"Kau sangat sexi, Sayang." Bisikan itu membuat wajah Fatin memerah. Griffin meletakkan tubuh wanitanya diatas bathub yang masih kering. Alamat mandi lagi ini. Meihat tubuh sexi istrinya yang polos, birahi Griffin mulai muncul. Dia tidak berkedip memandang mahakarya ciptaan Tuhan itu dengan terus mengaguminya. Tangannya meraih kran untuk mengisi air. Sedangkan tangan yang satu sibuk mengapsen guratan tubuh Fatin untuk membangkitkan gairah wanita itu.
Griffin tidak bisa menunggu sampai Fatin selesai mandi. Dia ikut masuk dalam bathub bersama sang kekasih dan menyibakkan handuk yang menghalangi kulitnya dengan sang kekasih. Bercinta saat sudah halal lebih bebas.
"Aku mencintaimu, Sayang." Merinding seluruh bulu roma Fatin kelikaGriffin membisikkan kata ajaib itu ditelinganya. Mengapa rasanya begitu panas? Padahal air dalam bathub adalah air dingin. Griffin mengapsen inci tubuh istrinya dari belakang telinga menggunakan ujung lidahnya hingga Fatin melenguh tanpa dia sadari. Dia sudah memaksa dirinya untuk tidak melenguh. Tapi tidak bisa. Tetap saja desahan itu lolos.
"Aku sangat suka desahanmu, Sayang. menjeritlah lebih dahsyat. Tidak akan ada yang mendengar percintaan kita." Griffin mulai berani mengabsen tubuh istrinya dengan jemarinya. Dia merabanya hingga wanitanya menggelinjang karena merasa sangat geli. Tapi dia menikmatinya dan tidak kuasa untuk menolak kenikmatan itu. Rasanya Fatin tidak menginjak bumi.tubuhnya melayang entah kemana. Sulit digambarkan oleh kata-kata.
Tangan kekar Griffin meremas halus kedua bola dada milik Fatin. Masih mengkal dan keras karena memang ini pertama kali dipegang oleh seorang lelaki. Fatin mulai berkeringat karena kini hasratnya mulai membara. Menyadari perubahan dari sang wanita, Griffin menyudahi aksinya diatas bathub. Dia membimbing wanitanya untuk berdiri.
Seperti sudah memahami bahasa tubuh Griffin, Fatin ikut berdiri. Masih dengan meremas bola kembar itu, Griffin membalik tubuh istrinya untuk berhadapan dengannya. Dia melumat habis bibir ranum itu, kemudian menghentikan aksi tanganya dan berpindah mengangkat tubuh istrinya masih saling berciuman. Tubuh Fatin yang basah lebih menggairahkan ternyata. Fatin memejamkan matanya pasrah sehingga membuat Griffin lebih menggila lagi. Dia lebih liar memberikan sentuhan pada Fatin dan memberikan beberapa stempel kepemilikannya di dada sang wanita.
Fatin menjerit karena kecupan cinta dari Griffin sedikit sakit. Tapi tentu jerit manja itu disambut gembira oleh Griffin. Dia mulai mengabsen lebih liar lagi seluruh leher jenjang Fatin yang kini basah. Dia memberikan satu stempeldi sana. Tangannya sudah bergerilya memegang area senseitif milik Fatin. Wanita itu entah sudah berapa kali melenguh dan mendesah.
Griffin sampai ke ujung gundugan yang ranum dan merah muda. Puncaknya sedikit coklat dan pas ukurannya untuk dihisap. Dia seperti bayi menghisap dada Fatin.
"Bang, geli." Rengekan manja Fatin disambut antusias oleh satu tangan Griffin memilin yang satu. Sedangkan tangan yang satu tetap sibuk mencari belahan area paling sensitif yang masih tersegel rapi.
"Kau sudah basah, Sayang." Suara berat Griffin terasa makin sexi terdengar di telinga seorang Fatin. Suara yang terengah-engah terasa nikmat menyentuh gendang telinganya. Griffin makin ingin memberi sensasi candu pada Fatin. Dia menjilat dan menghisap area lubang kenikmatan yang sangat ranum dan wangi. Desahan Fatin semakin intens dan bertalu-talu.
"Mau kenalan sama Burung Kutilang Junior?" Fatin mengerutkan keningnya. Apa hubungannya burung sama aktifitas panas mereka? Belum sampai Fatin menghiangkan pikirannya, Griffin menarik tubuh Fatin agar terduduk.
"Jangan berfikir apapun. Kau sudah memilikinya kau akan berkenalan sekarang." Griffin mengarahkan jemari Fatin kearah area sensitifnya yang sudah menegang.
"Ini, Burung Kutilang milikku. Griffin Junior." Bisikan Griffin yang sexi seketika membuat Fatin membelalakan mata. Dia tersenyum geli dan malu.
"Tidak usah malu. Aku malah berterima kasih padamu karena mengijinkan aku yang mengenalkan kenakalan ranjang padamu." Fatin memanjakan si Junior dengan jemari lentiknya, hingga Griffin sekarang yang mendesah tak tahu arah .
"Mau dimasukkan nggak?" tanya Griffin. Dia sudah menunjukkan gairah yang masksimal. Junior juga sudah tegang maksimal sehingga dia sendiri tidak mau menahannya.
"Biar Nevan cepat punya adik, tidak usah pakai helm ya?" Fatin mengerutkan dahi lagi.
"Pake helm? Kenapa harus pakai helm." Griffin tidak mengijinkan istrinya untuk berfikir ngaco lagi. Dia kembali melumat bibirnya agar tidak bicara sehingga keoonannya membuat dirinya dan nafsunya menurun.
"Aku masukkan sekarang, ya?" ijin Griffin.
"Aku takut." Fatin terlihat murung.
"Aku akan melakukannya sangat pelan. Ini akan sakit sedikit. Tapi nanti akan enak." Griffin mulai memasukkan ujung kepala Juniornya. Fatin belum merasakan sakit. Tapi setelah setengah kepala masuk dia merasakan perih.
"Sakit, Bang!" Griffin tidak menekan lebih kuat untuk merobek sekaligus hari ini. dia melakukannya sediit saja, karena sepertinya dinding selaput dari milik istrinya begitu tebal. Dia bergaya maju mundur tapi tidak sampai batangnya terlahap, karena istrinya sudah mengeluh sakit. Dia mencapai klimaks setelah beberapa kali maju mundur dalam mulut gua senggama milik istrinya.
"Aghhhhhh ...." Lenguhan panjang dan nikmat terdengar dari mulut Griffin tapi tidak dengan istrinya karena memang belum sampai ke ujung.
Griffin mencabut batang resolvernya. Cairan putih membasahi sprei bercampur dengan darah segar. Griffin tersenyum melihatnya. Dia berasil merobek jala asmara walau belum tembus.
"Sakit, Bang." Fatin meringis. Jika tidak malu, mungkin dia akan menangis.
"Maafkan abang, ya? Sedikit demi sedikit. Itu belum terbelah semua. Kalau sudah, kita akan nikmati bersama durennya." Griffin meletakkan tubuh istrinya yang basah dengan keringat bercampur ar mandi di dadanya. Fatin masih tidak mengerti kemana arah pembicaraan suaminya.
"Maksud Abang apa? Ftin tidak suka duren, Bang." Griffin tertawa sangat keras. Istrinya ini memang polosnya kebangetan.
"Bukan duren secara nyata, Sayang. Apa yang abang lakukan tadi sama kamu adalah belah duren namanya, karena kamu masih virgin. Area sensitifmu masih rapet jadi Abang seperti membelah duren. Apa sayangku ini paham sekaranga? Mungkin dua tiga hari baru kamu bisa menikmati sensasinya. Tahan dikit, ya?" Griffin mengecup puncak kepala istrinya yang basah.
Fatin menutup wajahnya malu. Banyak yang tidak dia ketahui ternyata. Junior, belah duren, entah keju\tan apa lagi nanti. Fatin memilih untuk memejamkan matanya, karena seeprtinya dia merasa sangat lelah. Griffin sendiri tidak masalah dengan istrinya yang tidur dalam keadaan basah dan berkeringat di dadanya. Dia tersenyum telah menjebol gawang milik istrinya. Malam ini, mungkin dia akan menjadi pemenangnya.
Griffin memindahkan istrinya yang sudah terlelap ke bantal. Dia memilih untuk mandi. Biarkan istrinya lelap dan bermimpi indah. Dia bangkit dan sekali lagi melihat sang istri dalam damai. Dia menaikkan selimut istrinya sampai menutui seluruh tubuh kecuali kepala. Setelah mencium singkat bibir ranum istrinya, dia melangkah ke kamar mandi.
Guyuran shower membuat tubuhnya kian dingin. Juniornya juga sudah puas menyemburkan lavanya hingga terlelap kembali. Griffin menyelesaikan mandinya dan mengenakan handuk kimono untuk keluar.
Senyumnya mengembang ketika meliat istrinya mengulat. "Abang sudah mandi?" Fatin masih bersembunyi didalam selimut karena merasa tubuhnya sangat lelah.
"Iya, kamu mandi. Kita jalan-jalan habis ini. lapar 'kan pasti. Biar mereka mengganti sprey juga." Fatin bangkit dengan malas. Dia masih menutupi tubuhnya dengan selimut.
"Aku sudah lihat semuanya. Mengapa harus ditutupi?" Fatin tersipu dan bersemu merah. Griffin benar. Tapi, dia masih saja malu. Dia ingin rasanya membuang wajahnya ke samudra atlantik.