Sejak tadi Gita dan Gibran saling bercanda ria, seakan di antara mereka tidak ada Kanaya. Perempuan itu berusaha tetap tenang, meskipun hatinya sangat paham dengan kehadiran Gita yang mendadak jadi ramai. Bukan Kanaya tidak suka keramaian, ia hanya mulai berfikir bahwa sepertinya Gita lebih bisa membuat Gibran tersenyum dari pada dirinya. Kenyataanya saat bersamanya Gibran justru sering cemburu dengan hal hal yang tidak penting.
"Mas, ini sudah malam, aku pulang dulu ya," ujar Gita merasa harus pulang.
"Kenapa buru buru Mbak?" Tanya Kanaya dari hatinya. Kanaya memang sosok perempuan yang tulus. Meskipun Gita dab Gibran sejak tadi cuek padanya, Kanaya tetap bersikap baik.
"Maaf Mbak Kanaya, ini sudah malam aku harus pulang. Semoga cepat sembuh ya," ujar Gita dengan tulus. Gita juga tidak kalah tulusnya dengan Kanaya.
"Terimakasih banyak atas waktunya Mbak." Kanaya tersenyum sambil menjabat tangan Gita.
"Sama sama. Assalamualaikum."