"Aku ada kepentingan," ujar Kanaya berusaha membuat laki laki mengerti.
Muka Gibran masih terlihat sangat cemberut sebagai tanda laki laki itu tidak suka dengan permintaan Kanaya.
"Kenapa sih?" Kanaya masih berusaha sabar dengan bertutur kata lembut.
"Pergi saja," ucap laki laki itu dengan mengubah pandanganya ke ponsel.
"Beneran?"
"Hmm." Gibran memang saat marah tidak tega jika tidak menjawab pertanyaan seseorang, maka dari itu ia jarang melakukannya.
Kanaya menarik nafas lelah, meskipun ia tahu Gibran tidak suka dengan kepergiaanya bersama Arka, perempuan itu berusaha tetap ingin menghargai Arka.
"Aku pergi dulu," pamit Kanaya.
Gibran tidak menjawab, ia justru memutar sebuah musik dari ponselnya.