Chereads / Lalita My Love / Chapter 20 - Bab 14 part II

Chapter 20 - Bab 14 part II

Ada adegan 21+ yang di bawah umur minggir ya.

Lardo kembali bertanya. Apa kau benar-benar yakin kalau isterimu melarikan diri, bukannya diculik Marwan?. Apa kau sudah menyelidiki pamanmu?, tanya Lardo setelah mereka berdua terdiam cukup lama, bukankah paman serakahmu itu selalu bermain kotor untuk sedikit kekuasaan

Dante menghela napas panjang. Kecurigaan pertamaku memang tertuju pada Marwan, tapi….sampai saat ini tidak ada tindakan dari Marwan dan anak buahnya. Marwan yang baru keluar dari penjara tampak santai menjalankan rutinitas di perkebunan. Tidak ada yang mencurigakan.

Tapi aku tidak percaya begitu saja, orang-orangku masih terus mengawasi pergerakan Marwan dan orang-orangnya, yang membuatku semakin frustasi aku sangat mengkhawatirkan keadaan calon bayiku, juga perasaan aneh yang aku rasakan.

Satu alis Lardo terangkat, "perasaan aneh seperti apa yang kau maksud?"

Dante menatap Lardo dengan sangat serius. Mungkin kau akan menganggap pertanyaanku ini lucu. Apa kau pernah jatu cinta Lardo?

Lardo menggangkat bahu dengan pengalihan pertanyaan Dante. Entahlah, untuk ukuran bajingan seperti kita, apa ada cinta yang akan kita rasakan atau mungkin kita tidak akan beruntung merasakan bagaimana rasanya jatuh cinta,

Lardo mentap datar Dante. Apa wanita yang menjadi isterimu membuatmu merasakan perasaan cinta yang tulus, itukah yang ingin kau katakan?

Dante mengeleng bingung dengan perasaannya sendiri. Entahlah Lardo. Apa perasaan asing yang aku rasakan ini yang dinamakan cinta. Tapi sungguh aku merasa sangat kehilangan. Selama pernikahan kami aku memeperlakukan isteriku dengan sangat buruk. Aku membuatnya layaknya seorang pelacur bayaran. Menikmatinya kemudian membuangnya seperti sampah, yang tidak aku sadari ada yang berubah yang cukup besar dari prilaku seks yang selama ini aku jalani.

Dante menertawakan dirinya sendiri saat menyadari perubahan apa saja yang terjadi pada dirinya. Kau tahu tanpa aku sadari pernikahan yang aku jalani menjadikan aku pria yang setia. Selama kehidupan dewasaku satu wanita tidak ada dalam kamusku. Tapi setelah menikah aku hanya membutuhkan isteriku sebagai tempatku melepaskan gairah. Tidak ada wanita lain yang aku sentuh semenjak aku menikahi Tiara.

Dante tertawa geli, seakan janji yang aku ucapkan dipemberkatan pernikahan menjadi sumpah janji yang mengikatku untuk menjadi suami setia.

Shit….umpat Dante mengerang kesal. Kenapa aku masih juga sadar, berapa banyakpun aku meminumnya kenapa aku tidak juga mabuk. Dante menghapus air mata yang dengan tidak tahu malu membasahi pipinya.

Lardo mengernyit heran, mendapati pria besar yang keberadaannya selalu mengintimidasi menangis. Ya Dante menangis tampak benar-benar hancur dan sangat kacau dengan terus menegak brendi yang sudah habis dua botol. Jadi Dante serius dengan perkataannya untuk mabuk malam ini. Lardo hanya mengeleng dengan terus menatap Dante dari tepi gelasnya.

Hampir tiga jam Lardo hanya mendengarkan semua rancauan Dante yang terus memaki dirinya sendiri dengan semua kebodohan dan kekeras kepalaannya. Sampai akhirnya Dante roboh tidak sadarkan diri.

Setelah yakin Dante pingsan. Lardo menekan nomor Suryo.

Dua puluh menit kemudian Suryo datang dengan dua pengawal Dante.

Suryo mengeleng melihat tubuh Dante yang tergeletak di lantai. Apakah tuan muda mabuk sampai tidak sadarkan diri?

Lardo hanya memberi anggukan sebagai jawaban

Suryo menatap kasihan pada Dante yang tak sadarkan diri. Aku akan membawa tuan muda pulang, terima kasih sudah menelpon. Suryo pamit dengan membawa Dante yang masih merancau dengan semua permintaan maaf yang entah ditujukan pada siapa.

Lalita tertidur dengan pulas sejenak ia melupakan masalah yang sedang dialaminya entah mengapa Lalita merasa sangat nyaman dalam tidurnya. Lalita membuka mata perlahan melihat sekelilingnya, lagi-lagi aku terbangun bukan dikamarku. Ini sebuah kamar yang sangat mewah. Pagi ini aku terbangun disebuah kamar hotel dengan cat putih mendominasi ruangan, sekarang Lalita menatap sekilas susana di dalam kamar. Kamar ini tampak sangat gelap, apa ini sudah malam atau memang kamar ini yang memiliki warna gelap.

Lalita mengelengkan kepala memulihkan kesadarannya. Mulai merunut semua kejadian yang ia alami. Sore tadi mereka sampai di Jakarta. Lardo menariknya ke parkiran dan memaksa masuk kedalam mobil mewah milik Lardo. Setelahnya mereka berdebat yang akhirnya Lalita mengalah dan mengikuti keinginan Lardo. Membiarkan Lardo membawanya ke apartemen.

Jadi ini…..apa sekarang aku berada di salah satu kamar di apartemen Lardo. Lalita buru-buru menyalakan lampu kamar, memeriksa dirinya, menghela napas lega dengan pakaiannya yang masih menempel sempurna. Apa yang kau pikirkan Lalita batinnya sambil mengeleng.

Lalita mengecek jam di dinding. Lalita melotot pukul 00.00 Wib, sebenarnya berapa lama aku tidur. "Rita….!!", pekiknya, bagaimana aku bisa tidur dengan pulas dan melupakan Rita. Lalita memaki diri sendiri. Lalita melompat turun dari atas tempat tidur

Lalita baru akan membuka pintu kamar, saat mencium bau asam dari tubuhnya. Ummm….sepertinya aku harus membersihkan diri dulu sebelum berlari ke rumah sakit.

Lalita menatap sekeliling kamar, ini sangat luas, apatemenku tampak sangat kecil dibanding kamar ini. Heh….orang kaya memang berbeda pikirnya.

Ini pasti kamar mandi, lagi-lagi Lalita dibuat takjub saat membuka pintu kamar mandi, waouuuu...…ini sangat mewah

Lima belas menit kemudian Lalita sudah segar dan wangi. Lalita hanya mengenakan bathrobe tanpa mengenakan dalaman keluar dari kamar mandi. Lalita sedang mengeringkan rambutnya saat pintu kamar dibuka dari luar.

"Sir…!!", Lalita berlari bersembunyi dibalik pintu kamar mandi.

Lardo melangkah dengan santai masuk kedalam kamar. "Kamu sudah bangun rupanya?, apa kamu lapar?" tanya Lardo tanpa mempedulikan sikap kikuk Lalita dari balik pintu kamar mandi.

Lalita merasa risih dengan kehadiran Lardo. Saya masih merasa kenyang sir, apa anda kemari hanya untuk menanyakan itu sir?".

Lardo mengangkat satu alisnya, "apa kamu yakin?", Lardo berjalan mendekat mengunci tatapannya pada Lalita. Kamu akan membutuhkan tenagamu sayang dan aku tidak ingin kamu pingsan karena kelaparan. Kemari….Lardo mengulurkan satu tangannya.

Lalita mengeleng. Lalita tidak mungkin memberi tahu Lardo kalau dirinya terlanjang dibalik bathrobe yang ia kenakan

"Keluar Lalita bujuk Lardo masih dengan menatap tajam Lalita yang mengeleng menolak keluar dari balik pintu kamar mandi tempat perlindungannya".

"Sir seharusnya anda tidak membawa saya ke apartemen anda, ini tidak benar sir. Lalita mulai bergerak gelisa dibalik pintu. Saya mohon jangan mendekat sir, Lalita terlihat panik saat Lardo berjalan semakin mendekat.

"Keluar dari sana Lalita, kita tidak bisa mengobrol santai dengan kau bersembuyi dibalik pintu seperti itu, apa kamu takut padaku Lalita?, ayolah Lalita bujuk Lardo semakin mendekati tempat Lalita bersembunyi.

"Sir…!!", Lalita berteriak kaget saat Lardo menarik tangannya dari balik pintu.

Lardo mengendus aroma tubuh Lalita, wangimu lezat

Lalita mendorong dada Lardo. Sir…!!anda membuat saya tidak nyaman.

Lardo terkekeh, sebelum membawa Lalita kedalam panggulannya.

"Sir…..!!". "Lalita benar-benar terkejut dengan tindakan tiba-tiba Lardo memanggul tubuh Lalita dengan kepala menghadap ke bawah, sir….turunkan saya, Lalita meronta-ronta minta turun.

Lardo melempar Lalita ke atas ranjang king size miliknya.