Masuk kedalam ruang pimpinan yang kini Randy mengisinya sebagai Direktur menggantikan Pak Mikail. Duduk debalakang meja kerja dengan setumpuk kesibukannya.
Dari depan pintu, Albert yang sejenak hanya menatap saja sebelum memutuskan untuk mengusik konsentrasinya.
"Bapak memanggil saya?"
Membenarkan dengan tanpa melihat kearahnya yang masih berdiri didepan pintu.
"Ya, silakan duduk!"
Duduk berseberangan dengannya yang masih fokus pada lembaran berkas dihadapannya. Menunggu tanpa bermaksud mengusik konsentrasinya.
Randy tampak tak terganggu dengan terus memeriksa satu per satu berkas, kemudian memisahkan antara yang sudah dia kerjakan dengan yang belum.
Barulah Randy beralih pada Albert yang masih berada didepannya dengan sabar.
Mengambil arsip yang sudah dia persiapkan sebelumnya. Dengan terlebih dahulu memeriksa isinya kembali, walau sebelumnya dia sudah melihat isi keseluruhannya.
"Kau tahu kenapa aku memanggilmu?" bertanya pada Albert yang berdiri di depan meja kerjanya.
"Tentu saja tidak. Saya bukan paranormal", jawabnya santai tetapi memang benar.
Bereaksi hanya dengan tertawa kering.
"Albert Tiebout, benar ini nama kamu?" memastikan kebenaran namanya.
"Ya, benar!"
"Oke", ...
Membuka halaman selanjutnya dan melihat isi dalam informasinya. Mengenai data riwayat seorang pengembang yang fotonya beberapa kali menghiasi sampul majalah bisnis terkemuka. Motivator senior yang sudah dua kali Randy hadir dalam acaranya.
Saat ini anak perusahaannya hampir tersebar di seluruh Jawa, Sumatera dan Kalimantan.
"Kamu tentu kenal Robert Tiebout!"
Dari awal Albert sudah dapat menebak jika Randy telah tahu siapa dirinya yang sebenarnya. Tetapi mendengarnya menyebut nama orang tuanya, tetap membuatnya terkejut
"Tentu saja, kau anaknya!" jawab Randy sendiri.
Sepertinya dia telah memiliki data lengkap mengenai latar belakang serta siapa dirinya sebenarnya. Merasa tak perlu lagi Albert menutupi siapa dirinya yang sebenarnya. Tak menyangka jika salah satu karyawannya adalah putra dari pebisnis yang selama ini menjadi panutannya.
Ternyata tak lebih dari seorang penyusup. Tetapi Randy yakin bukan karena alasan serendah itu hingga dia berada di Miracle.
Kembali membuka beberapa halaman sekaligus dan membaca isinya dengan cepat. Hampir semua data yang terlampir dalam CV (Curriculum Vitae/daftar riwayat hidup) berbeda dengan data asli yang dia dapat melalui orang kepercayaannya.
"Aku tak menemukan data riwayat yang menjelaskan kalau kamu pernah bekerja pada perusahaan iklan atau menjadi produser seperti sekarang!--" ucap Randy atas data yang dia temukan.
"--Tapi aku kagum dengan prestasimu selama bekerja. Dua penghargaan Pariwara dan satu penghargaan Internasional. Benar-benar mengagumkan!"
Seakan menuduhnya melakukan kecurangan hanya demi sebuah penghargaan atau sekadar upaya meyakinkan publik akan keprofesionalismenya.
"Lulusan Internasional Business School terkemuka, sekaligus putra pengusaha sukses. Seharusnya kau bisa mendapat status sosial yang jauh lebih tinggi dari hanya sekadar karyawan biasa. Aku penasaran apa motivasimu yang sebenarnya."
Membuat Albert mulai merasa cemas bila saja dia telah mengetahui salah satu alasan yang bisa menjadi aib keluarganya. Namun Albert berusaha tetap tenang dan yakin Randy hanya sedang menggertak saja.
"Aku salut dengan kepandaianmu dalam menyembunyikan jati diri sebenarnya. Pantas saja Monika terpedaya hingga jatuh hati kepadamu!"
Walau yakin Monika sendiri tak menyadari jika dirinya hanya korban dari permainannya. Menutup berkas yang telah selesai dibacanya dan kini perhatian hanya tertuju pada Albert.
"Sebelumnya aku ingin membahas mengenai hubunganmu dengan Monika."
Hanya menganggapi dengan tersenyum simpul karena sudah dapat memperkirakan akan kemana arah pembicaraannya. "Dua hari lalu aku melihat kalian berciuman, dan itu sangat memalukan!"
Masih hanya diam mendengar dakwaannya. Randy yakin Albert hanya sekadar mempermainkan dan memanfaatkan kepolosannya adik perempuannya saja.
"Apa ini penting untukmu?"
"Tentu saja, dia adik perempuanku. Sudah menjadi kewajibanku untuk menjaganya. Melindunginya dari bajingan sepertimu!"
Masih dengan sikap santainya Albert masih belum terlalu menanggapi. Dengan sedikit merapatkan posisi duduknya.
"Aku rasa kamu yang mengorbankan Monika hanya demi keinginanmu. Bukan aku!"
Menuduh dirinya hanya sekadar boneka mainan Pak Mikail dan Monika hanya sebuah obyek lain.
"Tentu saja itu tidak benar. Ayahku tak sekejam itu!"
"Kau memang lebih berpangkat, tapi kita seumuran. Aku merasa harus memperingatkanmu untuk lebih berhati-hati. Jangan sampai kau salah mengambil langkah dan kembali kehilangan apa yang seharusnya menjadi milikmu. Monika bisa menjadi lebih kuat dari yang kau perkirakan."
"Sepertinya kau salah menilai. Aku ada disini untuk Monika dan aku disini untuk melindunginya, bukan untuk mencelakainya."
"Aku harap itu benar. Tapi aku juga yakin, bila kamu tetap pada posisimu, yang kamu kira aku hanya salah menilai, suatu saat akan menjadi kenyataan."
Berusaha mencerna maksud dari perkataannya yang seolah mengingatkan untuk dirinya berhati-hati dengan permainan yang dia ciptakan sendiri.
Sementara Randy merasa perbincangan telah melenceng jauh dari arah yang sebenarnya.
"Sepertinya kita sudah terlalu jauh keluar dari konteks sebenarnya aku memanggilmu kesini!"
Hanya tersenyum Albert menanggapinya karena Randy telah termakan dan mulai memikirkan kata-katanya.
"Oke. Sekarang apa yang ingin kau bicarakan?"
Sedikit memutar kursi kerjanya kearah kiri. Dengan kedua tangan dikaitkan didepan perut, kemudian sedikit memutar kursi duduknya kearah kanan hingga kembali keposisi semula. Albert yang masih tak kalah tenang darinya, hanya melihatinya saja dengan santai.
"Aku tahu saat ini Monika tinggal bersamamu."membenarkan tuduhannya.
"Aku peringatkan kau untuk tidak kurang ajar padanya!"
"Kau tak perlu khawatir karena dia baik-baik saja, dan aku tidak akan berbuat kurang ajar padanya", dengan tatapan masih tertuju kearahnya. "kecuali dia yang menginginkannya",
Membuat Randy meradang hingga ingin sekali mematahkan batang hidungnya. Namun dirinya tidak mau gegabah dan masih belum selesai berurusan dengannya.
"Aku dengar Monika sedang mengemis pekerjaan pada mantan kekasihnya", terdengar seperti sedang memanasinya. "Bukan mantan kekasih, tapi mantan calon kekasih!" meralat sendiri ucapannya.
Albert yang sebenarnya kurang senang dengan candaan Randy yang seperti merendahkan Monika.
"Aku juga dengar kalian akan mendirikan Restauran bersama. Apa ini lelucon?" berkata sambil tertawa.
Mengganti mainan yang hilang dengan mainan baru yang belum tentu dia sukai.
"Sungguh aku tak mengira Monika menjadi sepenurut itu. Bahkan menurutku, lebih mendekati sisi bodohnya!" puji Randy dengan tidak senangnya.
"Aku hanya sekadar menghiburnya", kilah Albert
"Ya, aku tahu. Aku tahu kamu hanya sedang menghiburnya!" dengan suara yang sengaja dinaikkan. "Seharusnya kau tidak terlalu jauh mencampuri urusan keluarga kami!" ancamnya.
Hanya menanggapi dengan sikap santainya.
"Aku tidak sedang ikut campur", menjelaskan jika dirinya hanya sekadar membantunya menjadi lebih kuat. "Sebenarnya aku berada satu jalan dengan kalian!" walau dengan alasan dan cara yang berbeda. Randy yang menganggap Albert hanya menjerumuskan Monika menjadi seorang pembelot.
"Itu kalian yang melakukannya, bukan aku atau bukan siapapun!" menegaskan jika dirinya tidak berada dipihak paling bersalah.
"Jika kamu ingin menjadikannya kuat, kamu tak perlu menyingkirkannya",
"Hati-hati kalau bicara!"
"Aku hanya memakai logika. Bila tak benar, seharusnya kau tak perlu tersinggung!"
"Terserah bagaimana kau menyimpulkannya. Yang pasti, aku peringatkan. Jauhi Monika atau aku akan berbuat buruk padamu",
Sama sekali Albert tak merasa takut dengan gertakannya. Sementara Randy tidak sedang bermain-main dengan ancamannya. Dan dia memegang beberapa kartu matinya yang bisa dia jadikan senjata untuk menyerangnya.
Walau jika hanya untuk bertahan, sangat mudah baginya. Tetapi untuk menanggung risiko panjang yang mungkin saja menimpa, Albert perlu berhati-hati dalam berurusan dengannya.
"Kau tak perlu khawatir. Aku akan mengembalikan Monika, jika memang dia menginginkannya. Tetapi jika dia tidak menginginkannya, aku akan mempertahankannya dengan sekuat tenagaku!"
Merasa tertantang dengan kata-katanya.
"Aku terima tantanganmu, dan aku tunggu surat pengunduran dirimu. Se-ce-pat-nya!"
Tertawa dengan membuang pandang darinya.
"Tentu. Akan segera kupersiapkan!"
Berdiri dari tempat duduknya karena dirasa sudah tak ada yang perlu dibicarakan lagi. Randy yang masih duduk dikursi kerjanya dengan santai, membiarkan saja Albert yang akan keluar dari ruangannya.
"Tunggu. Satu lagi!"
Berhenti dan berbalik dari depan pintu.
"Jika kau seorang pria sejati, seharusnya kau tidak membuat Monika menjauh dari keluarganya. Seharusnya Kau memintanya secara baik-baik, bukan dengan membawanya lari!"
Seperti Randy hanya sedang bercanda dengan ucapannya, atau dia lupa dengan siapa dirinya. Seorang yang pernah dengan rela hati meninggalkan keluarganya demi seorang wanita yang dia cintai. Hingga secara tidak langsung membuat Monika menjadi salah satu korbannya.
"Pria sejati?" bertanya untuk kalimat yang mungkin Randy benar-benar tak tahu makna sebenarnya.
"Oke, aku akan menjadi pria sejati. Tidak sepertimu!" jawab Albert dengan menunjukan wajah kemenangannya.
Kemudian Albert membuka pintu, dan benar-benar keluar dari ruangannya. Randy hanya diam terpaku menahan geram. Berpikir jika seorang sepertinya lebih dulu dia singkirkan. Hingga tidak menjadikannya semakin kurangajar dengan berani menghakiminya.
Walau orang sepertinyalah yang seharusnya pantas menjadi pendamping Monika. Tetapi dia telah menjadikan dirinya salah satu musuh barunya.
***