadar dari keterdiaman nya.
Toni memandang apa yang sedang perempuan itu lakukan, sepertinya Kanaya sedang memikirkan sesuatu. Laki-laki itu jadi merasa tidak tega untuk menanyakan soal lamaran tersebut. Namun, apakah hal itu baik, bukankah hal itu justru akan membuat semuanya jadi tidak jelas sementara Toni juga butuh kejelasan.
"Apa besok bisa datang Kanaya?" Mau tidak mau Toni bertanya lagi agar semua jelas dan agar Toni juga bisa melakukan sunnah sebagai orang muslim untuk menikah.