Chereads / Aku milik pak dosen. / Chapter 10 - Number Eight

Chapter 10 - Number Eight

Sesampai ketiganya di toko skincare yang ternyata sudah banyak orang disana. Ketiganya membawa keranjang kecil masing-masing, berjalan menyusuri bagian lipstik. Mereka heboh karena harganya sangat murmer, sampai dompet ketiga teriak kegirangan.

"Gimana?,"tanya Kayla sambil menggerakkan bibirnya, meratakan lipstik yang dia coba.

Rasya menatap kemudian mengangkat jempol sambil mengoleskan lipstik berwarna oranye ke bibirnya.

"Lu gak cocok warna begini, Ras."Komentar Bella ketika Rasya selesai memoles lipstik miliknya.

"Iya ya," ujarnya sambil berkaca.

"Gue pengin nyoba lipstik warna merah, cocok gak sih? Kan sexy gitu keliatannya."Tanya Kayla sambil memegang lipstik berwarna merah.

"Cocok tuh, berani."Timpal Rasya.

"Tapi nanti dibolehin sama suami gue gak ya..."Monolog Kayla tanpa sadar.

"Hah, laki?. Lu ada laki emang?."Kata Bella yang mendengar gumaman Kayla, dimana si empu langsung belingsakan tapi masih stay cool muka tembok.

"Hah?.. Kagak,"

"Lah, tadi bilang laki, itu apa?." Tanya Bella mencari celah kebohongan Kayla.

Bella adalah orang yang kadang bertanyanya suka mendetail sampai Kayla kewalahan dan marah-marah sendiri karena tidak bisa menjawab pertanyaan Bella, akhirnya ketahuan bohongnya.

"Ya, pacar guelah. Gue manggil suami biar soswet." Katanya sambil berlalu menuju sabun cuci muka.

Melarikan diri dari predator macam Bella. Kemudian dia mendapat panggilan video call dari suaminya, yang mana Kayla langsung tengok kanan, kiri, depan dan belakang habis itu tinggal dia lanjutin senam.

Hahaha. Author garing banget!!.

Kemudian mengintip untuk melihat jika kedua temannya masih terlalu asik di bagian lipstik dia menjauh dan segera mengangkat telepon suaminya.

"Kamu dimana?,"itu suara pertama yang suaminya keluarkan dengan kamera yang terlihat sangat dekat dimuka.

"Masih ditokolah, kenapa emangnya?."Tanya Kayla sambil melihat skincare sabun mandi yang harumnya bertahan lama.

"Itu kamu lagi liatin apa?,"Kepo mas suami lagi, kepingin tau terus sama urusan istri.

Jadi dengan hati yang ikhlas sebagai seorang istri yang patuh suami, Kayla jawab pertanyaan suaminya.

"Aku lagi beli sabun yang sekaligus sama lulur gitu, kan enak. Wangi, aku suka. Segerrr... harumnya,"

"Yaudah, beli yang wangi. Pulangnya mau aku susul, kalau udah selesai kabarin aku."Kata mas suami sambil tersenyum.

"Oke, aku matiin. Assalamuallaikum."

Habis itu dia masukkan setan gepengnya kedalam tas selempang miliknya. Kalau kalian tidak tau setan gepeng, itu ponsel milik Kayla.

Dia sebut setan gepeng karena suka banget menguji iman untuk terus memainkannya, padahal notif saja sepi. Cuma scroll-scroll status orang kemudian nonton video.

Tapi hidup berjalan tiap detik dan menitnya, banyak hal penting terlewati karena memainkan si setan gepeng ini. Uh, Kayla kadang saking kesal pada dirinya yang mulai kecanduan.

Dia akan memasukkan ponselnya kedalam laci lemari, kemudian dia keluar rumah untuk membeli sesuatu di warung. Jajanlah istilah yang pembaca paham.

Terus dia balik kerumah, beberes, kemudian memasak. Menonton film atau menemani suaminya menilai hasil kerja milik mahasiswanya.

Jadi begitu, mari kembali dimana Kayla asik mencari masker wajah juga untuk dia gunakan berdua nanti dengan mas suami, soalnya kadang kalau pulang penelitian. Suaminya suka blasteran warna kulitnya.

Kan jadi tidak mencolok mata lagi gantengnya, yang ada jadi prihatin. Kulit putih milik suaminya jadi kaya cokelat karamel warnanya.

.

.

Kayla masuk kedalam mobil suaminya setelah berhasil kabur dari kekangan kedua temannya, yang mengajak untuk nongkron. Sempat menahan Kayla didalam kosan Rasya tapi tidak berhasil karena setan gepeng Kayal terus-terusan berbunyi yang mana langsung membuat Rasya uring-uringan dengan pacar hayalan Kayla.

"Gue mau liat pacar lo kalau dia nyusul!! posesif banget sama ceweknya!!."Geger Rasya memulai drama.

"Eh!! JANGAN...maksud gue, dia gak nyusul gue disini. Dia udah dirumah gue, makannya ributin hp gue biar cepet pulang."Jelas Kayla cepat-cepat.

Dalam hati dia sudah panas dingin karena ponselnya berteriak terus, dia yakin suaminya juga sama gegernya dengan Rasya sekarang.

Durhaka sekali Kayla tidak mengangkat telepon mas suami, tapi mau bagaimana lagi.

Beruntung Bella sedang tertidur diatas ranjang kosan Rasya, bisa gawat darurat kalau sampai dia juga bangun dan membuat Kayla tidak dapat berkutit.

Kayla memandang suaminya yang tengah mengendarai mobil, mas suami diam saja. Kayal jadi takut. Sepertinya mas suami marah deh.

Tapi gimana lagi ya, tadi Kayla nggak mau ketahuan jadi mematikan ponselnya sambil berusaha menenangkan singa betina yang sedang pms dan tidak mengijinkan Kayla pulang.

Memaksanya untuk menelpon pacar alias mas suami buat marahin karena posesif, ya kali kan mas suami mau dimarhain Rasya.

Bisa-bisa nilai mata kuliah psikologinya D semua lagi.

"Mas...Maaf ya, tadi Rasya maksa buat telepon mas. Kan gak mungkin..."

Masih di diamkan, Kayla kemudian memegang salah satu tangan sang suami dan melepasnya dari setir. Menciumnya lama dan menatap penuh harap lagi yang mana suaminya telah menatap kearahnya sepersekian detik kembali menatap kearah depan.

"Mas... maafinkan?,"

Masih dikacangi permisahhh. Kayla kira tadi dia dapet dimaafkan, tapi ternyata nihil.

"Kamu masih halangan?,"tanya suaminya tidak membalas permintaan maaf sang istri.

"Enggak, aku udah bebersih. Kenapa mas?."

"Dada kamu masih nyeri?,"

Kayla mengernyit dan menjawab,"Enggak."

Sampai kemudian Kayla paham setelah melihat senyum cerah milik suaminya tersemat senang.

.

.

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK UNTUK MENDUKUNG CERITAKU^^

KALIAN BISA MEMBERIKAN POWERSTONE PADAKU^^

TERIMA KASIH BANYAKKK

.

Plagiat silakan angkat kaki kalian dari cerita saya!!!

√ Hak cipta cerita ini di lindungi oleh undang-undang!!

Ini karya asli saya. Jadi jika ada tulisan yang sama seperti ini. Berarti dia mengambil cerita saya.!!!

Sebab ini berasal dari otak dan pikiran saya!!!

Tolong katakan atau hubungi saya jika ada cerita yang sama persis seperti cerita saya. Karena, walau saya penulis baru. Saya tetap menulis cerita dari pikiran saya yang rumit tanpa mau susah-susah plagiat karya orang.

[karena saya masih mampu membuat karya sendiri]