"Katanya kamu ada perlu. Kenapa sekarang diam?"
"Hmm ... emm ...." Kanaya masih enggan langsung mengutarakan keinginannya.
"Hamm hemm hamm hemm. Ada apa?"
"Aku mau jadi sekretaris kamu." Kanaya langsung menunduk.
Gibran tersenyum miring, betapa ia puas mendengar jawaban itu dari Kanaya.
"Apa, aku tidak dengar."
Kanaya mengeryitkan keningnya. Lalu ia menarik nafas panjang.
"Aku mau jadi sekretarismu," ulang Kanaya
"Apa? Suaramu terlalu kecil."
Kanaya melirik dan menyeringai.
"Baiklah, kalau tidak dengar tidak jadi."
"Eh iya jadi," sahut Gibran dengan cepat.
Kanaya tertawa dalam hati melihat Gibran bersikap begitu. Kalau Gibran menyetujuinya pasti Kanaya sendiri yang akan kebingungan
"Tapi, aku punya syarat."
"Syarat? Seharusnya yang melamar kerja yang mendapat syarat dari atasan. Ini kenapa malah aku yang harus di berikan syarat-syarat."
"Mau apa tidak?" Ujar Kanaya dengan tegas.
"Iya apa?"
"Aku mau gajiku besar."
"Ok baik.