Chereads / My Name Is Fauzi / Chapter 15 - Part 1. 14. Ya Udah Iya

Chapter 15 - Part 1. 14. Ya Udah Iya

Sepeda motor kukendarai dengan kecepatan sedikit kencang dengan tetap berhati-hati. Mengingat Naily sudah menunggu di kursi sisi timur Jalan Malioboro. Ia duduk bersebelahan dengan lampu kota berwarna kuning keemasan dengan tiangnya yang berwarna hijau.

Merasa tak enak hati sudah membuatnya sakit secara tiba-tiba. Bukan membuat dirinya senang atau bahagia justru sebaliknya, diriku yang membuatnya jadi seperti ini sekarang.

Beberapa menit kemudian sampailah aku di dekatnya dan memanggil, "Sst! Nay sini." Ajakku sambil melambaikan tangan yang mengarah padanya.

"Hmm iya?!" Dia pun berjalan menuju tempat ku memberhentikan laju sepeda motor. Dengan menenteng tas pada tangan kirinya. Ia seperti orang kebingungan, itu yang terlihat dari pandanganku.

"Kamu masih kuatkan?" Tanyaku memastikan keadaannya apabila terjadi sesuatu.

"Agak sedikit pusing dan juga lelah. Rasanya ngga kuat lagi kalau jalan kaki ke sana-sini." Jelasnya tertatih.

"Kita pulang aja gimana?" Ajakku dengan menatap serius ke arahnya. Ia pun segera menempatakan diri untuk segera pulang.

Dengan susana yang terbilang cukup panas dan tak enak hati apabila harus memulai pembicaraan pada Naily di saat sedang berkendara. Akan tetapi jika diriku tak memulainya suasana tidak hanya panas namun juga canggung. Akhirnya memutuskan untuk mengajaknya ngobrol terlebih dahulu.

"Nay..!" Tanyaku ragu.

"Iya, kenapa zi?" Jawabnya singkat dan samar.

"Harusnya aku yang tanya kamu kenapa?"

"Aku ngga tahu. Tiba-tiba kepalaku pusing. Apa gara-gara minum es tadi ya?" perkataannya sedikit samar karena banyak laju motor saat itu.

"Hmm bisa jadi. Lah, kamu sendiri lo yang ngajak aku untuk beli es tadi." Jelasku sembari mengendarai sepeda motor dan memperhatikan kendaraan yang lewat.

"Ya kamu kok. Katanya pingin yang seger-seger. Tau ah aku pusing." Jawabnya marah.

"Iya deh aku yang salah tadi. Mau berhenti di warung dulu ngga?" Tanyaku mengalihkan pembicaraan.

"Mau beli apa lagi? Bukannya di dalam tasku udah ada minuman?" Kesalnya padaku.

"Oya lupa aku. Padahal kita baru saja beli minuman yang membuatmu sakit. Bukan beli minum jug maksudku, beli sesuatu gitu."

"Enggak deh, kita langsung pulang aja!:"

Kamipun hanya terdiam di sepanjang perjalanan.

30 menit berlalu dan sampailah aku tepat di depan gerbang kos Naily sambil berkata,"Nah udah sampai."

"Makasih zi. Maaf ya udah mau direpotkan olehku. Next time kita jalan-jalan lagi ya?" Senyum manisnya yang menggoda hatiku.

"Iya nay.Udah ya, aku pulang dulu. Assaalamualaikum warohmatullahi wabarakatuh." Ucapku sambil tersenyum mengarah kepadanya.

"Waalaikumsalam warrohmatullahi wabarakatuh. Hati-hati zi!" Teriaknya sambil menutup pintu gerbang kosnya.

Aku pun pergi meninggalkan Kos Naily dengan bahagia dan merasa bersalah. Semuanya campur aduk tak karuan.

Setelah sampai rumah tanpa pikir panjang aku membuka laptop dan melanjutkan menulis diary hari ini. Satu lagi, aku mulai mengingat menyambungkan ceritaku saat masih TK dulu.

04-04-2003

"Fauzi.! Cepat bangun. Hari ini adalah hari di mana kamu bude daftarkan sekolah di TK." Teriak bude dari samping kasur tempatku tertidur yang membuat telingaku ingin pecah.

"Iya bude, fauzi bentar lagi bangun." Malasku sambil kembali tidur tanpa memperdulikan adanya Bude di dalam.

"Fauzi..! Apa perlu bude siram pakai air biar kamu bangun?" Bude mengambil selimut dari ku dan menyeretku seketika itu juga.

"Iyaaaa bude fauzi bangun." Aku pun berlari keluar kamar menuju kamar mandi seketika itu juga.

Namun bukannya langsung sampai malah aku tergoda oleh ajakan Mas Ipin yang mengajakku makan terlebih dahulu di sana. Jarak antara kamar mandi dan ruang dapur tidaklah jauh, sekitar 5 meter. Mau tidak mau duduklah aku bersamanya.

"Zi, katanya kamu hari ini mau daftar sekolah?" Tanya Mas Ipin sambil memegang sendok makan pada tangan kanannya..

"Iya mas, kata bude sih hari ini. Aku baru saja dibangunin bude. Makaanya aku lari menuju kamar mandi.

"Haha. Gimana, udah tau galaknya bude kan, setelah kamu sebulan lebih di sini?" Ia serasa mengejek diriku yang masih anak kecil.

Aku yang tak mengerti apa yang ia maksud mencoba untuk bertanya,"Maksudnya apa mas?" Dengan mengambil sepiring nasi dan lauk tempe dengan sayur soup yang sangat nikmat.

"Hehe, engga usah dipikirin. Cepetan makan nanti bude keburu dateng." Suruhnya mengalihkan pembicaraan yang membingungkan.

"Ohya aku lupa. Kalau sampai ketahuan bahwa aku ada di sini bisa dimarahi." Gundahku dengan cepat-cepat menghabiskan makanan yang telah aku ambil barusan.

"Fauzi.!" Teriak Bude dari balik pintu memasuki ruang dapur.

"Iya bude?" Jawabku kaget yang masih memegang piring.

"Bude kira kamu pergi kemana. Habiskan dulu makananmu setelah itu mandilah," Bude hanya berbicara sepatah kata lalu pergi entah kemana.

Aku yang menghela nafas dengan lega dan berkata pada Mas Ipin, "Aman mas, aman. Aku mau mandi dulu ya!" Dengan terburu-buru bergegas menuju kamar mandi yang berada tak jauh dari meja makan.

Tak perlu waktu lama. Selesai mandi Aku pun bergegas kembali ke kamar untuk mengganti baju yang sekiranya sopan menghadap Bapak/Ibu guru di sekolah pertamaku.

Melihat baju yang sudah tertata rapi, "Hmm ini pasti bude yang sudah mempersiapkannya." Batinku berkata demikian.

Pukul 07.WIB.

"Le ayo kita berangkat.!" Ajak Bude demikian.

"Iya bude," Balasku

"Tapi kita jalan kaki aja ya? Soalnya kalau naik angkot nanti bude malah terlambat masuk kerja." Ucapnya meneruskan dan kami pun berjalan melewati beberapa gang untuk sampai di jalan raya menuju sekolah pertamaku.

"Bude, kenapa harus jalan kaki? Kan ada motor." Tanyaku sambil menatap ke arah bude.

"Bude engga berani kalau harus naik motor. Bude saja kerja naik angkot teus. Karena perjalanan menuju tempat bude kerja itu sangat terjal dan trauma karena udah pernah jatuh juga."

"Hmm, gitu." Dan tak mengerti dengan jalan pikiranku.

"Fauzi kenapa tanya? Takut capek ya kalau cuma jalan kaki?" Bude tersenyum seraya menguji diriku.

"Engga kok bude, hehe. Kenapa ngga diantar oleh pakde saja?" Tanyaku kembali penasaran. Biasalah anak kecil banyak pertanyaan yang tidak jelas sama sekali.

"Waktu kerja bude dan pakde itu beda. Pakde mu selalu berangkat lebih awal dari kita semua. Kamu ngga pernah lihat pakde di meja makankan sewaktu sarapankan? Ketemu juga kalau menjelang maghrib." Jelasnya perlahan dan tetap meneruskan langkah kaki kami pada tujuan awal.

"Baiklah tole mengerti semua sekarang." Sambil berjalan memainkan kaki kanan kiri menginjak tanah bergantian. Hup-hup-hup, usilku tepat di samping bude berjalan.

"Kamu lagi ngapain zi?" Tanya bude penasaran dengan tingkah laku diriku yang sedikit aktif.

"Ngga kok bude cuma iseng kayak gini aja." Jelasku berkata dengan membenarkan posisi tas yang aku gendong.