Itu adalah tempat indah dengan bintang-bintang sebagai hiasannya. Tempat itu berada di alam yang tak terbatas.
Tak peduli seberapa jauh seseorang berjalan, tidak ada akhir.
Tak peduli seberapa jauh seseorang memandang, tidak ada siapapun.
Tak peduli berapa lama seseorang menunggu, tidak ada fajar.
Tapi ada satu tempat, di mana ada cahaya keemasan meneranginya.
Itu adalah sebuah singgasana yang melayang dalam kekosongan, dan seseorang duduk di sana.
Sebuah cahaya perak keemasan yang berbentuk seseorang duduk di atas takhta itu.
Sosok itu memiliki mata emas yang bersinar.
Rambut panjang berwarna putih bersih yang menyala dengan indah.
Wajah tampan bercahaya yang terlihat sangat muda. Itu adalah ketampanan yang akan membuat seluruh wanita tergila-gila dan seluruh pria iri sampai mati.
Sosok itu mengenakan sebuah pakaian yang menyala seperti api berwarna putih, yang membuatnya terlihat hebat dan mistis.
Dia adalah sebuah keberadaan yang disebut sebagai Kaisar Dewa Agung Surgawi.
Dewa dari para Dewa.
Raja dari para Raja.
Penguasa Absolut yang menguasai seluruh alam semesta.
Puncak dari semua makhluk hidup.
Pencipta banyak makhluk dan dunia.
Pengelola seluruh Alam.
Kekasih semua kebaikan.
Musuh semua kejahatan.
Orang yang menegaskan semua kebenaran.
Orang yang menegaskan semua kontradiksi.
Orang yang melampaui semua logika.
Di singgasananya yang indah dan mewah, Sang Kaisar Dewa Agung Surgawi memandang seluruh dunia dengan bosan.
"Membosankan. Apa tidak ada yang bisa kulakukan untuk menghilangkan kebosanan ku ini?"
Dia menggerutu sendiri karena kebosanan yang dia rasakan.
"Karena mereka tidak abadi, semua istriku telah tiada dan kureinkarnasikan di dunia baru yang kuciptakan untuk mereka. Kini mereka sedang menikmati kehidupan baru mereka tanpa ingatan kehidupan sebelumnya."
"Dan anak-anakku yang ada di wilayah Dewa, mereka juga berada di dunia mereka sendiri. Hidup bersama keluarga mereka dengan bahagia dan di sibukkan oleh tugas dan pekerjaan mereka masing-masing."
"Aku memiliki banyak cucu, tapi aku tidak bisa bertemu mereka dengan bebas karena keberadaan ku terlalu kuat. Selain itu, sebagai keberadaan tertinggi, aku tidak bisa berdiam di suatu dunia selama lebih dari satu menit. Karena jika lebih dari itu, dunia itu tidak akan bisa menahan keberadaan ku."
"Bahkan itu sama untuk wilayah Dewa. Keberadaan ku ini terlalu kuat."
Dia menghela napas dengan sedih. Karena dia sendirian, dia merasa kesepian. Semua istrinya telah bereinkarnasi dan menjalani kehidupan yang baru, anak-anaknya sibuk dengan urusan mereka sendiri, dia juga tidak bisa berkunjung dengan bebas ke tempat mereka.
Dia menutup matanya dan menenangkan diri. Dia memikirkan solusi untuk menghilangkan kebosanannya ini.
Setelah beberapa saat, akhirnya dia pun menemukan sebuah solusi.
"Kenapa aku tidak bereinkarnasi saja?"
"Dengan bereinkarnasi, aku bisa menikmati kehidupan dan bersenang-senang."
"Tapi, akan gawat jika aku meninggalkan tahtaku terlalu lama. Aku juga tidak boleh memberitahu siapapun tentang reinkarnasi ku."
"Hmm ... apa yang harus kulakukan? "
Dia berpikir secara mendalam. Alam semesta membutuhkannya agar tetap dalam kedamaian dan kelancaran. Para Kaisar, Monarch dan Dewa juga terkadang membutuhkan bimbingannya dalam berbagai hal.
Jika dia pergi, seluruh jagat raya mungkin akan berada dalam kekacauan.
"Tapi jika tak ada yang tahu bahwa aku pergi, semuanya pasti tetap akan baik-baik saja. Lagipula, kehidupan di dunia fana itu singkat."
"Baiklah, sekarang aku hanya perlu mengumumkan bahwa aku akan tidur selama beberapa ratus tahun. Selama aku tidak menghilang, dan mereka tahu bahwa aku hanya tertidur sebentar, tidak akan ada siapapun yang berani mengacau ... mungkin?"
"Yah, meskipun aku akan bereinkarnasi, tapi yang akan kureinkarnasikan hanyalah sebagian kecil dari jiwaku. Aku hanya perlu memindahkan kesadaran ku pada bagian diriku itu nanti, dan tubuh utamaku ini akan tetap di sini agar semua orang tidak curiga."
Setelah itu, dia pun mengumumkan kepada seluruh Monarch dan Dewa bahwa dia akan tidur selama beberapa ratus tahun. Dia menyerahkan semua kepemimpinan untuk sementara kepada sahabatnya, Monarch Surgawi yang merupakan keberadaan terkuat setelah dirinya.
Setelah itu, dia pun mengunci dan memasang dinding penghalang di sekitar domain singgasananya dengan kekuatan penuhnya, agar tidak ada orang yang bisa mengganggunya.
"Sekarang, kurasa aku akan terlebih dahulu memilih dunia dimana aku akan tinggal."
"... Tunggu! Lebih baik aku memilihnya secara acak. Lagipula, di manapun itu, aku akan berusaha melakukan apapun untuk bersenang-senang."
"Baiklah, mari lakukan sekarang."
Dia mengambil sedikit bagian dari jiwanya dan melemparkannya ke sebuah lubang di kekosongan. Itu terlihat seperti pusaran air, namun sangat jernih dan transparan.
Dia tidak memilih dunia mana yang akan dia tinggali, dia hanya melemparkan bagian jiwanya dan membiarkan keberuntungannya membawa jiwanya itu kedunia yang baik baginya.
Setelah itu, dia pun tertidur. Dia memindahkan sebagian besar kesadarannya kepada jiwanya yang bereinkarnasi, dan meninggalkan sedikit kesadaran di tubuh utama untuk jaga-jaga.
*****
Beberapa waktu berlalu, dia berhasil bereinkarnasi.
Namun, karena dia bereinkarnasi secara acak, akhirnya keberuntungannya yang buruk membawanya ke sesuatu yang tak terduga.
Seorang ibu baru saja melahirkan, namun anak yang baru lahir itu tidak bernapas.
Sang Dokter telah berusaha dengan berbagai macam cara, namun orang yang sudah mati, tidak akan bisa hidup kembali.
Sehebat apapun Dokter itu, dia bukanlah seorang Dewa.
Ketika semua orang menyerah dan pasrah, Sang Ibu dan Ayah bersedih, jiwa Sang Kaisar Dewa Surgawi Agung pun muncul seperti meteor yang melesat jatuh dari langit. Namun tidak ada siapapun yang dapat melihatnya.
Begitu dia melihat bayi yang baru lahir namun tak bernyawa itu, tanpa mengkonfirmasi apapun terlebih dahulu, dia langsung masuk ke dalam tubuhnya.
Tubuh bayi itupun tersentak, jantungnya kembali berdetak, membuat sang Dokter yang masih memegangnya terkejut.
"Eh!? ... Ini- ini ... Ini mustahil ... tidak- Ini adalah sebuah keajaiban!"
Ketika sang Dokter meneriakkan itu, semua orang ikut terkejut. Lalu, sang bayi yang sebelumnya dianggap mati, mulai bergerak dan tak lama kemudian, bayi itu pun menangis...
"Oaaaa, ugyaaa!"
Sang Dokter segera memindahkannya ke pangkuan Ibu Sang Bayi.
"... Anakku... oh, anakku ...!" Sang Ibu memeluk bayinya dengan lembut dan penuh kasih sayang. "Syukurlah kau selamat, Nak!" Sang Ibu terus menangis dengan penuh rasa syukur.
Hanya beberapa saat setelah momen-momen mengharukan itu terjadi, tiba-tiba saja Sang Bayi berhenti menangis.
Orang-orang berpikir bahwa Sang Bayi berhenti menangis mungkin karena belaian Ibunya, tapi itu tidak sepenuhnya benar.
Jiwa Sang Kaisar Dewa Agung Surgawi baru saja telah benar-benar bersatu dengan tubuh Sang Bayi. Saat ini, Sang Bayi memiliki mentalitas dari seorang pria yang sudah berumur lebih dari seratus juta tahun.
Dengan kekuatannya, dia bisa saja berubah langsung menjadi mode dewasa. Namun dalam kehidupannya kali ini, dia sudah memutuskan untuk menikmati hidup barunya secara perlahan dengan santai. Jadi untuk saat ini, dia hanya akan mengikuti arus sebagai seorang bayi hingga dia dewasa dan cukup umur untuk bepergian seorang diri.
Ketika ibunya terus membelai dia dengan lembut, bayi itu tertawa seolah menikmatinya.
Normalnya, orang-orang akan merasa aneh jika melihat bayi yang baru lahir dapat langsung membuka matanya dengan jelas dan tertawa cukup keras. Namun karena melihat kebahagiaan Sang Ibu, tidak ada yang memperhatikan itu.
Selain itu, Sang Bayi tahu bahwa sebelumnya, Ibu barunya ini sedih atas kematian anaknya yang baru lahir. Jadi, dia tertawa selucu mungkin untuk menghibur Ibunya.
Meski sebenarnya dia bukan anaknya yang sebenarnya, namun dia telah mengambil tubuh anaknya tanpa izin. Meski anaknya telah mati, bukan berarti dia boleh mengambil tubuhnya.
Oleh karena itu, sebagai balasannya, dia bersumpah akan berusaha sebaik-baiknya untuk membuat Ibu barunya bahagia sebagai pengganti anaknya.
「Tenang saja Ibu! Sebagai pengganti anakmu yang malang, Aku, Kaisar Dewa Agung Surgawi ini akan membuatmu bahagia. Jadi tidak perlu khawatir, dan tolong usap ke kiri sedikit lagi ... ah, ya bagian itu! ... Aah, enaknya. Benar, usap terus di sana, Bu! Aah, rasanya enak sekali ....」
Dia terus menikmati belaian ibunya dan tak lama kemudian, diapun tertidur...