WARNING TYPO!
.
"Kamu kira aku tuh nggak kangen, kangen banget tau. Aku tuh tiap waktu, tiap saat, tiap detikpun selalu kangen sama kamu." jujur Deby, semakin mempererat pelukannya. Tumben, biasanya Galih langsung menyuruhnya lepas.
"Modus banget," cibir Galih.
"Ih, enggak!" Deby menggigit dada bidang Galih sampai cowok itu kegelian dan kesal.
"Kamu apa-apaan sih, aw. Hei, sakit!" Galih mendorong Deby sampai terbanting ke ranjang. Begitu juga dengannya yang menindih tubuh Deby sangat intim. Bukannya langsung berdiri atau bergegas malah mata mereka saling bertatapan. Aih, menikmati sesuatu yang aneh.
Mata Galih beralih pada bibir pink tanpa polesan lipstik. Deby lebih sering menggunakan lipbalm. Galih mendekatkan bibirnya sampai nafas mereka bertubrukkan. Tak menunggu waktu lama Galih menyatukan ciuman itu menjadi sebuah ciuman dalam. Posisi keintiman ini membuatnya menikmati sensasi teruwuw. Pagutan-pagutan lembut berikan suara khas.
Katakan bahwa Galih, khilap!