Kanaya hanya memperhatikan apa yang dilakukan oleh Gibran. Kanaya juga belum memiliki kepandaian menambah penerangan dari laki-laki tersebut. Mau bagaimana lagi itulah kenyataannya, ia masih dalam proses belajar. Setelah selesai memberi penerangan Gibran meminta agar Kanaya ikut bersamanya masuk ke dalam ruangan. Perempuan itu mengangguk lalu menurut. Setelah masuk seperti biasa mereka tidak menutup pintu, hal yang bisa memicu tuduhan para pekerja kantor terhadap mereka. Direndahkan seperti kemarin saja masih terasa begitu sakit di hati Kanaya, oleh sebab itulah perempuan itu lebih berhati-hati dalam bersikap. Sebagai manusia memang sepatutnya berusaha membuat orang berpikir positif, dan pikiran itu benar adanya.
"Kok sejak tadi malam nggak ada kabar?" Tanya Kanaya dengan suara lirih, agar tidak ada orang lain yang mendengar kalimatnya.
Gibran duduk di kursi yang biasa direktur duduki, laki-laki itu mendongakkan kepalanya memperhatikan raut wajah Kanaya.